Header Ads

Dari Seminar Situmorang Sipituama, Ini Arti Sari Matua, Saurmatua dan Mauli Bulung

LINTAS PUBLIK - SIANTAR, Seminar sehari adat dan budaya batak sangat menarik, setiap peserta dari 22 Sektor yang hadir saling memberi pendapatnya persoalan adat batak yang dijalankan di kota Pematangsiantar, khususnya adat batak yang dijalankan bagi keturunan Situmorang Sipitu Ama dohot Boruna (PSSAB) se-kota Pematangsiantar  dan sekitarnya.

Peserta seminar kompak mengikrarkan Adat Batak harus dipertahankan sesuai filsafah adat batak dalam "Dalihan Natolu"..
Menarik untuk disimak, mulai adat ulaon dijabu (didalam rumah) sampai adat dihalaman (diluar rumah atau halaman rumah) memiliki arti yang sangat penting.

"Ada beberapa adat sukacita didalam rumah baik tardidi, malua, memasuki rumah, marhusip, mangirdad (Mambosuri) dan lainnya, semuanya memiliki makna tersendiri dan urutannya, demikian juga parjambaran (pembagian) ada urutan yang harus jelas,'demikian disampaikan St. M. Sitohang sebagai penyaji "Ulaon Di Jabu Las Ni Roha" di Wisma Tama jalan sisingamangaraja, Senin (4/3/2019) malam.

"Di Pematangsiantar somalna parjambaran dipasahat tu jolo ni na "Ambangan" sian natoras manang oppung, contoh na Tardidi tu na tardidi, malua tu na malua (upa suhut dihasuhutaon), osang (ondolan/tarean) tu hula-hula, na margingi Siamun tu tulang, Na margingi hambirang tu tulang,'ungkap M. Sitohang menjelaskan dalam bahasa batak (tradisi batak/).

Sangkot Sitohang menjelaskan adat dukacita dan suka cita dalam seminar Situmorang Sipituama.

Penyaji lainnya Sander Situmorang menyajikan adat dukacita orang tua yang meninggal, mulai dari Sari Matua, Saurmatua, dan Maulibulung.

Sander Situmorang menjelaskan, bahwa yang dinamakan Sarimatua adalah seorang orang tua yang meninggal masih ada anak-anaknya yang masih belum menikah, atau yang meninggal tidak memiliki anak laki-laki (atau/anakperempuan semua) dan atau memiliki hanya anak perempuan.

"Sarimatua ada anaknya yang masih belum menikah ketika seseorang itu meninggal, atau anaknya semua menikah tapi hanya laki-laki (sebaliknya)  saja berapapun itu laki-laki tetap masih dikatakan sarimatua, karena tidak memiliki anak perempuan, ini konteks adat batak yang sebenarnya,'ungkap S.Situmorang menjelaskannya secara teperinci dalam bahasa batak.

St. Mauruddin Sitohang menjelaskan upaya Situmorang Sipituama meluruskan acara adat sebenarnya.
Demikian juga Saurmatua, bahwa seseorang itu meninggal anak-anaknya semua sudah menikah, dan artinya dia Saurmatua  tirtir maranak tirtir marboru (memiliki anak laki-laki dan perempuan) dan semuanya sudah menikah. dalam arti seutuhnya maulibulung memiliki cicit (Marnini-marnono/batak)

Dalam kesempatan itu St. J. Sitohang menjelaskan juga bahwa banyak keinginan orang batak menjadi saurmatua, tapi sedikit yang mencapai Maulibulung.

"Dan yang banyak dicita-citakan orang batak adalah sebenarnya Mauli Bulung. Arti dari Maulibulung adalah semua anak-anaknya baik anak perempuan maupun laki-laki sudah menikah dan memiliki cucu dari anak-anaknya itu dan belum ada yang meninggal. Dan untuk acara ini pihak suhut (Berduka), karena sifatnya maulibulung artinya harus memberikan acara khusus mulai kematiannya,"terang J. Sitohang.

Peserta dengan serius mengikuti Seminar Adat Situmorang Sipituama.
"Maulibulung sifatnya Haadongan, disi kabar duka ikkon siap do hita menjamu tamu, jala dang adong dison manjalang hasuhuton,"jelasnya lagi.

Sangkot Sitohang, MSi ketua panitia seminar dan juga Pesta Bona Taon  PSSAB kota Pematangsiantar tahun 2019 menyampaikan, semua hasil seminar ini akan dibukukan untuk menjadi pedoman acara adat dikota Pematangsiantar, khususnya keturunan Situmorang Sipituama.

"Harapan kita dengan adanya seminar ini akan menambah semangat pomparan situmorangsipituama untuk menjalankan adat kesehariannya, sehingga kedepan adat yang sudah ada dapat dipertahankan, seminar ini sekaligus dalam rangka menjalin keakraban dan kekompakan situmorang sipituama,"kata Sangkot Sitohang, agar pomparan Sipituama juga jangan lupa mengikuti acara pesta Bona Taon Kamis, 7 Maret 2019 di Wismatama kota Pematangsiantar.

St. F. Situmorang penasehat PSSAB Siantar tentang sejarah budaya batak.
Ketua PSSAB kota Pematangsiantar Drs. M. Siringoringo kepada wartawan menyampaikan ungkapan terimakasih kepada seluruh peserta seminar, semoga dengan adanya seminar ini sumber daya manusia dalam menjalankan adat batak pomparan Situmorang Sipituama semakin meningkat.

"Saya senang sekali kegiatan ini, semoga kegiatan ini akan menambah semangat kami dalam menjalankan adat batak di kota Pematangsiantar,'jelasnya M. Siringoringo didampingi Eduward Situmorang sebagai sekretaris PSSAB.

Walau larut malam peserta seminat Adat Situmorang Sipituama tetap semangat.
Turut hadir penasehat Taon  PSSAB kota Pematangsiantar yang juga sebagai nara sumber diantaranya Penyaji st. drs.M. Sitohang, MSi, St. sangkot MT. Sitohang. MPd, St. JR. Hasan Situmorang, Sander Situmorang, M.PdK, St. J. Sitohang, danDrs. M.Siringoringo. Sementara Narasumber yaitu : St. F. Situmorang, Ama Budi Situmorang, AmaJosua Situmorang, dan Op. Ando Situmorang.

Seperti diketahui keturunan Opung Tuan Situmorang adalah Situmorang Pande, Situmorang Lumban Nahor, Situmorang Suhut ni Huta, Tuan Ringo, Sitohang Uruk (Dori mangambat), Sitohang tonga-tonga (raja itubungna) dan Sitohang toruan (ompu Raja bona ni onan).

Penulis   : tagor
Editor     : tagor



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.