Tembok Penahan BPBD Disoal Warga, Direktur Teknik Lupa Nama Perusahaan
LINTAS PUBLIK-SIANTAR, Pembangunan tembok penahan di Jalan Sekka Nauli, Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara dikesalkan warga.
Pasalnya, tembok penahan tersebut dibangun tanpa pondasi atau tulang. Dikuatirkan tembok penahan tersebut tidak bertahan lama. Padahal, tembok penahan untuk mengantisipasi luapan air sungai bila hujan datang.
Demikian disampaikan salah seorang warga boru Marbun, Rabu (18/9/2019).
Sambungnya, ia bukan memprotes pembangunan tembok penahan tersebut tetapi memberikan saran agar pembangunan berguna bagi masyarakat sekitar.
"Kita mengucapkan terima kasih adanya perhatian pemerintah, karena tembok penahan ini menahan bila ada luapan air sungai,"katanya.
Lurah Bane, Sahat Saragih didampingi staf, ketua RT 02 RW 08 P Pangaribuan, ketua RT 24 RW 08 Maruslin Tambunan langsung terjun ke lokasi karena diperintahkan Camat Siantar Utara.
Lurah Bane mengaku adanya informasi dari awak media terkait pembangunan tembok penahan yang tidak diketahui oleh kelurahan Bane.
"Kita sama sekali tidak mengetahui adanya pembangunan tembok penahan ini, ketua RT juga tidak ada memberitahu,"katanya.
Dilihat dari pembangunan tembok penahan ini, dirinya menilai adanya kekurangan. Seharusnya, tembok penahan tersebut memiliki pondasi.
"Kita lihat tidak ada pondasi, cuman teknisnya kita tidak tahu. Pemborong dan pengawas juga tidak ada disini,"ujarnya.
Ketua RT 02 RW 08 P Pangaribuan, ketua RT 24 RW 08 Maruslin Tambunan juga menyesalkan tidak adanya plank proyek sebagai keterbukaan informasi kepada masyarakat.
"Biasanya dipajang plank proyek, ini tidak ada. Kita juga tidak tahu biayanya berapa, perusahaan mana. Cuman hanya kita tahu pekerjaan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah,"ujar keduanya.
Direktur teknik, Luterman Girsang ketika dikonfirmasi di BPBD Kota Pematangsiantar menegaskan bahwa tembok penahan tersebut tanpa pondasi tetapi menggunakan metode gratifikasi, mengandalkan bobot dengan menggunakan pasangan trapesium.
Dia mengklaim tembok penahan tanpa tulang itu, bertahan lama dan menepis kekuatiran warga, lurah bahwa tembok penahan tersebut akan roboh.
"Bertahan lama itu, karena pasangan trapesium. Di lokasi lain juga metode tanpa tulang, masih bertahan 6-7 tahun,"ujarnya menyakinkan.
Mengenai besaran anggaran, Luterman Girsang tidak bisa merinci. Namun, tidak lebih dari Rp 200 juta. Mengenai plank proyek, juga akan dipasang bila pekerjaan telah mencapai 50 persen.
"Ini pekerjaan bencana, tidak sama dengan instansi lain. Berapa selesai pekerjaannya, baru bisa diklaim. Kalau nama perusahaannya lupa,"katanya.
Penulis : franki
Editor : tagor
Pasalnya, tembok penahan tersebut dibangun tanpa pondasi atau tulang. Dikuatirkan tembok penahan tersebut tidak bertahan lama. Padahal, tembok penahan untuk mengantisipasi luapan air sungai bila hujan datang.
Demikian disampaikan salah seorang warga boru Marbun, Rabu (18/9/2019).
Sambungnya, ia bukan memprotes pembangunan tembok penahan tersebut tetapi memberikan saran agar pembangunan berguna bagi masyarakat sekitar.
Lurah Bane Sahat Saragih bersama ketua RT terjun ke lokasi pembangunan tembok penahan |
Lurah Bane, Sahat Saragih didampingi staf, ketua RT 02 RW 08 P Pangaribuan, ketua RT 24 RW 08 Maruslin Tambunan langsung terjun ke lokasi karena diperintahkan Camat Siantar Utara.
Lurah Bane mengaku adanya informasi dari awak media terkait pembangunan tembok penahan yang tidak diketahui oleh kelurahan Bane.
"Kita sama sekali tidak mengetahui adanya pembangunan tembok penahan ini, ketua RT juga tidak ada memberitahu,"katanya.
Dilihat dari pembangunan tembok penahan ini, dirinya menilai adanya kekurangan. Seharusnya, tembok penahan tersebut memiliki pondasi.
"Kita lihat tidak ada pondasi, cuman teknisnya kita tidak tahu. Pemborong dan pengawas juga tidak ada disini,"ujarnya.
Ketua RT 02 RW 08 P Pangaribuan, ketua RT 24 RW 08 Maruslin Tambunan juga menyesalkan tidak adanya plank proyek sebagai keterbukaan informasi kepada masyarakat.
"Biasanya dipajang plank proyek, ini tidak ada. Kita juga tidak tahu biayanya berapa, perusahaan mana. Cuman hanya kita tahu pekerjaan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah,"ujar keduanya.
Direktur teknik, Luterman Girsang ketika dikonfirmasi di BPBD Kota Pematangsiantar menegaskan bahwa tembok penahan tersebut tanpa pondasi tetapi menggunakan metode gratifikasi, mengandalkan bobot dengan menggunakan pasangan trapesium.
Dia mengklaim tembok penahan tanpa tulang itu, bertahan lama dan menepis kekuatiran warga, lurah bahwa tembok penahan tersebut akan roboh.
"Bertahan lama itu, karena pasangan trapesium. Di lokasi lain juga metode tanpa tulang, masih bertahan 6-7 tahun,"ujarnya menyakinkan.
Mengenai besaran anggaran, Luterman Girsang tidak bisa merinci. Namun, tidak lebih dari Rp 200 juta. Mengenai plank proyek, juga akan dipasang bila pekerjaan telah mencapai 50 persen.
"Ini pekerjaan bencana, tidak sama dengan instansi lain. Berapa selesai pekerjaannya, baru bisa diklaim. Kalau nama perusahaannya lupa,"katanya.
Penulis : franki
Editor : tagor
Tidak ada komentar