Nenek Pengupas Kerang Hijau Sekarung Dibayar Rp20 Ribu
LINTAS PUBLIK - JAKARTA, Usianya tak lagi muda, tetapi keahlian Siti Ami Ningsih mengupas kerang hijau masih terbilang cekatan. Bahkan, dalam sehari wanita 52 tahun ini masih sanggup mengupas kerang hingga dua karung atau sekitar 40-50 Kg kerang hijau.
“Kalau nggak ngupas nanti buat makan sehari-hari sama bayar kontrakan bagaimana,” ucap perempuan yang kerap disapa Bude ini saat ditemui Pos Kota, di tempat pengelolaan kerang hijau, Kalibaru, Jakarta Utara, Selasa (19/3/2019).
Siti mengaku upah mengupas kerang hijau sebanyak satu karung tersebut hanya dibayar Rp20 ribu. Dengan tenaga yang dimiliki, ia pun hanya mampu mengupas dua karung, sehingga upah yang dapat dibawa pulangnya itu tak lebih dari Rp40 ribu.
“Kalau lebih dari segitu (dua karung-red) sudah nggak kuat, tangan pada perih-perih,” ujar nenek yang satu ini.
Meski beberapa jemari tangannya, sambung Siti, telah dibungkus kain untuk menghindari pisau dan rendaman air.
Dengan upah Rp40 ribu hasil mengupas kerang, wanita yang telah lama ditinggal meninggal suami dan kini hidup menyendiri ini, mengaku harus memenuhi kebutuhan sehari-hari. Termasuk, membayar biaya kontrakan bulanan.
“Saya ngontrak, setiap bulannya Rp400 ribu. Ya bisa bayar dari nyisihin dari upah ngupas kerang,” ungkapnya.
MUSIM PACEKLIK
Sementara itu, meski upah mengupas kerang hijau yang didapatnya terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan harian dan membayar kontrakan, tetapi pada masa tertentu penghasilannya juga ngedrop.
“Biasanya pada saat musin angin barat, nelayan sulit melaut. Tangkapannya pun hanya sedikit, kalau begini pengupas juga seperti saya bisa sedikit mengupas. Imbasnya upah juga tidak dapat banyak,” ungkapnya.
Di usia lanjutnya, Siti berharap ada perhatian dari pemerintah terhadap warga kurang mampu seperti dirinya. “Harapan saya ada bantuan sembako dan kebutuhan hidup lainnya,” ucapnya.
sumber : posk
“Kalau nggak ngupas nanti buat makan sehari-hari sama bayar kontrakan bagaimana,” ucap perempuan yang kerap disapa Bude ini saat ditemui Pos Kota, di tempat pengelolaan kerang hijau, Kalibaru, Jakarta Utara, Selasa (19/3/2019).
Siti Ami Ningsih alias Bu De, pengupas kerang hijau . |
“Kalau lebih dari segitu (dua karung-red) sudah nggak kuat, tangan pada perih-perih,” ujar nenek yang satu ini.
Meski beberapa jemari tangannya, sambung Siti, telah dibungkus kain untuk menghindari pisau dan rendaman air.
Dengan upah Rp40 ribu hasil mengupas kerang, wanita yang telah lama ditinggal meninggal suami dan kini hidup menyendiri ini, mengaku harus memenuhi kebutuhan sehari-hari. Termasuk, membayar biaya kontrakan bulanan.
“Saya ngontrak, setiap bulannya Rp400 ribu. Ya bisa bayar dari nyisihin dari upah ngupas kerang,” ungkapnya.
MUSIM PACEKLIK
Sementara itu, meski upah mengupas kerang hijau yang didapatnya terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan harian dan membayar kontrakan, tetapi pada masa tertentu penghasilannya juga ngedrop.
“Biasanya pada saat musin angin barat, nelayan sulit melaut. Tangkapannya pun hanya sedikit, kalau begini pengupas juga seperti saya bisa sedikit mengupas. Imbasnya upah juga tidak dapat banyak,” ungkapnya.
Di usia lanjutnya, Siti berharap ada perhatian dari pemerintah terhadap warga kurang mampu seperti dirinya. “Harapan saya ada bantuan sembako dan kebutuhan hidup lainnya,” ucapnya.
sumber : posk
Tidak ada komentar