Pedagang Singkong, Nikahi Artis
LINTAS PUBLIK - JAKARTA, Dia tak malu memamerkan fotonya saat masih berdagang singkong goreng di kawasan Semanggi, Jakarta, tahun 1998-1999 lalu. Dia ceritakan juga saat jualan film film DVD kepada teman sekampusnya di Universitas Atmajaya, Jakarta, menjelang dan sesudah jam kuliah. Tak ada rasa malu, tak ada minder.
Tapi mahasiswa yang gigih itu tetap saja tak bisa menyelesaikan kuliahnya, di fakultan hukum jurusan ekonomi bisnis. Karena tuntutan hidup dan harus fokus mencari duit. Dia putus kuliah juga dan melanjutkan dagang singkong.
Tak sia sia, kini dia, Dian Eka Yanto Suryanegara, menjelma sebagai pengusaha muda yang berhasil, salahsatu pemilik event organiser (EO), penyelenggara acara pameran, tingkat provinsi, yang biasa bikin expo di Sumatera Selatan.
Sejak 2012, Dian Eka Yanto, 36, mengelola expo, pameran perdagangan semacam Jakarta Fair, di Kota Palembang, Sumatera Selatan, dan berhadapan dengan birokrat, dinas – dinas yang biasa memamerkan produknya, wiraswasta UKM dan UMKM, sponsor, dan pihak lainnya.
“Macam macam orang, macam macam profesi dan karakter saya hadapi, “ kata pengusaha yang kini punya delapan pegawai tetap di Palembang dan Jakarta ini. “Basic saya marketing. Dulunya malah saya jualan asuransi. Jadi udah biasa luwes.”
Di akun Facebooknya dia juga memamerkan fotonya saat bulan madu dengan istrinya di Sydney, Australia dan traveling di negara lain. Tahun 2015 lalu dia menikahi Febryanti Prisca Soetikno, penyanyi, sesama alumni Atmajaya, mantan pasangan duet Nugie. “Dia sudah tidak nyanyi lagi. Dia lanjutkan pendidikan notaris dan S2, “ katanya
Bisnis memang tak jauh dari artis. Untuk acara Ecpo Sumsel 2018 yang berbarengan dengan event Asian Games 2018 ini, dia mendatangkan artis artis Jakarta, yakni Siti Badriah, Govinda, Anji, dan lainnya. Bahkan dua nama besar lain dalam proses. “Dibantu sponsor, “ katanya. Tahun lalu dia menghadirkan Armada Band.
Untuk mendatangkan artis ibukota ke acara yang diselenggarakannya nilai kontraknya mencapai ratusan juta rupiah.
PAMERAN DAGANG
Selain menyelenggarakan Sumsel Expo, Dian Eka Yanto juga menyelenggarakan pameran dagang di tengah acara MTQ Nasional di Batam 2014, PON Jabar 2016, pameran ‘Seal Karimata’ di Tanjung Pinang, Ulangtahun Bangka Belitung 2013 – 2016. Pokoknya di mana event besar, dia gelar pameran dagang. Libatkan pengusaha UKM dan dinas dinas pemerintah.
Pada awalnya dia belajar pada orang EO yang sudah pengalaman. “Partneran. Dia urus stand, saya jualan, cari klien. Setelah tahu cara kerjanya, saya jalanin sendiri, “ katanya. Dia ingat awalnya pamerannya mengelola 100 stand. Kini sudah 300 stand.
“Orang lihatnya acara saya diisi 300 stand, orang nggak tahu prosesnya. Keringat dan airmatanya, “ katanya. Belajarnya mahal melalui proses, gagal ditolak, dan dibatalkan tiba tiba, jelasnya. Berdarah darah ? “Darah udah nggak ada lagi, “ selorohnya, sembari terkekeh.
Dikenangkannya, saat perusahaannya dalam posisi rugi dia mengundang band Armada Jakarta. Penonton penuh, membludak, pedagang tidak untung, tapi brand EO Sumsel Expo yang diselenggarakannya, naik. Dampaknya, tahun ini, lebih banyak peserta bergabung dengannya. “Harus berani ‘invest’ untuk program berikutnya, meski modalnya cuma asumsi dan prediksi, “ katanya.
Event Organizer adalah bisnis liku liku, penuh tantangan, dan melelahkan. “Tapi saya ada ‘passion’ (gairah) di situ jadi ya tetap enak saja menjalaninya, “ katanya.
Persiapan kegiatannya bisa setahun untuk acara yang berlangsung sepekan dan dua pekan. “Tapi setelah acaranya jalan, lega rasanya, “ kata sulung dari empat bersaudara ini.
Persaingan keras yang menggunakan segala cara, koneksi pejabat, jalur politik, dan segala macam biasa dihadapinya. Tidur dan begadangan di tenda yang sedang dipasang sudah biasa baginya. “Sebenarnya bisa diserahkan ke staf. Tapi lebih puas kalau ngawasin sendiri, “ kata ayah satu anak ini.
Urusan EO selalu terkait dengan pernak pernik, sekilas remeh temeh, tapi penting dan tak bisa diabaikan, katanya.
Apa pesan untuk anak muda yang mau terjun ke EO? “Kreatifitas dan tak pernah berhenti belajar, “ kata pria kelahiran Jakarta, 30 Juli 1982. “Di EO yang jalan itu kreatifitas, asumsi asumsi dan prediksi, “ ujarnya.
Dian Eka Yanto adalah mantan pedagang singkong goreng, penjual eceren film DVD, yang tak melupakan asal usulnya. Diperusahaannya, dia menampung anak anak putus sekolah, yang dipekerjakan dan dikuliahkan olehnya. Selain memberi pelatihan pelatihan, agar bisa naik kelas, mandiri, dan sukses seperti dirinya.
Sumber : poskota
Tapi mahasiswa yang gigih itu tetap saja tak bisa menyelesaikan kuliahnya, di fakultan hukum jurusan ekonomi bisnis. Karena tuntutan hidup dan harus fokus mencari duit. Dia putus kuliah juga dan melanjutkan dagang singkong.
Dian Eka Yanto bersama istri di Sydney |
Sejak 2012, Dian Eka Yanto, 36, mengelola expo, pameran perdagangan semacam Jakarta Fair, di Kota Palembang, Sumatera Selatan, dan berhadapan dengan birokrat, dinas – dinas yang biasa memamerkan produknya, wiraswasta UKM dan UMKM, sponsor, dan pihak lainnya.
“Macam macam orang, macam macam profesi dan karakter saya hadapi, “ kata pengusaha yang kini punya delapan pegawai tetap di Palembang dan Jakarta ini. “Basic saya marketing. Dulunya malah saya jualan asuransi. Jadi udah biasa luwes.”
Di akun Facebooknya dia juga memamerkan fotonya saat bulan madu dengan istrinya di Sydney, Australia dan traveling di negara lain. Tahun 2015 lalu dia menikahi Febryanti Prisca Soetikno, penyanyi, sesama alumni Atmajaya, mantan pasangan duet Nugie. “Dia sudah tidak nyanyi lagi. Dia lanjutkan pendidikan notaris dan S2, “ katanya
Bisnis memang tak jauh dari artis. Untuk acara Ecpo Sumsel 2018 yang berbarengan dengan event Asian Games 2018 ini, dia mendatangkan artis artis Jakarta, yakni Siti Badriah, Govinda, Anji, dan lainnya. Bahkan dua nama besar lain dalam proses. “Dibantu sponsor, “ katanya. Tahun lalu dia menghadirkan Armada Band.
Untuk mendatangkan artis ibukota ke acara yang diselenggarakannya nilai kontraknya mencapai ratusan juta rupiah.
PAMERAN DAGANG
Selain menyelenggarakan Sumsel Expo, Dian Eka Yanto juga menyelenggarakan pameran dagang di tengah acara MTQ Nasional di Batam 2014, PON Jabar 2016, pameran ‘Seal Karimata’ di Tanjung Pinang, Ulangtahun Bangka Belitung 2013 – 2016. Pokoknya di mana event besar, dia gelar pameran dagang. Libatkan pengusaha UKM dan dinas dinas pemerintah.
Pada awalnya dia belajar pada orang EO yang sudah pengalaman. “Partneran. Dia urus stand, saya jualan, cari klien. Setelah tahu cara kerjanya, saya jalanin sendiri, “ katanya. Dia ingat awalnya pamerannya mengelola 100 stand. Kini sudah 300 stand.
“Orang lihatnya acara saya diisi 300 stand, orang nggak tahu prosesnya. Keringat dan airmatanya, “ katanya. Belajarnya mahal melalui proses, gagal ditolak, dan dibatalkan tiba tiba, jelasnya. Berdarah darah ? “Darah udah nggak ada lagi, “ selorohnya, sembari terkekeh.
Dikenangkannya, saat perusahaannya dalam posisi rugi dia mengundang band Armada Jakarta. Penonton penuh, membludak, pedagang tidak untung, tapi brand EO Sumsel Expo yang diselenggarakannya, naik. Dampaknya, tahun ini, lebih banyak peserta bergabung dengannya. “Harus berani ‘invest’ untuk program berikutnya, meski modalnya cuma asumsi dan prediksi, “ katanya.
Event Organizer adalah bisnis liku liku, penuh tantangan, dan melelahkan. “Tapi saya ada ‘passion’ (gairah) di situ jadi ya tetap enak saja menjalaninya, “ katanya.
Persiapan kegiatannya bisa setahun untuk acara yang berlangsung sepekan dan dua pekan. “Tapi setelah acaranya jalan, lega rasanya, “ kata sulung dari empat bersaudara ini.
Persaingan keras yang menggunakan segala cara, koneksi pejabat, jalur politik, dan segala macam biasa dihadapinya. Tidur dan begadangan di tenda yang sedang dipasang sudah biasa baginya. “Sebenarnya bisa diserahkan ke staf. Tapi lebih puas kalau ngawasin sendiri, “ kata ayah satu anak ini.
Urusan EO selalu terkait dengan pernak pernik, sekilas remeh temeh, tapi penting dan tak bisa diabaikan, katanya.
Apa pesan untuk anak muda yang mau terjun ke EO? “Kreatifitas dan tak pernah berhenti belajar, “ kata pria kelahiran Jakarta, 30 Juli 1982. “Di EO yang jalan itu kreatifitas, asumsi asumsi dan prediksi, “ ujarnya.
Dian Eka Yanto adalah mantan pedagang singkong goreng, penjual eceren film DVD, yang tak melupakan asal usulnya. Diperusahaannya, dia menampung anak anak putus sekolah, yang dipekerjakan dan dikuliahkan olehnya. Selain memberi pelatihan pelatihan, agar bisa naik kelas, mandiri, dan sukses seperti dirinya.
Sumber : poskota
Tidak ada komentar