Dosen UIN Ini Minta Mahasiswa Tiru Etnis Tionghoa
LINTAS PUBLIK, Meski memegang jabatan bergengsi sebagai Sekretaris Jenderal MUI, penampilan Anwar Abbas sangat sederhana dan bersahaja.
Namun di balik kesederhanaannya, pria berusia 64 tahun itu, memiliki keinginan agar generasi muda Islam bisa sukses dalam berbisnis, seperti yang dilakukan etnis Tionghoa.
Tak heran, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan, ini tak bosan-bosan memberi inspirasi bagi mahasiswa agar tidak takut berbisnis. “Saya selalu mendorong mahasiswa jangan takut memulai bisnis,” katanya kepada Pos Kota, kemarin.
Untuk belajar berbisnis, staf pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini mengaku tidak perlu pergi jauh sampai ke negeri China. “Di sini (Indonesia) banyak orang China. Jadi, kita bisa belajar bisnis dari etnis Tianghoa,” ucapnya.
Anwar mengungkap tak ada salahnya mengikuti langkah etnis Tionghoa dalam berbisnis untuk mengangkat derajat ekonomi. Umat Islam bisa meniru kebaikan etnis Tionghoa. “Yang penting dalam bisnis tersebut tetap fokus, kerja keras dan rukun,” kata Anwar.
Ia juga menipis anggapan bahwa umat Islam yang lebih mementingkan urusan akhirat agar bisa masuk surga. “Saya katakan umat Islam harus kaya,” tegasnya.
Dalam Alquran selain diwajibkan melaksanakan ibadah salat lima waktu, juga umat Islam diwajibkan membayar zakat. “Bagaimana kita bisa membayar zakat kalau tidak kaya. Sebab itu, umat Islam harus kaya agar bisa membayar zakat,” ucap Anwar.
40-60 PERSEN
Ia mengungkap kekayaan yang diperoleh tersebut bukan dari hasil korupsi. Karenanya, dirinya mendorong agar umat Islam untuk berbisnis.
Namun begitu, Anwar mengakui umat Islam kurang ulet dalam berbisnis. Sementara etnis Tionghoa selain dikenal ulet, juga memiliki kebaikan budaya menabung dan berhemat yang menjadi bagian dari kerja keras itu.
“Mereka mampu menahan diri membeli sesuatu demi menabung. Bahkan 40-60 persen penghasilan digunakan untuk ‘saving’,” katanya.
Selain itu, umat Islam terkadang kehilangan fokus. Begitu memperoleh hasil cukup, umat Islam cenderung kehilangan fokus berbisnis seperti masuk ke dunia politik.
sumber : posk
Namun di balik kesederhanaannya, pria berusia 64 tahun itu, memiliki keinginan agar generasi muda Islam bisa sukses dalam berbisnis, seperti yang dilakukan etnis Tionghoa.
Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas |
Untuk belajar berbisnis, staf pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini mengaku tidak perlu pergi jauh sampai ke negeri China. “Di sini (Indonesia) banyak orang China. Jadi, kita bisa belajar bisnis dari etnis Tianghoa,” ucapnya.
Anwar mengungkap tak ada salahnya mengikuti langkah etnis Tionghoa dalam berbisnis untuk mengangkat derajat ekonomi. Umat Islam bisa meniru kebaikan etnis Tionghoa. “Yang penting dalam bisnis tersebut tetap fokus, kerja keras dan rukun,” kata Anwar.
Ia juga menipis anggapan bahwa umat Islam yang lebih mementingkan urusan akhirat agar bisa masuk surga. “Saya katakan umat Islam harus kaya,” tegasnya.
Dalam Alquran selain diwajibkan melaksanakan ibadah salat lima waktu, juga umat Islam diwajibkan membayar zakat. “Bagaimana kita bisa membayar zakat kalau tidak kaya. Sebab itu, umat Islam harus kaya agar bisa membayar zakat,” ucap Anwar.
40-60 PERSEN
Ia mengungkap kekayaan yang diperoleh tersebut bukan dari hasil korupsi. Karenanya, dirinya mendorong agar umat Islam untuk berbisnis.
Namun begitu, Anwar mengakui umat Islam kurang ulet dalam berbisnis. Sementara etnis Tionghoa selain dikenal ulet, juga memiliki kebaikan budaya menabung dan berhemat yang menjadi bagian dari kerja keras itu.
“Mereka mampu menahan diri membeli sesuatu demi menabung. Bahkan 40-60 persen penghasilan digunakan untuk ‘saving’,” katanya.
Selain itu, umat Islam terkadang kehilangan fokus. Begitu memperoleh hasil cukup, umat Islam cenderung kehilangan fokus berbisnis seperti masuk ke dunia politik.
sumber : posk
Tidak ada komentar