Kadim Damanik: Mereka Memang Sudah Mengabaikan Budaya Dan Sejarah
LINTAS PUBLIK - SIANTAR, Terkait tidak adanya lagi Prasasti peringatan penaikan Bendera Merah Putih di Kota Siantar yang berlokasi di Parkiran Pariwisata atau disamping gedung Touris
Informasi Center (TIC) mendapat respon keras dari pemerhati Budaya Kadim Damanik, dia
menyebutkan jika Pemda memang sudah mengabaikan Budaya dan Sejarah.
Ditemui dikediamannya, Kadim Damanik, Rabu (18/09/2019) ketika diperlihatkan foto lokasi Prasasti, awalnya Kadim menanggapinya dengan tersenyum.
BACA JUGA Soal Prasasti Tak Tampak Lagi, DPRD: Kusdianto Harus Dicopot, Hefriansyah Harus Bertanggung Jawab
"Jadi jangan kalian bilang kalau ada tempat di Siantar Bendera Merah Putih pertama sekali dinaikkan yah, saya tampat kalian, karena kalian berbohong, buktinyakan engga ada, sudah hilang," kata Mantan Ketua Partuah Maujana Simalungun di Tahun 1960 lalu.
Kadim menyebutkan jika tempat bersejarah di Siantar tak hanya itu saja yang hilang, tempat dimana Sukarno berpidato pertama di Kota Siantar juga sudah tidak ada lagi.
"Kalian tahu dimana Sukarno pertama sekali berpidato di Siantar?, manalah pula kalian tausoalnya tempatnya sudah tidak ada lagi, tempatnya itu di Taman Bunga, engga jauh dari Bioskop Ria," katanya.
Dia menceritakan dahulu sewaktu dirinya masih Sekolah Menengah Pertama (SMP) usai upacara Bendera di Lapangan Adam Malik, maka masyarakat berbondong-bondong diajak ke Prasasti
tersebut.
"Masih ingat aku waktu aku masih SMP di Taman Siswa, habis upacara kami diajak ke tempat itu (lokasi Prasasti) untuk mengenang Bendera Pertama sekali dikibarkan di Siantar,"ceritanya
Oleh sebab itulah kata Kadim dia tidak terlalu heran jika Prasasti itu sudah tidak ada lagi, karena dia menganggap jika Pemko sudah mengabaikan Budaya dan Sejarah.
"Kan mereka sudah tidak peduli lagi, bagi mereka kan Sejarah dan Budaya itu tidak penting,"
katanya.
Dikatakan wartawan Kadis Pariwisata menyebutkan jika lokasinya tidak berubah hanya saja tempatnya yang sedikit digeser, menanggapi hal tersebut Kadim hanya tersenyum, kemudian
dengan tegas dia menyebutkan hal tersebut tidak boleh.
"Mana bisa dirubah, kok seenaknya aja merubah, kau, aku sama Walikota itu bisa berbohong, tetapi sejarah tidak bisa berbohong, kalian ingat itu," katanya dengan tegas.
Kadim juga menyinggung terkait pengabaian Pemko terhadap Budaya melalui kearifan lokal.
"Dulu kalau tidak salah pernah ditetapkan dalam perda jika Bangunan di Kota Siantar harus ada ornamen Simalungunnya dengan lambang kepala Kerbau, sekarang itu sudah tidak ada lagi, lihat aja gedung disamping Kantor DPRD itu, engga ada lagi lambang itu," katanya dengan Nada Kesal.
Dia juga menyinggung soal Tugu Sangnaualuh yang dianggap telah gagal dibangun.
"Aku anggap itu sudah gagal, penyebab gagalnya yah Hefriansyah, Gagalnya tugu itu bisa dibilang melecehkan tak hanya etnis Simalungun saja, juga Etnis lain, karena Sangnaualuh dulu sangat terbuka dengan etnis lain dengan memberikan tempat tinggal untuk mereka, seperti orang Batak di Kasi Kampung Kristen, orang Karo di Kasi Kampung Karo, orang Melayu di Kasi Kampung Melayu,"paparnya masih dengan nada kesal.
Sekali lagi Kadim menyebutkan dia tidak merasa heran dengan tidak adanya lagi Prasasti tersebut.
"Yah itu karena memang mereka sudah mengabaikan Budaya dan Sejarah," katanya mengakhiri
sumber : heta
Informasi Center (TIC) mendapat respon keras dari pemerhati Budaya Kadim Damanik, dia
menyebutkan jika Pemda memang sudah mengabaikan Budaya dan Sejarah.
Ditemui dikediamannya, Kadim Damanik, Rabu (18/09/2019) ketika diperlihatkan foto lokasi Prasasti, awalnya Kadim menanggapinya dengan tersenyum.
BACA JUGA Soal Prasasti Tak Tampak Lagi, DPRD: Kusdianto Harus Dicopot, Hefriansyah Harus Bertanggung Jawab
Presiden Ir.Soekarno saat berada di siantarTahun 1951/ist |
Kadim menyebutkan jika tempat bersejarah di Siantar tak hanya itu saja yang hilang, tempat dimana Sukarno berpidato pertama di Kota Siantar juga sudah tidak ada lagi.
"Kalian tahu dimana Sukarno pertama sekali berpidato di Siantar?, manalah pula kalian tausoalnya tempatnya sudah tidak ada lagi, tempatnya itu di Taman Bunga, engga jauh dari Bioskop Ria," katanya.
Dia menceritakan dahulu sewaktu dirinya masih Sekolah Menengah Pertama (SMP) usai upacara Bendera di Lapangan Adam Malik, maka masyarakat berbondong-bondong diajak ke Prasasti
tersebut.
"Masih ingat aku waktu aku masih SMP di Taman Siswa, habis upacara kami diajak ke tempat itu (lokasi Prasasti) untuk mengenang Bendera Pertama sekali dikibarkan di Siantar,"ceritanya
Oleh sebab itulah kata Kadim dia tidak terlalu heran jika Prasasti itu sudah tidak ada lagi, karena dia menganggap jika Pemko sudah mengabaikan Budaya dan Sejarah.
"Kan mereka sudah tidak peduli lagi, bagi mereka kan Sejarah dan Budaya itu tidak penting,"
katanya.
Dikatakan wartawan Kadis Pariwisata menyebutkan jika lokasinya tidak berubah hanya saja tempatnya yang sedikit digeser, menanggapi hal tersebut Kadim hanya tersenyum, kemudian
dengan tegas dia menyebutkan hal tersebut tidak boleh.
"Mana bisa dirubah, kok seenaknya aja merubah, kau, aku sama Walikota itu bisa berbohong, tetapi sejarah tidak bisa berbohong, kalian ingat itu," katanya dengan tegas.
Kadim juga menyinggung terkait pengabaian Pemko terhadap Budaya melalui kearifan lokal.
"Dulu kalau tidak salah pernah ditetapkan dalam perda jika Bangunan di Kota Siantar harus ada ornamen Simalungunnya dengan lambang kepala Kerbau, sekarang itu sudah tidak ada lagi, lihat aja gedung disamping Kantor DPRD itu, engga ada lagi lambang itu," katanya dengan Nada Kesal.
Dia juga menyinggung soal Tugu Sangnaualuh yang dianggap telah gagal dibangun.
"Aku anggap itu sudah gagal, penyebab gagalnya yah Hefriansyah, Gagalnya tugu itu bisa dibilang melecehkan tak hanya etnis Simalungun saja, juga Etnis lain, karena Sangnaualuh dulu sangat terbuka dengan etnis lain dengan memberikan tempat tinggal untuk mereka, seperti orang Batak di Kasi Kampung Kristen, orang Karo di Kasi Kampung Karo, orang Melayu di Kasi Kampung Melayu,"paparnya masih dengan nada kesal.
Sekali lagi Kadim menyebutkan dia tidak merasa heran dengan tidak adanya lagi Prasasti tersebut.
"Yah itu karena memang mereka sudah mengabaikan Budaya dan Sejarah," katanya mengakhiri
sumber : heta
Tidak ada komentar