Curhat Sekda Budi Utari, Peluang Siantar Pengembangan Wisata Danau Toba
LINTAS PUBLIK-SIANTAR, Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) yang ketiga bertemakan "Sinergi Untuk Ketahanan dan Pertumbuhan". Pertemuan itu berlangsung di di Ruang Rapat Lantai V, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Pematangsiantar, pada hari Rabu lalu (5/12/2018).
Selain itu, acara yang mengangkat tema Sinergi Kerjasama Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba turut menghadirkan narasumber talkshow yaitu Basar Simanjuntak selaku Direktur Pemasaran BPODT dan Andiwiana Septonarwanto selaku Kepala Grup Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara serta Robert Tua Siregar dari Universitas Simalungun selaku moderator.
Dalam rangkaian acara PTBI tahun 2018 ini, juga dilaksanakan talkshow terkait Sinergi Kerjasama Pengembangan KSPN Danau Toba yang dibawakan oleh perwakilan dari Badan Pengembangan Otorita Danau Toba (BPODT), Basar Simanjuntak. Dalam pemaparannya, disampaikan bahwa sektor pariwisata pada tahun lalu menjadi sektor penyumbang terbesar ketiga GDP setelah CPO dan Batubara.
Pemerintah menetapkan 10 Bali Baru dalam pengembangan pariwisata nasional, dan menetapkan 4 destinasi prioritas termasuk didalamnya Danau Toba di Sumatera Utara bersama dengan Candi Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di NTB dan Labuhan Bajo di NTT.
Penetapan Danau Toba menjadi salah satu destinasi prioritas pariwisata bukannya tanpa alasan, Danau Toba adalah danau kaldera terbesar di Asia Tenggara yang terbentuk sekitar 75.000 tahun lalu akibat letusan supervulkanik yang saat ini dikelilingi oleh 7 Kabupaten yaitu Kab. Simalungun, Tobasa, Humbang Hasundutan, Samosir, Dairi, Karo, dan Tapanuli Utara.
Di lain pihak, keseriusan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata di Danau Toba sudah terlihat sejak 2016, hal ini terlihat dari beberapa pembangunan infrastruktur untuk mempermudah konektivitas dari dan menuju Danau Toba diantaranya pengembangan Bandara Silangit, pembangunan jalan tol dari Medan menuju Parapat, dan perbaikan fasilitas jalan di sekitar Danau Toba utamanya di Pulau Samosir. Selain perbaikan aksesibilitas, penambahan atraksi dan amenitas di Danau Toba juga mulai terlihat menggeliat.
Dalam papara ini, peserta begitu antusias mengikuti yang dihadiri oleh pimpinan daerah, perwakilan instansi, perbankan, dan pelaku usaha di wilayah Kota Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Utara, dan Kabupaten Selatan.
Hingga segmen pertanyaan dibuka moderator Robert Tua Siregar, berbagai pertanyaan muncul dalam hal peluang daerahnya masing-masing ditengah gencarnya Pemerintah Pusat mendatangkan turis mancanegara ke Danau toba.
Salah satunya datang dari Sekda Kota Pematangsiantar, Budi Utari. Pria bertubuh gemuk ini berharap Kota Pematangsiantar diikutkan dalam grup pengembangan wisata Danau Toba. Jika pun tidak ikut, ada manfaat yang dirasakan Kota Pematangsiantar.
Pasalnya, Pemerintah Kota Pematangsiantar telah menyiapkan rencana induk pariwisata. Sejalan dengan itu, kata Sekda, akan ada panggung kreatif setiap bulannya dan bersiap mencocokkan jadwal kedatangan turis.
Bukan hanya itu, Kota Pematangsiantar tahun depan juga akan mendapatkan lahan seluas 150 hektar dari total 573 hektar di lahan Tanjung Pinggir. Dan akan dilakukan secara 3 tahap. Nantinya, tahun 2020, lahan itu seluruhnya dikuasai Pemerintah Daerah.
Untuk itu, kiranya Badan Pengembangan Otorita Danau Toba (BPODT) dapat memberikan masukan apa-apa saja yang dapat dilakukan Pemerintah Kota Pematangsiantar.
"Kami berharap ada tim kecil yang akan datang dan meminta kesedian waktu BPODT untuk membicarakan lebih lanjut,"ucap Sekda.
Mendengat hal itu, Basar Simanjuntak selaku direktur pemasaran BPODT menjelaskan bahwa Kota Pematangsiantar bukan berada di bibir pantai Danau Toba melainkan kota penyanggah. Setelah itu, Basar pun menceritakan kisahnya saat membawa rombongan turis dari Kapal Pesiar Cruise yang berlabuh di Kuala Tanjung.
Biasanya, para turis membutuhkan waktu istirahat setelah perjalanan ditempuh satu hingga dua jam. Apalagi, jalan yang dua arah dan macet bukan hal biasa bagi turis. Malah menambah kesan tak enak. Sebaiknya, Pemko Pematangsianatr jeli dengan membangun rest area.
"Turis butuh istirahat dan membutuhkan berbagai atraksi budaya atau lainnya,"ujarnya.
Kemudian, yang perlu dilakukan Kota Pematangsiantar memanfaatkan peluang sebagai tempat berbelanja. Disini juga, Basar menceritakan turis asal China yang doyan belanja barang-barang ternama. Bahkan menyiapkan waktu satu hari hanya untuk berbelanja. Dan itu jadwalnya tak bisa diganggu.
"Kota Pematangsiantar juga bisa mengambil peluang ini. Ada tempat yang khusus menjual barang-barang ternama,"kata Basar.
Penulis : franki
Editor : tagor
Selain itu, acara yang mengangkat tema Sinergi Kerjasama Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba turut menghadirkan narasumber talkshow yaitu Basar Simanjuntak selaku Direktur Pemasaran BPODT dan Andiwiana Septonarwanto selaku Kepala Grup Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara serta Robert Tua Siregar dari Universitas Simalungun selaku moderator.
Budi Utari Sekdakota Pematangsian dalan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di di Ruang Rapat Lantai V, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Pematangsiantar, pada hari Rabu lalu (5/12/2018). |
Pemerintah menetapkan 10 Bali Baru dalam pengembangan pariwisata nasional, dan menetapkan 4 destinasi prioritas termasuk didalamnya Danau Toba di Sumatera Utara bersama dengan Candi Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di NTB dan Labuhan Bajo di NTT.
Penetapan Danau Toba menjadi salah satu destinasi prioritas pariwisata bukannya tanpa alasan, Danau Toba adalah danau kaldera terbesar di Asia Tenggara yang terbentuk sekitar 75.000 tahun lalu akibat letusan supervulkanik yang saat ini dikelilingi oleh 7 Kabupaten yaitu Kab. Simalungun, Tobasa, Humbang Hasundutan, Samosir, Dairi, Karo, dan Tapanuli Utara.
Di lain pihak, keseriusan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata di Danau Toba sudah terlihat sejak 2016, hal ini terlihat dari beberapa pembangunan infrastruktur untuk mempermudah konektivitas dari dan menuju Danau Toba diantaranya pengembangan Bandara Silangit, pembangunan jalan tol dari Medan menuju Parapat, dan perbaikan fasilitas jalan di sekitar Danau Toba utamanya di Pulau Samosir. Selain perbaikan aksesibilitas, penambahan atraksi dan amenitas di Danau Toba juga mulai terlihat menggeliat.
Dalam papara ini, peserta begitu antusias mengikuti yang dihadiri oleh pimpinan daerah, perwakilan instansi, perbankan, dan pelaku usaha di wilayah Kota Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Utara, dan Kabupaten Selatan.
Hingga segmen pertanyaan dibuka moderator Robert Tua Siregar, berbagai pertanyaan muncul dalam hal peluang daerahnya masing-masing ditengah gencarnya Pemerintah Pusat mendatangkan turis mancanegara ke Danau toba.
Salah satunya datang dari Sekda Kota Pematangsiantar, Budi Utari. Pria bertubuh gemuk ini berharap Kota Pematangsiantar diikutkan dalam grup pengembangan wisata Danau Toba. Jika pun tidak ikut, ada manfaat yang dirasakan Kota Pematangsiantar.
Pasalnya, Pemerintah Kota Pematangsiantar telah menyiapkan rencana induk pariwisata. Sejalan dengan itu, kata Sekda, akan ada panggung kreatif setiap bulannya dan bersiap mencocokkan jadwal kedatangan turis.
Bukan hanya itu, Kota Pematangsiantar tahun depan juga akan mendapatkan lahan seluas 150 hektar dari total 573 hektar di lahan Tanjung Pinggir. Dan akan dilakukan secara 3 tahap. Nantinya, tahun 2020, lahan itu seluruhnya dikuasai Pemerintah Daerah.
Untuk itu, kiranya Badan Pengembangan Otorita Danau Toba (BPODT) dapat memberikan masukan apa-apa saja yang dapat dilakukan Pemerintah Kota Pematangsiantar.
"Kami berharap ada tim kecil yang akan datang dan meminta kesedian waktu BPODT untuk membicarakan lebih lanjut,"ucap Sekda.
Mendengat hal itu, Basar Simanjuntak selaku direktur pemasaran BPODT menjelaskan bahwa Kota Pematangsiantar bukan berada di bibir pantai Danau Toba melainkan kota penyanggah. Setelah itu, Basar pun menceritakan kisahnya saat membawa rombongan turis dari Kapal Pesiar Cruise yang berlabuh di Kuala Tanjung.
Biasanya, para turis membutuhkan waktu istirahat setelah perjalanan ditempuh satu hingga dua jam. Apalagi, jalan yang dua arah dan macet bukan hal biasa bagi turis. Malah menambah kesan tak enak. Sebaiknya, Pemko Pematangsianatr jeli dengan membangun rest area.
"Turis butuh istirahat dan membutuhkan berbagai atraksi budaya atau lainnya,"ujarnya.
Kemudian, yang perlu dilakukan Kota Pematangsiantar memanfaatkan peluang sebagai tempat berbelanja. Disini juga, Basar menceritakan turis asal China yang doyan belanja barang-barang ternama. Bahkan menyiapkan waktu satu hari hanya untuk berbelanja. Dan itu jadwalnya tak bisa diganggu.
"Kota Pematangsiantar juga bisa mengambil peluang ini. Ada tempat yang khusus menjual barang-barang ternama,"kata Basar.
Penulis : franki
Editor : tagor
Tidak ada komentar