Header Ads

Roti Mengandung ‘Kecoa’ Kandungan Proteinnya Lebih Tinggi daripada Daging

COBA Anda perhatikan roti di foto ini. Bukankah terlihat seperti roti biasa yang selama ini kita kenal?

Meskipun demikian roti ini sebenarnya dibuat dengan menggunakan kecoa. Tepatnya tepung yang dibuat dari serangga.

Produk ini dikembangkan peneliti Brasil sebagai kemungkinan jalan keluar untuk mengatasi kekurangan pangan dan masalah ketersediaan protein binatang yang diperkirakan akan terjadi tidak lama lagi, sebagai akibat pertumbuhan penduduk.Penambahan cepat

Peneliti mengatakan roti ini tidak terlalu banyak berbeda dengan roti tradisional.
Menurut PBB, sekitar 9,7 miliar orang akan hidup di bumi tahun 2050.

PBB mengusulkan pengenalan meluas serangga dalam susunan makanan manusia – serangga kaya protein, berlimpah di alam dan tidak terlalu mahal.

Di beberapa tempat di dunia, seperti Asia Tenggara, serangga memang termasuk dalam bahan makanan, belalang contohnya.

Tetapi roti ini tidak terbuat dari kecoa yang berkeliaran di saluran pembuangan di banyak kota dunia.

Peneliti di Brasil menggunakan kecoa udang (Nauphoeta cinerea), spesies yang berasal dari Afrika utara. Serangga ini sering dipakai sebagai makanan binatang peliharaan eksotik seperti tarantula dan kadal.

Kecoa udang berkembang baik dengan mudah dan cepat jika dipelihara dalam ruang tertutup.


Kecoa udang memiliki 70% protein, lebih dari daging merah.

Kecoa dipilih untuk diolah menjadi tepung karena merupakan sumber protein yang kaya (70% komposisinya atau lebih dari 50% dari yang didapat dari daging merah), serangga telah dikenal selama jutaan tahun – dan tetap mempertahankan sifat genetikanya meskipun telah melewati evolusi.

“Mereka pastinya memiliki sesuatu yang benar-benar baik karena dapat melewati evolusi tanpa bantuan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan,” jelas ahli pangan Andressa Jantzen, dari Federal University of Rio Grande (FURG), Brasil selatan.

Sumbangan protein

Bekerja sama dengan sesama insinyur pangan Lauren Menegon, dia menghasilkan tepung dari kecoa kering, seharga US$51 atau Rp750 ribu per kg. Serangga ini digiling di laboratorium.

Dalam resep roti, di dalamnya hanya terdapat 10% tepung serangga, sisanya adalah produk gandum biasa. Tetapi ini telah cukup menghasilkan produk yang mengejutkan.

“Tepung kecoa meningkatkan kandungan protein di roti menjadi 133%,” kata Andressa kepada BBC Brasil.

Sebagai perbandingan, 100 gram irisan roti tradisional buatan sendiri memiliki 9,7 gram protein. Roti kecoa mengandung 22,6 gram.

“Kami juga mengurangi jumlah lemak di resep sebesar 68%,” tambah Andressa.
Menurut Andressa, produk ini tidak memiliki perbedaan signifikan dibandingkan dengan yang dibuat dari gandum 100%.

“Kami melakukan analisis indera di samping tekstur, bau, warna dan rasa. Tidak terdapat perubahan yang berarti. Mungkin sejumlah orang akan merasakan sedikit rasa kacang,” dia menjelaskan.

Profesor gizi, Enio Viera adalah ahli kajian konsumsi serangga oleh manusia.

Dia mengatakan terdapat banyak binatang lain yang dapat dimakan. Dia menyebut jangkrik, tawon, semut, kupu-kupu, ulat sutra dan bahkan kalajengking.

“Kita memiliki masalah budaya dalam menerima serangga (sebagai makanan), tetapi sebagian besar serangga dilumatkan dan kita bahkan tidak mengetahuinya,” Viera mengatakan.

Dia juga menyatakan memakan serangga menimbulkan pengaruh yang kecil ke lingkungan dibandingkan sumber makanan tradisional.

“Kita memerlukan 250 m2 tanah untuk menghasilkan 1 kg daging sapi, sementara jumlah serangga yang sama dapat dimiliki dengan hanya menggunakan 30 m2. Kita juga memerlukan lebih sedikit air: 1.000 liter untuk 1 kg serangga dan 20.000 liter untuk daging sapi,” katanya.

Menurut asosiasi peternak serangga, Brasil memiliki jenis serangga yang dapat dimakan terbanyak di dunia: 95 spesies. Ini karena iklim tropiknya.

Kebiasaan memakan serangga sudah umum di dunia, PBB menyatakan binatang ini adalah bagian dari susunan makanan lebih dari dua miliar orang.

Andressa dan Lauren sekarang bekerja membuat produk berdasar serangga lain, seperti kue, sereal dan minyak.

Meskipun demikian, paling tidak untuk saat ini, Anda tidak akan menemukan roti kecoa di toko: konsumsi manusia akan serangga tidak diizinkan pejabat kesehatan Brasil.

Sejauh ini serangga hanya dapat digunakan sebagai makanan binatang lain.

Tetapi negara lain telah menjual makanan berbahan dasar serangga.

Di Spanyol, jaringan toko serba ada Carrefour menjual makanan kecil dari jangkrik dan sejenis larva. Di Inggris, layanan makanan Eat Grub menawarkan pengiriman belalang dan ulat bakar.

Perusahaan penelitian AS, Global Market Insights, menyatakan pasar serangga yang dapat dimakan akan melewati angka US$700 juta atau Rp10,3 triliun dalam lima tahun ke depan.

Jadi, apakah Anda sudah siap memakan ‘roti kecoa’?

sumber   : posk/bbc

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.