Kontroversi Tantangan Prabowo Jadi Imam Salat
LINTAS PUBLIK - JAKARTA, Capres Prabowo Subianto ditantang jadi imam salat. Tantangan ini pun menjadi kontroversi karena ada pihak yang pro dan kontra.
La Nyalla Mattalitti merupakan pemberi tantangan ini kepada Prabowo. Dia menantang Prabowo jadi imam salat usai membesuk sekaligus silaturahmi dengan cawapres Ma'ruf Amin yang merupakan pendamping capres Joko Widodo (Jokowi).
"Dulu saya fight untuk dukung Si Prabowo. Salahnya Prabowo itu saya tutupi semua. Saya tahu Prabowo. Kalau soal Islam lebih hebat Pak Jokowi. Pak Jokowi berani mimpin salat. Pak Prabowo berani suruh mimpin salat? Nggak berani. Ayo kita uji keislamannya Pak Prabowo. Suruh Pak Prabowo baca Al-Fatihah, Al-Ikhlas, baca, bacaan salat. Kita semua jadi saksi," kata La Nyalla di Jalan Situbondo Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (11/12/2018).
Tantangan La Nyalla itu kemudian direspons Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga. Menurut BPN Prabowo-Sandi, urusan ibadah tak perlu jadi konsumsi publik.
"Nggak perlu dong salat dipertontonkan. Saya sering lihat Pak Prabowo. Kan kita di Kertanegara (rumah Prabowo) sering salat berjamaah bareng. Pak Prabowo salat," juru bicara BPN Prabowo-Sandi, Andre Rosiade.
Andre pun mengatakan keislaman Prabowo tak perlu diragukan. Alasannya, Prabowo dipilih para ulama untuk maju jadi capres 2019 pada Ijtimak Ulama lalu. Hasil Ijtimak Ulama adalah merekomendasikan Prabowo sebagai capres.
"Pak Prabowo keislamannya sudah teruji dan terbukti. Kalau tidak, mana mungkin dong ulama mau memilih Pak Prabowo sebagai capres," ujarnya.
Tanggapan atas tantangan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Jawa Timur itu juga datang dari Gerindra. Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria menyebut Prabowo sebagai 'jenderal ijo'. Artinya, menurut Riza, Prabowo punya pemahaman agama yang baik.
"Dan komitmen keislaman Prabowo itu nggak sekadar di KTP, tapi diimplementasikan. Bahkan dia dulu pernah dianggap 'Jenderal Ijo' ketika itu, ya kan," sebut Riza.
Partai pengusung Prabowo lainnya, PKS, menilai keimanan seseorang tak layak dibanding-bandingkan karena itu hak prerogatif Tuhan. PKS juga mengaku sudah bosan dengan isu-isu yang dianggapnya memicu kegaduhan.
"Sebaiknya mengajak publik untuk fokus pada isu-isu substansial kebangsaan. Kami kira publik sudah bosan dengan isu-isu gimik yang hanya memicu kegaduhan yang tidak perlu," ucap Direktur Pencapresan PKS Suhud Alynudin.
Kemudian, elite PAN Dradjad Wibowo, menjawab tantangan La Nyalla dengan membacakan hadis riwayat Muslim dari Abu Mas'ud al-Anshari RA. Dalam hadis itu, disebutkan sejumlah syarat menjadi imam salat.
"Dalam beberapa kali acara, ketika waktu salat tiba, Mas Bowo salat berjemaah bersama kami. Kadang saya sebelahan dengan beliau. Pak Amien atau salah satu ustaz yang menjadi imam," kata Dradjad.
Selain dari parpol pendukung Prabowo-Sandi, Ketum PA 212 Slamet Ma'arif juga ikut merespons tantangan La Nyalla. Dia mengatakan jangan sombong karena keimanan seseorang hanya dinilai oleh Tuhan.
"Mau ada lomba 17-an? Atau lomba keagamaan? Jangan sombong persoalan agama, urusan keimanan ada di hati dan hanya Allah yang berhak menilainya. Ini mau Pilpres, Bung, jadi serahkan pada ahlinya," kata Slamet saat dihubungi.
Tak cuma pendukung Prabowo-Sandi, PKB yang merupakan partai pengusung Jokowi-Ma'ruf, turut mengomentari tantangan La Nyalla. Menurut PKB, Prabowo didukung oleh Ijtimak Ulama sehingga harusnya bacaan Alquran-nya juga baik.
"Sekali lagi, saya mohon maaf, apalagi Pak Prabowo itu kan dielu-elukan oleh keputusan Ijtimak Ulama tanda petik, sepantasnyalah bahwa Pak Prabowo, paling tidak, publik tahu beliau bisa salat dengan baik, baca Alquran dengan baik," kata Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding.
Tantangan eks Ketum PSSI kepada Prabowo untuk memimpin salat dan membaca Alquran juga ditanggapi Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal yang bersifat pribadi dan urusan agama diminta tak dibawa ke ranah politik.
"Sebaiknya janganlah dibawa-bawa urusan agama, atau urusan yang sifatnya pribadi, siapa lebih Islam dari siapa. Jangan orang salat, orang puasa, dijadikan alat kampanye. Karena kalau seperti itu, demokrasi kita menjadi tidak sehat," kata Ketua Bidang Infokom MUI KH Masduki Baidlowi saat dihubungi, Rabu (12/12).
Masduki kemudian mengatakan dalam hadis, salah satu ukuran baiknya pemimpin dalam Islam ialah ibadah salat. Namun demikian, yang paling penting disampaikan dalam politik ialah usaha menyejahterakan rakyat.
"Tapi kan ukuran salat dan tidak salat tak perlu dikedepankan dalam kampanye. Jadi lebih baik, ada satu kaidah fikih, kalau mau mengukur kepemimpinan itu maka pemimpin itu dilihat kebijakannya itu akan mengarah ke kemaslahatan rakyat tidak? Kalau berupaya untuk kemaslahatan rakyat, mengarah ke keadilan, memberantas korupsi, itulah ukuran pemimpin. Jangan diukur pribadi," paparnya.
Cawapres yang mendampingi Prabowo, Sandiaga Uno, enggan mengomentari tantangan La Nyalla. Baginya, pilpres adalah soal isu ekonomi.
"Saya yakin bahwa pemilu itu tentang ekonomi. Pemilu ini adalah referendum ekonomi kita," kata Sandiaga di Pasar Sunan Giri, Rawamangun, Jakarta Timur.
sumber : det
La Nyalla Mattalitti merupakan pemberi tantangan ini kepada Prabowo. Dia menantang Prabowo jadi imam salat usai membesuk sekaligus silaturahmi dengan cawapres Ma'ruf Amin yang merupakan pendamping capres Joko Widodo (Jokowi).
"Dulu saya fight untuk dukung Si Prabowo. Salahnya Prabowo itu saya tutupi semua. Saya tahu Prabowo. Kalau soal Islam lebih hebat Pak Jokowi. Pak Jokowi berani mimpin salat. Pak Prabowo berani suruh mimpin salat? Nggak berani. Ayo kita uji keislamannya Pak Prabowo. Suruh Pak Prabowo baca Al-Fatihah, Al-Ikhlas, baca, bacaan salat. Kita semua jadi saksi," kata La Nyalla di Jalan Situbondo Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (11/12/2018).
Prabowo Subianto (Foto: Dok BPN Prabowo-Sandiaga). |
"Nggak perlu dong salat dipertontonkan. Saya sering lihat Pak Prabowo. Kan kita di Kertanegara (rumah Prabowo) sering salat berjamaah bareng. Pak Prabowo salat," juru bicara BPN Prabowo-Sandi, Andre Rosiade.
Andre pun mengatakan keislaman Prabowo tak perlu diragukan. Alasannya, Prabowo dipilih para ulama untuk maju jadi capres 2019 pada Ijtimak Ulama lalu. Hasil Ijtimak Ulama adalah merekomendasikan Prabowo sebagai capres.
"Pak Prabowo keislamannya sudah teruji dan terbukti. Kalau tidak, mana mungkin dong ulama mau memilih Pak Prabowo sebagai capres," ujarnya.
Tanggapan atas tantangan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Jawa Timur itu juga datang dari Gerindra. Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria menyebut Prabowo sebagai 'jenderal ijo'. Artinya, menurut Riza, Prabowo punya pemahaman agama yang baik.
"Dan komitmen keislaman Prabowo itu nggak sekadar di KTP, tapi diimplementasikan. Bahkan dia dulu pernah dianggap 'Jenderal Ijo' ketika itu, ya kan," sebut Riza.
Partai pengusung Prabowo lainnya, PKS, menilai keimanan seseorang tak layak dibanding-bandingkan karena itu hak prerogatif Tuhan. PKS juga mengaku sudah bosan dengan isu-isu yang dianggapnya memicu kegaduhan.
"Sebaiknya mengajak publik untuk fokus pada isu-isu substansial kebangsaan. Kami kira publik sudah bosan dengan isu-isu gimik yang hanya memicu kegaduhan yang tidak perlu," ucap Direktur Pencapresan PKS Suhud Alynudin.
Kemudian, elite PAN Dradjad Wibowo, menjawab tantangan La Nyalla dengan membacakan hadis riwayat Muslim dari Abu Mas'ud al-Anshari RA. Dalam hadis itu, disebutkan sejumlah syarat menjadi imam salat.
"Dalam beberapa kali acara, ketika waktu salat tiba, Mas Bowo salat berjemaah bersama kami. Kadang saya sebelahan dengan beliau. Pak Amien atau salah satu ustaz yang menjadi imam," kata Dradjad.
Selain dari parpol pendukung Prabowo-Sandi, Ketum PA 212 Slamet Ma'arif juga ikut merespons tantangan La Nyalla. Dia mengatakan jangan sombong karena keimanan seseorang hanya dinilai oleh Tuhan.
"Mau ada lomba 17-an? Atau lomba keagamaan? Jangan sombong persoalan agama, urusan keimanan ada di hati dan hanya Allah yang berhak menilainya. Ini mau Pilpres, Bung, jadi serahkan pada ahlinya," kata Slamet saat dihubungi.
Tak cuma pendukung Prabowo-Sandi, PKB yang merupakan partai pengusung Jokowi-Ma'ruf, turut mengomentari tantangan La Nyalla. Menurut PKB, Prabowo didukung oleh Ijtimak Ulama sehingga harusnya bacaan Alquran-nya juga baik.
"Sekali lagi, saya mohon maaf, apalagi Pak Prabowo itu kan dielu-elukan oleh keputusan Ijtimak Ulama tanda petik, sepantasnyalah bahwa Pak Prabowo, paling tidak, publik tahu beliau bisa salat dengan baik, baca Alquran dengan baik," kata Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding.
Tantangan eks Ketum PSSI kepada Prabowo untuk memimpin salat dan membaca Alquran juga ditanggapi Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal yang bersifat pribadi dan urusan agama diminta tak dibawa ke ranah politik.
"Sebaiknya janganlah dibawa-bawa urusan agama, atau urusan yang sifatnya pribadi, siapa lebih Islam dari siapa. Jangan orang salat, orang puasa, dijadikan alat kampanye. Karena kalau seperti itu, demokrasi kita menjadi tidak sehat," kata Ketua Bidang Infokom MUI KH Masduki Baidlowi saat dihubungi, Rabu (12/12).
Masduki kemudian mengatakan dalam hadis, salah satu ukuran baiknya pemimpin dalam Islam ialah ibadah salat. Namun demikian, yang paling penting disampaikan dalam politik ialah usaha menyejahterakan rakyat.
"Tapi kan ukuran salat dan tidak salat tak perlu dikedepankan dalam kampanye. Jadi lebih baik, ada satu kaidah fikih, kalau mau mengukur kepemimpinan itu maka pemimpin itu dilihat kebijakannya itu akan mengarah ke kemaslahatan rakyat tidak? Kalau berupaya untuk kemaslahatan rakyat, mengarah ke keadilan, memberantas korupsi, itulah ukuran pemimpin. Jangan diukur pribadi," paparnya.
Cawapres yang mendampingi Prabowo, Sandiaga Uno, enggan mengomentari tantangan La Nyalla. Baginya, pilpres adalah soal isu ekonomi.
"Saya yakin bahwa pemilu itu tentang ekonomi. Pemilu ini adalah referendum ekonomi kita," kata Sandiaga di Pasar Sunan Giri, Rawamangun, Jakarta Timur.
sumber : det
Tidak ada komentar