Dampak Tragedi KM Sinar Bangun Penumpang Sepi, Usaha Kapal Penyeberangan di Samosir Terancam Kolaps
LINTAS PUBLIK - SAMOSIR, Meski sudah 8 bulan berlalu, namun dampak negatif tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, tepatnya di perairan Tigaras (Simalungun) pada Juni 2018 masih terasa hingga kini. Sebagian masyarakat masih takut menggunakan jasa penyeberangan kapal kayu di Danau Toba. Akibatnya, pendapatan pemilik kapal turun drastis dan terancam kolaps.
Para pemilik kapal yang tergabung dalam Organisasi Pengusaha Sejenis (OPS) kapal kayu di Tuk-tuk, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, mengaku, penghasilan pengusaha kapal kayu kini turun drastis karena sedikitnya penumpang.
"Sekarang, perkembangan bisnis kapal di Tuk-tuk mengalami penurunan, itu terjadi sejak peristiwa Sinar Bangun. Sebanyak 12 unit kapal di OPS Tuk-tuk, operasinya minim karena tidak ada penumpang dan menurunnya jumlah pengunjung. Akibatnya, pendapatan atau penghasilan pun turun drastis," terang Tahi Silalahi, anggota OPS Tuk-tuk, Sabtu (2/3/2019).
Dijelaskan, sebelum peristiwa Sinar Bangun, 1 unit kapal di OPS Tuk-tuk masih mampu menghasilkan kisaran Rp 4 juta per bulan. Namun saat ini, mencapai Rp 1 juta sudah sulit.
"Karena trauma Sinar Bangun, pengunjung memilih untuk tidak menyeberang ke Samosir, sehingga sunyi penumpang. Bahkan Imlek kemarin sepi, tidak seperti dulu ramai. Sekarang pengusaha kapal kadang tekor. Untuk mencapai Rp 1 juta sudah sulit. Dulunya sebelum peristiwa itu, penghasilan kapal untuk satu unit, bisa mencapai Rp 4 juta per bulannya," jelas Tahi.
Disinggung mengenai kelengkapan alat keselamatan penumpang seperti pelampung, Tahi menyampaikan, setiap kapal yang masuk di OPS Tuk-tuk, rata-rata sudah memiliki sebanyak 30 buah pelampung. Dan pelampung yang dibagikan Pemerintah Kabupaten Samosir pada puncak perayaan hari jadi ke-15, OPS Tuk-tuk tidak ada menerima.
"Kapal kita yang rata-rata berkapasitas penumpang 40-50 orang, setiap kapal rata-rata sudah memiliki sebanyak 30 buah pelampung. Kalau pelampung yang dibagikan pada hari jadi kemarin, kita tidak ada menerima," kata Tahi Silalahi.
Ketua OPS Simanindo Jaya, Jatiur Sinaga, mengaku operasi kapal kayu di Simanindo masih lancar, namun dari sisi penghasilan masih pas-pasan.
"16 unit kapal di OPS Simanindo Jaya, setiap harinya masih lancar beroperasi. Namun penghasilan per harinya hanya mencapai Rp 200.000-Rp 300.000, itupun sudah sulit. Dulu masih bisa mencapai Rp 500.000 per hari," kata Jatiur Sinaga.
Ia menuturkan, turunnya penghasilan pengusaha kapal kayu, karena berkurangnya jumlah penumpang masuk ke Samosir. Dan mengenai pelampung yang dibagikan Pemerintah Kabupaten Samosir, OPS Simanindo Jaya sudah terima sebanyak 100 buah pelampung.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Samosir, Nurdin Siahaan, ketika dikonfirmasi menjelaskan, sebanyak 800 pelampung yang dibagikan pada puncak perayaan hari jadi ke-15 Kabupaten Samosir, sudah didistribusikan semuanya.
"Sudah kita bagikan, di pos Tomok 100, pos Simanindo 100, pos Onanrunggu 100, pos Nainggolan 100. Untuk Sitio-tio, Harian, Sianjur dan Pangururan 400," ucap Nurdin.
Dijelaskan, sebanyak 800 buah pelampung yang dibagikan, 588 buah diantaranya bersumber dari APBD Kabupaten Samosir Tahun Anggaran 2018, dan sisanya merupakan sumbangan atau bantuan dari perantau.
sumber : MB
Para pemilik kapal yang tergabung dalam Organisasi Pengusaha Sejenis (OPS) kapal kayu di Tuk-tuk, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, mengaku, penghasilan pengusaha kapal kayu kini turun drastis karena sedikitnya penumpang.
KM Wisata Kapal berbentuk rumah Batak milik Dinas Pariwisata Samosir/dok.lintaspublik.com |
Dijelaskan, sebelum peristiwa Sinar Bangun, 1 unit kapal di OPS Tuk-tuk masih mampu menghasilkan kisaran Rp 4 juta per bulan. Namun saat ini, mencapai Rp 1 juta sudah sulit.
"Karena trauma Sinar Bangun, pengunjung memilih untuk tidak menyeberang ke Samosir, sehingga sunyi penumpang. Bahkan Imlek kemarin sepi, tidak seperti dulu ramai. Sekarang pengusaha kapal kadang tekor. Untuk mencapai Rp 1 juta sudah sulit. Dulunya sebelum peristiwa itu, penghasilan kapal untuk satu unit, bisa mencapai Rp 4 juta per bulannya," jelas Tahi.
Disinggung mengenai kelengkapan alat keselamatan penumpang seperti pelampung, Tahi menyampaikan, setiap kapal yang masuk di OPS Tuk-tuk, rata-rata sudah memiliki sebanyak 30 buah pelampung. Dan pelampung yang dibagikan Pemerintah Kabupaten Samosir pada puncak perayaan hari jadi ke-15, OPS Tuk-tuk tidak ada menerima.
"Kapal kita yang rata-rata berkapasitas penumpang 40-50 orang, setiap kapal rata-rata sudah memiliki sebanyak 30 buah pelampung. Kalau pelampung yang dibagikan pada hari jadi kemarin, kita tidak ada menerima," kata Tahi Silalahi.
Ketua OPS Simanindo Jaya, Jatiur Sinaga, mengaku operasi kapal kayu di Simanindo masih lancar, namun dari sisi penghasilan masih pas-pasan.
"16 unit kapal di OPS Simanindo Jaya, setiap harinya masih lancar beroperasi. Namun penghasilan per harinya hanya mencapai Rp 200.000-Rp 300.000, itupun sudah sulit. Dulu masih bisa mencapai Rp 500.000 per hari," kata Jatiur Sinaga.
Ia menuturkan, turunnya penghasilan pengusaha kapal kayu, karena berkurangnya jumlah penumpang masuk ke Samosir. Dan mengenai pelampung yang dibagikan Pemerintah Kabupaten Samosir, OPS Simanindo Jaya sudah terima sebanyak 100 buah pelampung.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Samosir, Nurdin Siahaan, ketika dikonfirmasi menjelaskan, sebanyak 800 pelampung yang dibagikan pada puncak perayaan hari jadi ke-15 Kabupaten Samosir, sudah didistribusikan semuanya.
"Sudah kita bagikan, di pos Tomok 100, pos Simanindo 100, pos Onanrunggu 100, pos Nainggolan 100. Untuk Sitio-tio, Harian, Sianjur dan Pangururan 400," ucap Nurdin.
Dijelaskan, sebanyak 800 buah pelampung yang dibagikan, 588 buah diantaranya bersumber dari APBD Kabupaten Samosir Tahun Anggaran 2018, dan sisanya merupakan sumbangan atau bantuan dari perantau.
sumber : MB
Tidak ada komentar