Jadi Danpasmpres, Ini Karir Brigjen TNI Maruli Simanjuntak yang Jago Beladiri
LINTAS PUBLIK - SOLO, Bicaranya lugas, khas prajurit TNI. Namun bukan berarti kaku. Selalu saja dia pandai menyelipkan guyonan-guyonan segar sehingga suasana pembicaraan terasa cair dan nyaman. Ketika sudah mulai menyampaikan gagasan, terlihat bahwa dia seorang perwira tentara yang memiliki gagasan, perencanaan matang serta berkemampuan menarik simpati dari lawan bicaranya.
Itulah gaya dan penampilan Kolonel (Infanteri) Maruli Simanjuntak, Danrem 074/Warastratama Surakarta, yang kini telah dipromosikan menduduki jabatan Wakil Komandan (Wadan) Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Prestasi dan pengalamannya selama penugasan sebagai tentara maupun di luar kedinasan cukup layak dicatat secara khusus. Penghargaan terakhir yang dia dapat adalah terpilih sebagai Danrem terbaik dalam bidang Upaya Khusus (Upsus) Ketahanan Pangan Tingkat Nasional tahun 2016.
Penghargaan bergengsi tersebut langsung diserahkan oleh KSAD kepadanya pada apel Komandan Korem dan Komandan Kodim 2016 seluruh Indonesia di Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI AD Bandung, 14 November 2016 lalu.
BACA JUGA Rotasi di TNI, Brigjen Maruli Simanjuntak Jadi Danpaspampres
"Tidak ada yang istimewa, artinya saya hanya menjalankan apa yang menjadi doktrin kerja tentara yang telah saya hayati dan mendarah daging selama puluhan tahun bertugas. Doktrin itu adalah 'rencanakan, siapkan, laksanakan, evaluasi'. Dari evaluasi dilakukan, kerja berikutnya juga dengan tahapan 'rencanakan, siapkan, laksanakan, evaluasi'. Begitu seterusnya. Kalau kita menghayati doktrin itu maka semua tugas yang kita jalankan akan lebih terasa mudah dan terukur hasilnya," ujar Maruli.
Perhatian pada dunia pertanian, kata Maruli, sebetulnya sudah dilakukannya ketika masih bertugas di kesatuan. Perwira yang dibesarkan di lingkungan Kopassus tersebut sering mengamati dan berbincang langsung dengan para petani ketika sedang melakukan tugas di pedesaan. Saat itu Maruli mulai memikirkan bahwa ada yang kurang dalam hal intensifikasi budi daya pertanian. Selain itu dia juga melihat banyak lahan-lahan tidak ditanami karena berbagai faktor.
"Ketika diberi amanah sebagai Danrem, apa yang saya pikirkan sejak lama itu mulai saya terapkan di lapangan. Saya diberi kewenangan untuk membuat kebijakan, itu harus saya manfaatkan. Apalagi dengan posisi itu saya merasa punya keleluasaan dan kesempatan bisa bertemu dengan banyak pihak untuk mewujudkan gagasan itu. Saya berusaha menjadi penghubung antara para kepala daerah, pimpinan BUMN, pengusaha, orang-orang berkecukupan, hingga warga masyarakat khususnya para petani," kata dia.
Hobi motor trail, ternyata sangat membantu baginya untuk mewujudkan gagasannya itu. Maruli bisa lebih sering berada di desa-desa terpencil di kawasan Surakarta yang terdiri dari enam kabupaten dan satu kota, untuk melihat dan mendengar langsung keluhan petani dalam menggarap lahan pertaniannya.
Sebagai contoh, kondisi geografis di Wonogiri misalnya, adalah kontur tanah yang bergunung-gunung dan kering. Lokasi lahan pertanian warga sebagian besar berada di ketinggian yang tak ada sumber air. Padahal sebenarnya tersedia sumber air melimpah dari anak-anak sungai di kawasan lembah. Karena itu, sebagian besar pertanian di Wonogiri bersifat tadah hujan.
Kondisi tersebut mendapat khusus perhatiannya. Jajaran Korem diperintahkan kerja bahu-membahu dengan warga setempat untuk membangun dam atau bendungan kecil, selain juga membuat embung-embung untuk cadangan air di waktu kemarau. Selanjutnya air dari bendungan itu dinaikkan dengan pompa hidrolik untuk mengairi lahan pertanian warga di kawasan bukit. Dananya didapat dari corporate social responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan atau dari donatur pribadi.
Selanjutnya pemanfaatan dan perawatannya diserahkan kepada warga pengguna dan tentunya selalu didampingi Babinsa. Hingga saat ini Korem 074/Warastratama bersama warga telah berhasil membangun 17 buah bendung, 6 buah tanggul, dan 3 buah embung. Kesemuanya tersebar di sejumlah desa di Wonogiri, Klaten dan Sukoharjo.
"Kami hanya menghubungkan dan memotivasi. Warga semakin percaya bahwa ada yang peduli dan mendampingi. Bahkan sekarang kalau ada tanggul longsor saja, lapornya kepada kami. Dalam keyakinan saya, selama ada niatan baik ketika kita melaksanaan sebuah pekerjaan maka tangan Tuhan akan membantu. Saya yakin sepenuhnya dengan itu. Saya ingin menunjukkan bahwa kita mampu. Di padang pasir saja orang bisa berkebun, kok kita yang punya lahan subur dan melimpah air seperti ini cuma bisa bergantung pada tadah hujan," tegasnya.
Dia menyontohkan bendung kecil yang dibangun TNI bersama warga di Dusun Kalibang, Desa Wonokerto, Kecamatan Wonogiri, Wonogiri. Bendung sepanjang 13 meter dengan kedalaman 3 meter itu membendung aliran Sungai Gothel, salah satu anak sungai Bangawan Solo. Air yang dipompa naik sejauh 400 meter dengan ketinggian vertikal 40 meter, mampu mengairi lahan pertanian seluas 40 hektare. Jika semula petani hanya bisa menanam padi sekali dalam setahun, sekarang bisa tiga kali setahun karena tak lagi tergantung pada curah hujan.
Tidak cuma melulu pada produk tanaman pangan, Maruli juga mulai memperhatikan dan membuat pemetaan lahan-lahan kosong warga. Dia memikirkan untuk tanaman produksi yang mudah tumbuh, cepat menghasilkan dan laku dijual di pasaran. Dia juga melakukan survei dan pendekatan untuk pemasaran hasilnya.
"Hasil dari pengkajian kami adalah menanam pepaya. Bukan sembarang pepaya, karena dari pengamatan banyak buah pepaya warga tak laku di pasar disebabkan mutunya kurang layak. Pilihan kami adalah pepaya california. Jenis ini mudah tumbuh di lahan kering, cepat berbuah dan kualitasnya bagus. Kami menanam sebanyak 50 ribu bibit, kita bagikan gratis kepada warga. Dari jumlah itu yang bisa kami pantau hingga saat ini mencapai 30 ribu pohon. Selebihnya mungkin mati atau ditanam di lahan-lahan terpisah milik warga di pekarangan. Saat ini warga mulai memanen hasilnya. Pembeli juga sudah ada," paparnya bersemangat.
Selain itu pembibitan tanaman produktif lainnya adalah 1,3 juta bibit pohon sengon, 20 ribu bibit pohon pisang, 5 ribu bibit pohon sirsak, 5 ribu bibit pohon jambu kristal, 5 ribu bibit pohon durian jenis musang king, serta 3 ribu bibit pohon srikaya. Kesemuanya dibagikan secara cuma-cuma kepada warga untuk ditanam di lahan yang selama ini dibiarkan kosong.
"Kami terus melakukan pendekatan, karena kuncinya adalah menumbuhkan kemauan warga untuk menamam dan memelihara. Toh hasilnya nanti juga untuk mereka sendiri, kami tidak meminta keuntungannya sepeserpun. Khusus untuk pohon sengon, kami juga menghubungkan dengan asosiasi produsen barcore agar nantinya bisa dibeli. Selanjutnya biar para pengusaha itu sendiri melakukan transaksi dengan petani penanam. Kalau nantinya petani tergerak untuk menanam lagi dengan bibit sendiri, itu yang kami harapkan," lanjutnya.
Maruli Simanjuntak, lahir di Bandung pada 24 Februari 1970, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Batak yang merantau ke Jawa. Ayahnya berprofesi sebagai guru dan ibunya seorang perawat.
Lulus Akmil matra Darat tahun 1992, Maruli langsung bertugas di Kopassus. Di kesatuan elit TNI AD tersebut dia bertugas selama 23 tahun hingga berpangkat kolonel sebagai Komandan Grup 2 Kopassus di Kandangmenjangan, Kartosuro, Sukoharjo. Hal yang tak pernah dilupakannya adalah terjadinya 'peristiwa Cebongan', ketika sejumlah anggotanya melakukan tindakan di luar kedinasan 'menyerbu' Lapas Cebongan, Yogyakarta, untuk menuntut balas atas kematian seorang anggota Kopassus oleh sekelompok preman.
"Saat itu baru tiga hari saya menjabat Dan Grup. Bahkan berkemas-kemas pindahan ke rumah dinas pun belum juga selesai. Tiba-tiba mendengar ada kejadian itu. Meskipun demikian, sebagai pimpinan saya merasa tidak pantas kalau harus menyanggah atau merengek-rengek beralasan ini itu. Di hadapan pimpinan saat itu dengan tegas saya mengatakan sebagai yang bertanggungjawab. Resiko apapun harus saya hadapi. Dicopot dari jabatan atau dipecat sekalipun, saya siap menerimanya. Bagi saya bertanggungjawab adalah prinsip dalam menjalankan amanah yang diberikan," tegasnya.
Selepas dari Kopassus, Maruli dipercaya sebagai Komandan Grup A Paspampres. Bertugas selama 1,4 tahun di pengawalan dan pengamanan Presiden dan keluarga Presiden, baginya adalah pengalaman yang sangat berharga karena bisa berkesempatan belajar tentang banyak hal dalam pengambilan keputusan penting berskala nasional maupun internasional. Setelah itu dia mendapat tugas baru sebagai Danrem 074/Warastratama.
Jabatan sebagai Danrem akan segera dipungkasinya. Maruli saat ini menjabat Wakil Komandan (Wadan) Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Surat keputusan pengangkatannya telah ditetapkan sejak 25 April lalu. Dengan posisi ini, Maruli akan segera menyandang bintang satu di pundaknya.
Maruli menggantikan posisi Wadan Paspampres sebelumnya, Brigjen Teguh Arief Indratmoko, yang kini menjabat sebagai Pati Sahli Tk. III Bidang Intekmil dan Siber Panglima TNI. Sedangkan posisi Danrem 074/Warastratama belum ditentukan penggantinya.
Bahkan perkenalannya dengan Paulina Panjaitan, yang sekarang menjadi istrinya, juga terjadi saat Maruli menjadi atlit pada SEA Games tahun 1997 di Jakarta. Saat itu Paulina menjadi salah satu liaison officer (LO) pada ajang olah raga tingkat Asia Tenggara tersebut.
Pernikahannya dengan Paulina dikaruniai seorang putri dan seorang putra. Anak tertua Maruli, Faye Simanjuntak yang kini berusia 15 tahun, dikenal aktif dalam kegiatan-kegiatan kepedulian sosial. Faye, punya kepedulian sosial yang tinggi. Saat ini dia telah mendirikan dan menjalankan sebuah yayasan nirlaba yang bergerak di bidang anti perdagangan anak.
Jabat Danpasmpres
Brigjen TNI Maruli Simanjuntak beralih jabatan menjadi Danpasmpres. Maruli sebelumnya menjabat sebagai Kasdam Diponegoro.
Peralihan jabatan Maruli ditetapkan melalui Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1240/XI/2018. Surat tersebut ditandatangani Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto pada Kamis (29/11/2018).
Maruli yang merupakan alumni Akademi Militer tahun 1992 ini menggantikan Mayjen TNI Suhartono yang menjadi Dankormar. Untuk jabatan Kasdam Kodam Diponegoro yang ditinggalkan Maruli diisi oleh Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa.
sumber : det
Itulah gaya dan penampilan Kolonel (Infanteri) Maruli Simanjuntak, Danrem 074/Warastratama Surakarta, yang kini telah dipromosikan menduduki jabatan Wakil Komandan (Wadan) Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Prestasi dan pengalamannya selama penugasan sebagai tentara maupun di luar kedinasan cukup layak dicatat secara khusus. Penghargaan terakhir yang dia dapat adalah terpilih sebagai Danrem terbaik dalam bidang Upaya Khusus (Upsus) Ketahanan Pangan Tingkat Nasional tahun 2016.
Penghargaan bergengsi tersebut langsung diserahkan oleh KSAD kepadanya pada apel Komandan Korem dan Komandan Kodim 2016 seluruh Indonesia di Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI AD Bandung, 14 November 2016 lalu.
BACA JUGA Rotasi di TNI, Brigjen Maruli Simanjuntak Jadi Danpaspampres
Karir Brigjen TNI Maruli Simanjuntak beralih jabatan menjadi Danpasmpres. Maruli sebelumnya menjabat sebagai Kasdam Diponegoro. |
Perhatian pada dunia pertanian, kata Maruli, sebetulnya sudah dilakukannya ketika masih bertugas di kesatuan. Perwira yang dibesarkan di lingkungan Kopassus tersebut sering mengamati dan berbincang langsung dengan para petani ketika sedang melakukan tugas di pedesaan. Saat itu Maruli mulai memikirkan bahwa ada yang kurang dalam hal intensifikasi budi daya pertanian. Selain itu dia juga melihat banyak lahan-lahan tidak ditanami karena berbagai faktor.
"Ketika diberi amanah sebagai Danrem, apa yang saya pikirkan sejak lama itu mulai saya terapkan di lapangan. Saya diberi kewenangan untuk membuat kebijakan, itu harus saya manfaatkan. Apalagi dengan posisi itu saya merasa punya keleluasaan dan kesempatan bisa bertemu dengan banyak pihak untuk mewujudkan gagasan itu. Saya berusaha menjadi penghubung antara para kepala daerah, pimpinan BUMN, pengusaha, orang-orang berkecukupan, hingga warga masyarakat khususnya para petani," kata dia.
Hobi motor trail, ternyata sangat membantu baginya untuk mewujudkan gagasannya itu. Maruli bisa lebih sering berada di desa-desa terpencil di kawasan Surakarta yang terdiri dari enam kabupaten dan satu kota, untuk melihat dan mendengar langsung keluhan petani dalam menggarap lahan pertaniannya.
Sebagai contoh, kondisi geografis di Wonogiri misalnya, adalah kontur tanah yang bergunung-gunung dan kering. Lokasi lahan pertanian warga sebagian besar berada di ketinggian yang tak ada sumber air. Padahal sebenarnya tersedia sumber air melimpah dari anak-anak sungai di kawasan lembah. Karena itu, sebagian besar pertanian di Wonogiri bersifat tadah hujan.
Kondisi tersebut mendapat khusus perhatiannya. Jajaran Korem diperintahkan kerja bahu-membahu dengan warga setempat untuk membangun dam atau bendungan kecil, selain juga membuat embung-embung untuk cadangan air di waktu kemarau. Selanjutnya air dari bendungan itu dinaikkan dengan pompa hidrolik untuk mengairi lahan pertanian warga di kawasan bukit. Dananya didapat dari corporate social responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan atau dari donatur pribadi.
Selanjutnya pemanfaatan dan perawatannya diserahkan kepada warga pengguna dan tentunya selalu didampingi Babinsa. Hingga saat ini Korem 074/Warastratama bersama warga telah berhasil membangun 17 buah bendung, 6 buah tanggul, dan 3 buah embung. Kesemuanya tersebar di sejumlah desa di Wonogiri, Klaten dan Sukoharjo.
"Kami hanya menghubungkan dan memotivasi. Warga semakin percaya bahwa ada yang peduli dan mendampingi. Bahkan sekarang kalau ada tanggul longsor saja, lapornya kepada kami. Dalam keyakinan saya, selama ada niatan baik ketika kita melaksanaan sebuah pekerjaan maka tangan Tuhan akan membantu. Saya yakin sepenuhnya dengan itu. Saya ingin menunjukkan bahwa kita mampu. Di padang pasir saja orang bisa berkebun, kok kita yang punya lahan subur dan melimpah air seperti ini cuma bisa bergantung pada tadah hujan," tegasnya.
Dia menyontohkan bendung kecil yang dibangun TNI bersama warga di Dusun Kalibang, Desa Wonokerto, Kecamatan Wonogiri, Wonogiri. Bendung sepanjang 13 meter dengan kedalaman 3 meter itu membendung aliran Sungai Gothel, salah satu anak sungai Bangawan Solo. Air yang dipompa naik sejauh 400 meter dengan ketinggian vertikal 40 meter, mampu mengairi lahan pertanian seluas 40 hektare. Jika semula petani hanya bisa menanam padi sekali dalam setahun, sekarang bisa tiga kali setahun karena tak lagi tergantung pada curah hujan.
Tidak cuma melulu pada produk tanaman pangan, Maruli juga mulai memperhatikan dan membuat pemetaan lahan-lahan kosong warga. Dia memikirkan untuk tanaman produksi yang mudah tumbuh, cepat menghasilkan dan laku dijual di pasaran. Dia juga melakukan survei dan pendekatan untuk pemasaran hasilnya.
"Hasil dari pengkajian kami adalah menanam pepaya. Bukan sembarang pepaya, karena dari pengamatan banyak buah pepaya warga tak laku di pasar disebabkan mutunya kurang layak. Pilihan kami adalah pepaya california. Jenis ini mudah tumbuh di lahan kering, cepat berbuah dan kualitasnya bagus. Kami menanam sebanyak 50 ribu bibit, kita bagikan gratis kepada warga. Dari jumlah itu yang bisa kami pantau hingga saat ini mencapai 30 ribu pohon. Selebihnya mungkin mati atau ditanam di lahan-lahan terpisah milik warga di pekarangan. Saat ini warga mulai memanen hasilnya. Pembeli juga sudah ada," paparnya bersemangat.
Selain itu pembibitan tanaman produktif lainnya adalah 1,3 juta bibit pohon sengon, 20 ribu bibit pohon pisang, 5 ribu bibit pohon sirsak, 5 ribu bibit pohon jambu kristal, 5 ribu bibit pohon durian jenis musang king, serta 3 ribu bibit pohon srikaya. Kesemuanya dibagikan secara cuma-cuma kepada warga untuk ditanam di lahan yang selama ini dibiarkan kosong.
"Kami terus melakukan pendekatan, karena kuncinya adalah menumbuhkan kemauan warga untuk menamam dan memelihara. Toh hasilnya nanti juga untuk mereka sendiri, kami tidak meminta keuntungannya sepeserpun. Khusus untuk pohon sengon, kami juga menghubungkan dengan asosiasi produsen barcore agar nantinya bisa dibeli. Selanjutnya biar para pengusaha itu sendiri melakukan transaksi dengan petani penanam. Kalau nantinya petani tergerak untuk menanam lagi dengan bibit sendiri, itu yang kami harapkan," lanjutnya.
***
Karir MiliterMaruli Simanjuntak, lahir di Bandung pada 24 Februari 1970, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Batak yang merantau ke Jawa. Ayahnya berprofesi sebagai guru dan ibunya seorang perawat.
Lulus Akmil matra Darat tahun 1992, Maruli langsung bertugas di Kopassus. Di kesatuan elit TNI AD tersebut dia bertugas selama 23 tahun hingga berpangkat kolonel sebagai Komandan Grup 2 Kopassus di Kandangmenjangan, Kartosuro, Sukoharjo. Hal yang tak pernah dilupakannya adalah terjadinya 'peristiwa Cebongan', ketika sejumlah anggotanya melakukan tindakan di luar kedinasan 'menyerbu' Lapas Cebongan, Yogyakarta, untuk menuntut balas atas kematian seorang anggota Kopassus oleh sekelompok preman.
"Saat itu baru tiga hari saya menjabat Dan Grup. Bahkan berkemas-kemas pindahan ke rumah dinas pun belum juga selesai. Tiba-tiba mendengar ada kejadian itu. Meskipun demikian, sebagai pimpinan saya merasa tidak pantas kalau harus menyanggah atau merengek-rengek beralasan ini itu. Di hadapan pimpinan saat itu dengan tegas saya mengatakan sebagai yang bertanggungjawab. Resiko apapun harus saya hadapi. Dicopot dari jabatan atau dipecat sekalipun, saya siap menerimanya. Bagi saya bertanggungjawab adalah prinsip dalam menjalankan amanah yang diberikan," tegasnya.
Selepas dari Kopassus, Maruli dipercaya sebagai Komandan Grup A Paspampres. Bertugas selama 1,4 tahun di pengawalan dan pengamanan Presiden dan keluarga Presiden, baginya adalah pengalaman yang sangat berharga karena bisa berkesempatan belajar tentang banyak hal dalam pengambilan keputusan penting berskala nasional maupun internasional. Setelah itu dia mendapat tugas baru sebagai Danrem 074/Warastratama.
Jabatan sebagai Danrem akan segera dipungkasinya. Maruli saat ini menjabat Wakil Komandan (Wadan) Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Surat keputusan pengangkatannya telah ditetapkan sejak 25 April lalu. Dengan posisi ini, Maruli akan segera menyandang bintang satu di pundaknya.
Maruli menggantikan posisi Wadan Paspampres sebelumnya, Brigjen Teguh Arief Indratmoko, yang kini menjabat sebagai Pati Sahli Tk. III Bidang Intekmil dan Siber Panglima TNI. Sedangkan posisi Danrem 074/Warastratama belum ditentukan penggantinya.
***
Selain mahir dan teruji kemampuannya sebagai prajurit komando, Maruli juga berprestasi dalam bidang olahraga, terutama menembak dan bela diri. Tercatat dia beberapa kali mewakili Indonesia tampil di SEA Games dan berbagai kejuaraan tingkat Asia untuk olah raga Judo.Bahkan perkenalannya dengan Paulina Panjaitan, yang sekarang menjadi istrinya, juga terjadi saat Maruli menjadi atlit pada SEA Games tahun 1997 di Jakarta. Saat itu Paulina menjadi salah satu liaison officer (LO) pada ajang olah raga tingkat Asia Tenggara tersebut.
Pernikahannya dengan Paulina dikaruniai seorang putri dan seorang putra. Anak tertua Maruli, Faye Simanjuntak yang kini berusia 15 tahun, dikenal aktif dalam kegiatan-kegiatan kepedulian sosial. Faye, punya kepedulian sosial yang tinggi. Saat ini dia telah mendirikan dan menjalankan sebuah yayasan nirlaba yang bergerak di bidang anti perdagangan anak.
Jabat Danpasmpres
Brigjen TNI Maruli Simanjuntak beralih jabatan menjadi Danpasmpres. Maruli sebelumnya menjabat sebagai Kasdam Diponegoro.
Maruli Simanjuntak/ |
Maruli yang merupakan alumni Akademi Militer tahun 1992 ini menggantikan Mayjen TNI Suhartono yang menjadi Dankormar. Untuk jabatan Kasdam Kodam Diponegoro yang ditinggalkan Maruli diisi oleh Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa.
sumber : det
Tidak ada komentar