Header Ads

Sepak Terjang Khofifah, Anak Gunung dan Suka Motor Jadi Gubernur Jatim

LINTAS PUBLIK, Gubernur Terpilih Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa nanti sore akan dilantik Presiden Jokowi di Istana Negara. Pelantikan ini merupakan buah kerja keras Khofifah usai dua kali gagal di Pilgub Jatim.

Sebelumnya, Khofifah telah dipercaya Jokowi mengemban tugas sebagai Menteri Sosial RI. Namun, Khofifah mengaku memiliki keinginan tinggi untuk mengabdi di kampung halamannya, Jawa Timur.

Khofifah pun akhirnya pamit pada Presiden. Usai mengantongi restu, Khofifah kembali ke Jatim dan menggandeng Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak yang dikenal mewakili suara generasi milenial. Lalu, bagaimana sepak terjang Khofifah?

Gubernur Terpilih Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa/ist
Di beberapa kesempatan, Khofifah mengisahkan cerita masa kecilnya. Besar di perkampungan Jemursari, Surabaya, Khofifah ternyata sempat menjual es lilin. Hal ini dilakukan untuk membantu perekonomian keluarga.

Menginjak SMP, Khofifah bersekolah di SMP Khadijah. Khofifah mengakui sekolah yang kini dipimpinnya sebagai Ketua Yayasan ternyata menyimpan banyak kenangan.

Wanita kelahiran Surabaya, 19 Mei 1965 ini ternyata memiliki beberapa hobi unik saat sekolah. Khofifah mengaku suka mendaki gunung hingga menjadi anak motor. Bahkan, hobi mendaki gunung ini sudah dia tekuni sejak duduk di kelas 2 SMP.

"Saya sekolah di sini dari SMP dan SMA. Mulai naik gunung itu kelas 2 SMP. Semua gunung, mulai dari Gunung Batok, Gunung Klotok, kan mendaki itu tidak bisa langsung ke Mahameru, itu kan bertahap. Jadi dulu 6 bulan lagi naik gunung itu, 6 bulan lagi naik gunung ini dan terakhir kita ke Arjuno sebelum ke Mahameru," kisahnya saat ditemui di SMA Khadijah Surabaya.

Di kesempatan yang sama, Khofifah mengaku dirinya juga sangat menyukai kegiatan motorcross. Meskipun dulu sekolahnya berisi pelajar putri saja, namun dia tetap menyukai bermotor. Khofifah pun berkali-kali mendapat teguran karena hobi bermotornya di malam hari.

"Aku juga dulu suka motorcross waktu SMP, padahal sekolahnya dulu khusus perempuan. Tapi udah sering diingatkan orang, saya itu suka naik motor waktu malam pakai motor sendirian, sengaja waktu malam tapi kan orang pasti mengidentifikasi itu saya," lanjut ibu dari empat orang anak ini.

Selain hobi bermotor, Khofifah juga mahir untuk urusan perbengkelan. Dia sempat mengisahkan jika di tengah perjalanan, ban mobilnya bocor, dia bisa menggantinya seorang diri.

Usai lulus SMA, wanita yang mengaku juga menyukai sepak bola ini melanjutkan studi di dua jurusan yang berbeda, dengan kampus yang berbeda. Khofifah belajar politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair). Tetapi, dia juga belajar ilmu komunikasi dan agama di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Surabaya.

Khofifah juga dikenal aktif berorganisasi. Sempat menjadi Ketua Osis semasa SMA, Khofifah pernah mengemban amanah sebagai Ketua Umum Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).

Di masa kuliah, Khofifah pun menjadi Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Surabaya di tahun 1986. Sejak kuliah, Khofifah juga dikenal sebagai organisatoris yang kritis.

Sejak muda, Khofifah telah mengawali karier politiknya. Tepat di usia 27 tahun, Khofifah menjadi anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di pemilu berikutnya, Khofifah pun berhasil mendapat kepercayaan lagi dari masyarakat.

Sementara di era reformasi, Khofifah menyeberang ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Karier politik Khofifah pun semakin mentereng. Usai menjadi anggota dewan dari PKB, pada 1999, Khofifah diangkat Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan.

Khofifah pun mengemban tugasnya selama dua tahun. Sayangnya, usai lengsernya Gus Dur, Khofifah tak masuk lagi dalam susunan menteri buatan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Namun, dia semakin aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan. Khofifah pun aktif di Muslimat, sebuah organisasi sayap perempuan Nahdlatul Ulama (NU). Hingga kini, Khofifah masih dipercaya sebagai Ketua Umum Muslimat.

Dengan pengalamannya sebagai anggota DPR hingga Menteri, Khofifah pun bertekad untuk membuat kampung halamannya semakin sejahtera. Pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim 2008, Khofifah akhirnya maju menggandeng Mudjiono.

Saat itu ada 5 pasang calon yaitu: Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono (KaJi), Sutjipto-Ridwan Hisjam (SR), Soenarjo-Ali Maschan Moesa (Salam), Achmady-Suhartono (Achsan), dan Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa).

Sayangnya, duet bertajuk Kaji atau Khofifah-Mudjiono ini pun dikalahkan rivalnya Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa). Khofifah sempat merasa dicurangi dan memperjuangkan haknya ke Mahkamah Konstitusi (MK), namun permohonannya tak dikabulkan.

5 Tahun berikutnya, tekad Khofifah meraih kursi Jatim 1 pun kian menebal. Di tahun 2013, Khofifah maju lagi menggandeng Herman S Sumawiredja.

Pemilu gubernur Jatim 2013 akhirnya diikuti 4 pasangan calon, yakni: Soekarwo-Saifullah Yusuf, Bambang Dwi Hartono-Said Abdullah, Eggi Sudjana-Muhammad Sihat, dan Khofifah Indar Parawansa-Herman Surjadi Sumawiredja. Namun, Khofifah kembali kalah tipis dengan rivalnya yang juga menjadi petahana.

Masih bertekad memajukan kampung halamannya, untuk ketiga kali, Khofifah Indar Parawansa maju berlaga dalam kompetisi meraih kursi Jatim 1. Ketiga kalinya pula, Mantan Menteri Sosial ini harus berhadapan dengan Saifullah Yusuf.

Meski sempat kalah dalam dua laga sebelumnya, Khofifah pun optimis untuk kembali mencoba peruntungan. Sementara Gus Ipul sapaan akrabnya, yang kala itu 'hanya' menjadi wakil Soekarwo dalam dua Pilgub, kini percaya diri untuk maju meraup suara menjadi pemimpin Jatim.

Khofifah pun mulai memperkenalkan wakilnya. Dikenal cerdas dan milenial, wakil Khofifah diisi oleh Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak. Suami Arumi Bachsin ini juga aktif mendapat sejumlah penghargaan.

Emil juga dikenal berhasil membawa banyak perubahan di Trenggalek. Selain itu, Emil yang masih muda dinilai bisa menjadi magnet untuk meraup suara dari milenial. Terlebih, Emil juga aktif dalam berbagai organisasi Internasional.

Akhirnya, setelah 'menanti' selama 10 tahun, Khofifah Indar Parawansa akhirnya berhasil memenangkan Pilgub Jawa Timur. Khofifah menatap kursi Jatim 1 setelah gagal dalam dua pilkada sebelumnya.

Pilgub Jatim 2018 merupakan kali ketiga Khofifah maju sebagai cagub. Pada pilgub kali ini, Khofifah bersama Emil Dardak diusung oleh Partai Demokrat, Golkar, NasDem, PPP, Hanura, dan PAN.

Khofifah-Emil mengalahkan pasangan lawannya, Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno yang diusung oleh PDIP, PKB, PKS, dan Partai Gerindra.

Menariknya, di Pilgub 2018, Khofifah didukung Soekarwo, yang selama dua kali pilgub merupakan lawannya. Ini lantaran pria yang akrab disapa Pakdhe Karwo itu merupakan Ketua DPD Demokrat. Di Pilgub Jatim sekarang, Pakde Karwo memberikan dukungan kepada Khofifah.

Di hadapan para pendukungnya, Khofifah telah mengungkapkan rasa senangnya atas kemenangan versi hitung cepat ini. Dia menyatakan peran relawan sangat berpengaruh meskipun mereka tidak dibayar.

"Jadi saya sangat berterima kasih sekali kepada para relawan. Saya ingat kalau ke pasar jam 03.00 dini hari, mereka sudah menyiapkan dari jam 12 malam. Kalau saya ke pasar jam 7, mereka stand by dari jam 5 meskipun tak dibayar," ujar Khofifah.

Dalam pidato kemenangannya, Khofifah pun menyampaikan salam kepada rivalnya di Pilgub Jatim tersebut. Dia juga memberi apresiasi bagi partai-partai pendukung Gus Ipul-Puti.

"Saya dan mas Emil juga bersama-sama menyampaikan salam hormat kepada saudara kami paslon no 2 Gus Ipul dan Mbak Puti dan seluruh partai pendukung," pungkas Khofifah yang saat itu didampingi Emil Dardak.

Kini, kursi Jatim 1 pun berhasil diduduki Khofifah. Sejumlah program dan visi misi telah dipaparkan di berbagai kampanye. Akankah Khofifah berhasil memajukan kampung halamannya?

sumber  : det 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.