Jokowi Nomor 1 vs Prabowo Nomor 2 Jadi Pertarungan Branding Baru
LINTAS PUBLIK - JAKARTA, KPU telah melakukan pengundian nomor urut capres-cawapres peserta Pilpres 2019. Hasilnya, Pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin mendapat nomor urut 1, sementara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapat nomor urut 2.
Founder Lingkaran Survei Indonesia, Denny JA mengatakan, nomor urut tersebut menjadi momen pertarungan baru dengan branding baru Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga. Mengingat, sebelumnya branding-branding dengan nomor yang berbeda terlanjur melekat di telinga pendukung keduanya.
"Jokowi nomor 1, Prabowo nomor 2. Jadi ini pertarungan baru dengan branding baru," ujar Denny saat dihubungi, Sabtu (22/9/2018).
Branding dengan angka dua sebelumnya memang telah melekat pada Jokowi seperti slogan 'Salam 2 Jari, Jangan Lupa Pilih Jokowi' dan tagar Jokowi 2 Periode. Sementara, Prabowo melekat dengan angka 1 karena merupakan simbol kekuatan islam, kemudian 212 yang merapatkan barisan eks Danjen Kopassus itu.
"Jadi memang kalau memang Jokowi nomor dua, branding salam dua jari-nya sudah begitu meledak di publik. Salam dua jari, jangan lupa pilih Jokowi itu sudah booming di publik. Jadi kalau nomor dua, branding lama, branding kemenangan, memori kemenangan itu mudah sekali dimasukkan," katanya.
Oleh sebab itu, kata Denny, dengan nomor urut yang berbeda dari branding-branding yang sebelumnya digaungkan pendukungnya itu, keduanya harus menghadirkan branding baru. Branding yang akan menarik perhatian dan menempel di telinga masyarakat dan pendukungnya.
"Branding-branding lama dengan nomor urut ini, artinya sudah selesai, sudah basi," ujar Denny.
Kendati demikian, menurut Denny, persoalan nomor urut bukanlah hal yang krusial. Sebab, yang akan berpengaruh pada kontestasi pilpres nantinya adalah program dan personalitas capres-cawapres.
"Sekarang yang publik tunggu adalah diferensiasi dari keduanya, mengapa memilih Jokowi, mengapa memilih Prabowo. Di mana beda programnya, di mana beda karakternya," ucapnya.
"Jadi nomor urut tidak menentukan kemenangan, itu hanya masalah memori," imbuh Denny.
Denny kemudian memberi contoh pada Pilpres 2004. Kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama Jusuf Kalla (JK) yang kemudian memenangkan pertarungan mendapatkan nomor urut 4.
"Dulu SBY itu menang juga nomor 4 juga menang juga," kata Denny.
Denny juga mengatakan, usai nomor urut ditetapkan, maka pertarungan babak pertama adalah pertarungan memberi tafsir. Selain itu, kedua kubu juga akan berlomba mengemas nomor urut yang didapatkan sebagai angka keberuntungan.
"Hari-hari pertama tim Jokowi akan disibukkan menafsir angka 1 sebagai 1 periode lagi. Sementara pihak Prabowo akan menafisr angka 1 milik Jokowi sebagai cukup 1 periode saja," katanya.
"Namun yang nanti yang benar-benar menentukan bukan nomor urut itu. Yang menentukan menang kalah nanti adalah kerja tim di darat dan udara merebut hati pemilih," pungkas Denny.
Sumber : det
Founder Lingkaran Survei Indonesia, Denny JA mengatakan, nomor urut tersebut menjadi momen pertarungan baru dengan branding baru Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga. Mengingat, sebelumnya branding-branding dengan nomor yang berbeda terlanjur melekat di telinga pendukung keduanya.
"Jokowi nomor 1, Prabowo nomor 2. Jadi ini pertarungan baru dengan branding baru," ujar Denny saat dihubungi, Sabtu (22/9/2018).
Branding dengan angka dua sebelumnya memang telah melekat pada Jokowi seperti slogan 'Salam 2 Jari, Jangan Lupa Pilih Jokowi' dan tagar Jokowi 2 Periode. Sementara, Prabowo melekat dengan angka 1 karena merupakan simbol kekuatan islam, kemudian 212 yang merapatkan barisan eks Danjen Kopassus itu.
"Jadi memang kalau memang Jokowi nomor dua, branding salam dua jari-nya sudah begitu meledak di publik. Salam dua jari, jangan lupa pilih Jokowi itu sudah booming di publik. Jadi kalau nomor dua, branding lama, branding kemenangan, memori kemenangan itu mudah sekali dimasukkan," katanya.
Oleh sebab itu, kata Denny, dengan nomor urut yang berbeda dari branding-branding yang sebelumnya digaungkan pendukungnya itu, keduanya harus menghadirkan branding baru. Branding yang akan menarik perhatian dan menempel di telinga masyarakat dan pendukungnya.
"Branding-branding lama dengan nomor urut ini, artinya sudah selesai, sudah basi," ujar Denny.
Kendati demikian, menurut Denny, persoalan nomor urut bukanlah hal yang krusial. Sebab, yang akan berpengaruh pada kontestasi pilpres nantinya adalah program dan personalitas capres-cawapres.
"Sekarang yang publik tunggu adalah diferensiasi dari keduanya, mengapa memilih Jokowi, mengapa memilih Prabowo. Di mana beda programnya, di mana beda karakternya," ucapnya.
"Jadi nomor urut tidak menentukan kemenangan, itu hanya masalah memori," imbuh Denny.
Denny kemudian memberi contoh pada Pilpres 2004. Kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama Jusuf Kalla (JK) yang kemudian memenangkan pertarungan mendapatkan nomor urut 4.
"Dulu SBY itu menang juga nomor 4 juga menang juga," kata Denny.
Denny juga mengatakan, usai nomor urut ditetapkan, maka pertarungan babak pertama adalah pertarungan memberi tafsir. Selain itu, kedua kubu juga akan berlomba mengemas nomor urut yang didapatkan sebagai angka keberuntungan.
"Hari-hari pertama tim Jokowi akan disibukkan menafsir angka 1 sebagai 1 periode lagi. Sementara pihak Prabowo akan menafisr angka 1 milik Jokowi sebagai cukup 1 periode saja," katanya.
"Namun yang nanti yang benar-benar menentukan bukan nomor urut itu. Yang menentukan menang kalah nanti adalah kerja tim di darat dan udara merebut hati pemilih," pungkas Denny.
Sumber : det
Tidak ada komentar