Luar Biasa… Siswa Difabel Ini Pulang Pergi Sekolah dengan Merangkak
LINTAS PUBLIK - SUKABUMI – Tekad siswa SD difabel, Muhklis Abdul Kholik (8) untuk menimba ilmu sangat tinggi. Meski kakinya tidak normal, siswa kelas III SDN 10 Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini berjalan merangkak alias memakai tangannya untuk beraktivitas, termasuk pulang-pergi ke sekolah.
Adul, demikian ia disapa, terlahir secara temperatur di RSUD Sekarwangi, di usia kandungan enam bulan. Sejak bayi ia dirawat oleh Deden Hamdani (50) dan istrinya Pipin (45) yang merupakan bibi dan pamannya di Kampung Cikiwul Tonggoh RT 01/01, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak. Sebab, ayahnya tak lain kakak dari Deden mengalami sakit.
Saban hari ditemani oleh ibu angkatnya Pipin, Adul bersemangat menyusuri jalan sepanjang tiga kilometer ke sekolahnya secara merangkak. Tragisnya, dia harus melewati jembatan bambu, turunan relatif terjal dan tanjakan yang cukup curam.
“Sekarang sudah besar, jadi sudah tidak digendong lagi ke sekolah. Tiap hari ditemani ibu. Saya ingin jadi petugas pemadam kebakaran,” cetus Adul sepulang sekolah, Kamis (8/11/2018).
Menurut Pipin, bibi sekaligus ibu angkat Adul, setiap hari bocah selalu semangat bersekolah. Adul berangkat sekolah sekitar pukul 06.30 WIB dan pulang pukul 10.00 WIB.
“Dia itu tidak minder, malah terlihat semangat. Bukan hanya sekolah, dia juga sehabis Magrib selalu mengaji,” terangnya.
Diakui Pipin, sebetulnya dia ingin mengantar sekolah Adul menggunakan jasa ojek. Tapi ongkosnya bagi dia relatif mahal, mencapai Rp30 ribu ke sekolahnya. Suaminya hanya pekerja serabutan mencari batu, jadi tidak mampu mengongkosi Adul.
“Ke sekolah sekitar tiga kilometer kalau lewat jalan pintas ke pesantren. Bila melalui jalan lainnya bisa mencapai lima kilometer. Kalau ada yang mau membantu, Adul butuh tongkat untuk berjalan dan peralatan sekolahnya,” harap ibu yang sebelumnya sudah dikaruniai tiga anak ini.
Wali Kelas III SDN 10 Cibadak, Euis Khodijah menjelaskan Adul merupakan siswa rajin dan pintar dalam menerima materi pelajaran. “Meski ada kekurangan, Adul juga tak minder. Dia siswa rajin sekolah kecuali sakit dan hujan deras,” tandasnya.
sumber : posk
Adul, demikian ia disapa, terlahir secara temperatur di RSUD Sekarwangi, di usia kandungan enam bulan. Sejak bayi ia dirawat oleh Deden Hamdani (50) dan istrinya Pipin (45) yang merupakan bibi dan pamannya di Kampung Cikiwul Tonggoh RT 01/01, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak. Sebab, ayahnya tak lain kakak dari Deden mengalami sakit.
Saban hari ditemani oleh ibu angkatnya Pipin, Adul bersemangat menyusuri jalan sepanjang tiga kilometer ke sekolahnya secara merangkak. Tragisnya, dia harus melewati jembatan bambu, turunan relatif terjal dan tanjakan yang cukup curam.
“Sekarang sudah besar, jadi sudah tidak digendong lagi ke sekolah. Tiap hari ditemani ibu. Saya ingin jadi petugas pemadam kebakaran,” cetus Adul sepulang sekolah, Kamis (8/11/2018).
Menurut Pipin, bibi sekaligus ibu angkat Adul, setiap hari bocah selalu semangat bersekolah. Adul berangkat sekolah sekitar pukul 06.30 WIB dan pulang pukul 10.00 WIB.
“Dia itu tidak minder, malah terlihat semangat. Bukan hanya sekolah, dia juga sehabis Magrib selalu mengaji,” terangnya.
Diakui Pipin, sebetulnya dia ingin mengantar sekolah Adul menggunakan jasa ojek. Tapi ongkosnya bagi dia relatif mahal, mencapai Rp30 ribu ke sekolahnya. Suaminya hanya pekerja serabutan mencari batu, jadi tidak mampu mengongkosi Adul.
“Ke sekolah sekitar tiga kilometer kalau lewat jalan pintas ke pesantren. Bila melalui jalan lainnya bisa mencapai lima kilometer. Kalau ada yang mau membantu, Adul butuh tongkat untuk berjalan dan peralatan sekolahnya,” harap ibu yang sebelumnya sudah dikaruniai tiga anak ini.
Wali Kelas III SDN 10 Cibadak, Euis Khodijah menjelaskan Adul merupakan siswa rajin dan pintar dalam menerima materi pelajaran. “Meski ada kekurangan, Adul juga tak minder. Dia siswa rajin sekolah kecuali sakit dan hujan deras,” tandasnya.
sumber : posk
Tidak ada komentar