80 Persen Kursi DPRD Sumut Dihiasi Wajah Baru
LINTAS PUBLIK - MEDAN, Perolehan suara Partai Demokrat dan Partai Hanura pada Pemilihan umum (Pemilu) 2019 anjlok. Tak hanya di tingkat nasional, suara yang diraih kedua partai ini juga anjlok di tingkat DPRD Sumut. Pemilu kali ini, Demokrat dan Hanura kehilangan banyak kursi.
Data diperoleh dari hasil rekapitulasi tingkat KPU Sumut, Partai Demokrat yang merajai perolehan suara di era 2004 hingga 2014 lalu, tahun ini harus rela kehilangan 5 kursi mereka di DPRD Sumut. Tahun 2014 lalu, partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini memperoleh 14 kursi di DPRD Sumut.
Namun tahun ini hanya mendapatkan 9 kursi. Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumut Meilizar Latief, saat coba diminta tanggapan via saluran telepon seluler, tidak berhasil terhubung. Tak hanya
Demokrat, suara Partai Hanura Pemilu tahun ini juga anjlok.
Selain tidak mampu menembus ambang batas suara setiap partai di tingkat nasional sebesar 4 persen, partai besutan Jenderal TNI Wiranto tersebut juga kehilangan 4 kursi di DPRD Sumut.
“Untuk tahun ini kami dapat 6 kursi. Sebelumnya ditahun 2014 kami dapat 10 kursi,” ucap Ketua DPD Partai Hanura Sumut Edison Sianturi via selulernya, Senin (20/5).
Ditanyai penyebab menurunnya perolehan kursi di DPRD Sumut, Edison mengaku belum mengetahuinya. “Belum kami bahas soal itu, nanti akan kami bahas,” ujarnya.
Dengan turunnya perolehan kursi, Demokrat dan Hanura dipastikan akan kehilangan kursi pimpinan DPRD Sumut. Pada 2014 lalu, partai Hanura mendapatkan jatah kursi Wakil Ketua IV DPRD Sumut yang dijabat oleh Aduhot Simamora. Namun tahun ini, Aduhot Simamora sendiri tidak terpilih
kembali sebagai anggota DPRD Sumut.
Sedangkan Partai Demokrat, tahun 2014 lalu mendapatkan jatah Wakil Ketua II DPRD Sumut yang dijabat oleh HT Milwan. Sama seperti Aduhot Simamora, HT Milwan juga disebut tidak terpilih kembali sebagai anggota DPRD Sumut di tahun ini.
Adapun caleg terpilih DPRD Sumut Partai Demokrat periode 2019-2024, yakni Parlaungan Simangunsong (Sumut 1), Hanita Lubis (Sumut 3), Santoso (Sumut 5), Armin Simatupang (Sumut 5), Tondi Roni Tua (Sumut 7), Edward Zega Reni Renggita (Sumut 8), Tangkas Manimpan Lumban Tobing (Sumut 9), Saut Bangkit Purba (Sumut 10) dan Muhammad Andri Alfisah (Sumut 12).
Incumbent Bertahan Hanya Segelintir Tahun ini, banyak yang berubah di DPRD Sumut. Lebih dari 80 persen anggota NDPRD Sumut akan dihiasi wajah baru.
Banyaknya nama-nama anggota DPRD Sumut periode lalu yang tidak duduk kembali, disebabkan berbagai faktor. Ada yang tidak mencalonkan diri kembali, ada yang tersangkut masalah hukum, ada yang telah meninggal dunia, dan ada yang perolehan suaranya tidak mencukupi untuk duduk kembali sebagai anggota DPRD Sumut.
Hanya segelintir nama anggota DPRD Sumut tahun 2014 yang berhasil mempertahankan kursinya di tahun 2019. Di antaranya Jubel Tambunan (PDIP), Muhammad Hafez (PKS), Yantoni Purba (Gerindra), Wagirin Arman (Golkar), Ari Wibowo (Gerindra), Ruben Tarigan (PDIP), Zeira Salim Ritonga (PKB), Baskami Ginting (PDIP), H Ajie Karim (Gerindra), Jafarudin Harahap (PPP), dan beberapa nama lainnya. Jumlahnya kurang dari 20 nama. Salah satu caleg Incumbent DPRD Sumut yang terpilih kembali, Zeira Salim Ritonga dari PKB Dapil Sumut VI (Labuhanbatu, Labusel dan Labura), mengatakan implementasi program yang dijanjikannya saat kampanye dahulu, menjadi kunci keberhasilan dirinya terpilih kembali.
Menurutnya, setiap caleg, khususnya para incumbent harus bisa meletakkan tujuan politik pada tujuan yang sesungguhnya. “Masyarakat selalu bisa menilai, mana caleg Incumbent yang telah merealisasikan program-programnya selama bekerja sebagai wakil rakyat. Karena sesungguhnya masyarakat tidak mau melihat program itu hanya sekedar menjadi wacana. Melainkan harus diimplementasikan secara nyata,” ucap Zeira, Senin (20/5).
Selain itu, kata Zeira, para caleg incumbent harus bisa menciptakan suasana memperjuangkan kesejahteraan rakyat dengan kondisi bergotong-royong. Masyarakat juga harus bisa diyakinkan bahwa anggota dewan tidak bisa berjuang sendiri. Tetapi wakil rakyat harus berjuang untuk menyejahterakan sakyat secara bersama-sama.
“Oleh karena itu saya berprinsip harus sering berkomunikasi dengan rakyat, bertemu dan dengarkan, lalu ajak mereka untuk bersama-sama memperjuangkan apa yang menjadi aspirasinya,” ujarnya.
Hal terakhir, sebut Zeira, para caleg incumbent harus selalu melakukan safari dan kunjungan secara rutin dari kampung ke kampung di daerah pemilihannya, maupun ke wilayah lainnya yang menjadi tanggungjawabnya. “Jangan sampai masyarakat berfikir bahwa anggota dewan itu hanya datang menghampiri rakyat apabila sedang meminta dukungan untuk dipilih. Namun, ketika sudah terpilih wakil rakyat tersebut justru tidak pernah tampak di tengah-tengah masyarakat,” ujarnya.
“Justru ketika telah terpilih, anggota dewan itu harus lebih intens untuk hadir di tengah-tengah rakyat, untuk menyapa, mendengar dan memperjuangkan aspirasi mereka. Memperjuangkan pembangunan rumah ibadah untuk mereka, membangun infrastruktur dan banyak hal lainnya yang bisa membuktikan kinerja kita kepada rakyat,” sambungnya lagi.
sumber : fase
Data diperoleh dari hasil rekapitulasi tingkat KPU Sumut, Partai Demokrat yang merajai perolehan suara di era 2004 hingga 2014 lalu, tahun ini harus rela kehilangan 5 kursi mereka di DPRD Sumut. Tahun 2014 lalu, partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini memperoleh 14 kursi di DPRD Sumut.
Namun tahun ini hanya mendapatkan 9 kursi. Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumut Meilizar Latief, saat coba diminta tanggapan via saluran telepon seluler, tidak berhasil terhubung. Tak hanya
Demokrat, suara Partai Hanura Pemilu tahun ini juga anjlok.
Pencoblosan di salah satu TPS di kelurahan Suka Majukota Pematangsiantar, 17 April 2019./dok.lintaspublik.com |
“Untuk tahun ini kami dapat 6 kursi. Sebelumnya ditahun 2014 kami dapat 10 kursi,” ucap Ketua DPD Partai Hanura Sumut Edison Sianturi via selulernya, Senin (20/5).
Ditanyai penyebab menurunnya perolehan kursi di DPRD Sumut, Edison mengaku belum mengetahuinya. “Belum kami bahas soal itu, nanti akan kami bahas,” ujarnya.
Dengan turunnya perolehan kursi, Demokrat dan Hanura dipastikan akan kehilangan kursi pimpinan DPRD Sumut. Pada 2014 lalu, partai Hanura mendapatkan jatah kursi Wakil Ketua IV DPRD Sumut yang dijabat oleh Aduhot Simamora. Namun tahun ini, Aduhot Simamora sendiri tidak terpilih
kembali sebagai anggota DPRD Sumut.
Sedangkan Partai Demokrat, tahun 2014 lalu mendapatkan jatah Wakil Ketua II DPRD Sumut yang dijabat oleh HT Milwan. Sama seperti Aduhot Simamora, HT Milwan juga disebut tidak terpilih kembali sebagai anggota DPRD Sumut di tahun ini.
Adapun caleg terpilih DPRD Sumut Partai Demokrat periode 2019-2024, yakni Parlaungan Simangunsong (Sumut 1), Hanita Lubis (Sumut 3), Santoso (Sumut 5), Armin Simatupang (Sumut 5), Tondi Roni Tua (Sumut 7), Edward Zega Reni Renggita (Sumut 8), Tangkas Manimpan Lumban Tobing (Sumut 9), Saut Bangkit Purba (Sumut 10) dan Muhammad Andri Alfisah (Sumut 12).
Incumbent Bertahan Hanya Segelintir Tahun ini, banyak yang berubah di DPRD Sumut. Lebih dari 80 persen anggota NDPRD Sumut akan dihiasi wajah baru.
Banyaknya nama-nama anggota DPRD Sumut periode lalu yang tidak duduk kembali, disebabkan berbagai faktor. Ada yang tidak mencalonkan diri kembali, ada yang tersangkut masalah hukum, ada yang telah meninggal dunia, dan ada yang perolehan suaranya tidak mencukupi untuk duduk kembali sebagai anggota DPRD Sumut.
Hanya segelintir nama anggota DPRD Sumut tahun 2014 yang berhasil mempertahankan kursinya di tahun 2019. Di antaranya Jubel Tambunan (PDIP), Muhammad Hafez (PKS), Yantoni Purba (Gerindra), Wagirin Arman (Golkar), Ari Wibowo (Gerindra), Ruben Tarigan (PDIP), Zeira Salim Ritonga (PKB), Baskami Ginting (PDIP), H Ajie Karim (Gerindra), Jafarudin Harahap (PPP), dan beberapa nama lainnya. Jumlahnya kurang dari 20 nama. Salah satu caleg Incumbent DPRD Sumut yang terpilih kembali, Zeira Salim Ritonga dari PKB Dapil Sumut VI (Labuhanbatu, Labusel dan Labura), mengatakan implementasi program yang dijanjikannya saat kampanye dahulu, menjadi kunci keberhasilan dirinya terpilih kembali.
Menurutnya, setiap caleg, khususnya para incumbent harus bisa meletakkan tujuan politik pada tujuan yang sesungguhnya. “Masyarakat selalu bisa menilai, mana caleg Incumbent yang telah merealisasikan program-programnya selama bekerja sebagai wakil rakyat. Karena sesungguhnya masyarakat tidak mau melihat program itu hanya sekedar menjadi wacana. Melainkan harus diimplementasikan secara nyata,” ucap Zeira, Senin (20/5).
Selain itu, kata Zeira, para caleg incumbent harus bisa menciptakan suasana memperjuangkan kesejahteraan rakyat dengan kondisi bergotong-royong. Masyarakat juga harus bisa diyakinkan bahwa anggota dewan tidak bisa berjuang sendiri. Tetapi wakil rakyat harus berjuang untuk menyejahterakan sakyat secara bersama-sama.
“Oleh karena itu saya berprinsip harus sering berkomunikasi dengan rakyat, bertemu dan dengarkan, lalu ajak mereka untuk bersama-sama memperjuangkan apa yang menjadi aspirasinya,” ujarnya.
Hal terakhir, sebut Zeira, para caleg incumbent harus selalu melakukan safari dan kunjungan secara rutin dari kampung ke kampung di daerah pemilihannya, maupun ke wilayah lainnya yang menjadi tanggungjawabnya. “Jangan sampai masyarakat berfikir bahwa anggota dewan itu hanya datang menghampiri rakyat apabila sedang meminta dukungan untuk dipilih. Namun, ketika sudah terpilih wakil rakyat tersebut justru tidak pernah tampak di tengah-tengah masyarakat,” ujarnya.
“Justru ketika telah terpilih, anggota dewan itu harus lebih intens untuk hadir di tengah-tengah rakyat, untuk menyapa, mendengar dan memperjuangkan aspirasi mereka. Memperjuangkan pembangunan rumah ibadah untuk mereka, membangun infrastruktur dan banyak hal lainnya yang bisa membuktikan kinerja kita kepada rakyat,” sambungnya lagi.
sumber : fase
Tidak ada komentar