LSI Denny JA: Kasus Ratna Sarumpaet Bikin Elektabilitas Prabowo Tergerus
LINTAS PUBLIK - JAKARTA, Lingakaran Survei Indonesia Denny JA (LSI Denny JA) merilis hasil surveinya menyebut, bahwa kasus hoaks Ratna Sarumpaet telah menggerus elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan membuat elektabilitas Joko Widodo-Ma’ruf Amin terus meroket.
Survei LSI Denny JA menemukan bahwa kasus hoaks Ratna Sarumpaet menyebabkan adanya kenaikan sentimen positif (lebih mendukung) terhadap Jokowi sebaliknya meningkatkan sentimen negatif (lebih tidak mendukung) pada Prabowo.
Ikrama mengatakan, efek negatif yang lebih besar terjadi pada dukungan Prabowo disebabkan karena Ratna Sarumpaet adalah salah tim kampanye nasional Prabowo. “Dan diperkuat dengan adanya konferensi pers Prabowo-Sandi dalam merespon berita hoax Ratna Sarumpaet,” katanya.
Ikrama menegaskan, perubahan dukungan juga terjadi di segmen pendapatan. Di pemilih kelas ekonomi mapan, Jokowi-Ma’ruf yang sebelumnya sudah unggul di segmen ini, makin memperlebar jarak elektabilitasnya dengan pasangan Prabowo-Sandi.
“Di pemilih ini, pada September 2018, dukungan terhadap Jokowi-Ma’ruf sebesar 46.2 %. Saat ini (Oktober 2018) pasca kasus hoax Ratna Sarumpaet, dukungan terhadap Jokowi-Ma’ruf mengalami kenaikan yaitu kini sebesar 54.8 %. Sementara dukungan Prabowo-Sandi di pemilih kelas ekonomi mapan mengalami penurunan,” katanya.
Sebelumnya (September 2018), lanjutnya, dukungan mereka di pemilih ini sebesar 43.8 %. Saat ini dukungan terhadap Prabowo-Sandi di pemilih kelas ekonomi mapan sebesar 34.5 %.
Kedua, beber Ikrama, pemilih kalangan terpelajar dan segmen ekonomi menengah ke atas lebih sensitif dalam menilai karakter kepemimpinan. Salah satunya adalah secara umum mereka tidak menyukai karakter pemimpin yang mudah terkecoh dan reaksioner terhadap suatu peristiwa.
“Apalagi peristiwa tersebut bukan peristiwa sebenarnya atau hoax. Reaksi Prabowo dan timnya yang secara reaksioner merespon informasi sepihak dari Ratna Sarumpaet tanpa ada verifikasi, sebelum menyatakan sikap ke publik, dianggap oleh pemilih ini sebagai bagian dari kelemahan karakter kepemimpinan,” katanya.
Meski begitu, pasangan Prabowo Subaianto-Sandi masih punya kesempatan untuk menaikan elektbailitasnya, mengingat Pilpres 2019 masih menyisakan waktu 6 bulan lagi.
sumber : posk
Survei LSI Denny JA menemukan bahwa kasus hoaks Ratna Sarumpaet menyebabkan adanya kenaikan sentimen positif (lebih mendukung) terhadap Jokowi sebaliknya meningkatkan sentimen negatif (lebih tidak mendukung) pada Prabowo.
Ikrama mengatakan, efek negatif yang lebih besar terjadi pada dukungan Prabowo disebabkan karena Ratna Sarumpaet adalah salah tim kampanye nasional Prabowo. “Dan diperkuat dengan adanya konferensi pers Prabowo-Sandi dalam merespon berita hoax Ratna Sarumpaet,” katanya.
Ikrama menegaskan, perubahan dukungan juga terjadi di segmen pendapatan. Di pemilih kelas ekonomi mapan, Jokowi-Ma’ruf yang sebelumnya sudah unggul di segmen ini, makin memperlebar jarak elektabilitasnya dengan pasangan Prabowo-Sandi.
“Di pemilih ini, pada September 2018, dukungan terhadap Jokowi-Ma’ruf sebesar 46.2 %. Saat ini (Oktober 2018) pasca kasus hoax Ratna Sarumpaet, dukungan terhadap Jokowi-Ma’ruf mengalami kenaikan yaitu kini sebesar 54.8 %. Sementara dukungan Prabowo-Sandi di pemilih kelas ekonomi mapan mengalami penurunan,” katanya.
Sebelumnya (September 2018), lanjutnya, dukungan mereka di pemilih ini sebesar 43.8 %. Saat ini dukungan terhadap Prabowo-Sandi di pemilih kelas ekonomi mapan sebesar 34.5 %.
Kedua, beber Ikrama, pemilih kalangan terpelajar dan segmen ekonomi menengah ke atas lebih sensitif dalam menilai karakter kepemimpinan. Salah satunya adalah secara umum mereka tidak menyukai karakter pemimpin yang mudah terkecoh dan reaksioner terhadap suatu peristiwa.
“Apalagi peristiwa tersebut bukan peristiwa sebenarnya atau hoax. Reaksi Prabowo dan timnya yang secara reaksioner merespon informasi sepihak dari Ratna Sarumpaet tanpa ada verifikasi, sebelum menyatakan sikap ke publik, dianggap oleh pemilih ini sebagai bagian dari kelemahan karakter kepemimpinan,” katanya.
Meski begitu, pasangan Prabowo Subaianto-Sandi masih punya kesempatan untuk menaikan elektbailitasnya, mengingat Pilpres 2019 masih menyisakan waktu 6 bulan lagi.
sumber : posk
Tidak ada komentar