Header Ads

Ini Penjelasan Karopenmas Polri Terkait Pelaku Penyerangan Wiranto

LINTAS PUBLIK - JAKARTA,  Pergerakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) ternyata telah terdeteksi oleh Badan Intelijen Negara (BIN) sejak sebelum penyerangan terhadap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, terjadi.

Meskipun pergerakannya telah terdeteksi, namun pihak kepolisian tidak bisa langsung melakukan penangkapan atau preventif strike begitu saja. Pasalnya, kelompok teroris bergerak dalan enam tahapan.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menjelaskan, tahapan pertama yakni berjaga-jaga atau melakukan perencanaan. Tahap kedua yakni rekruitmen dari tokoh kelompok kepada orang-orang yang memiliki simpati kepada pergerakan ISIS.

Selanjutnya pada tahap ketiga, tokoh itu menggelar taklim umum kepada rekruitannya. Hal ini guna mendoktrinisasi paham radikalisme serta mengajarkan jihad.

Lalu tahap keempat, akan dilakukan taklim khusus. Di mana dalam tahap tersebut, tokoh itu akan menilai bagaimana kesiapan dari orang-orang yang berhasil direkrut.

“Lebih khusus lagi mereka taklim khusus kepada orang yang ikut tahapan lewat medsos. Setelah itu mereka merekrut, dan cukup kuat untuk bergabung, baru mereka idad. Idad ini proses pelatihan,” ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (11/10/2019).

Sejauh ini, kata Dedi, Abu Rara baru sampai pada tahap keempat, yakni mengikuti taklim khusus. Karena alasan tersebut, pihak kepolisian pun belum dapat melakukan upaya preventif strike. Alasannya, belum ada bukti awal yang mencukupi untuk melakukan upaya tersebut.

“Sebelum ada langkah 4 dan 5 kita masih monitoring, karena bukti permulanan kejahatan belum ada bukti cukup, seperti yang dilakukan Abu Rara,” sambungnya.

Menurutnya, Abu Rara baru satu kali berkomunikasi langsung dengan Abu Zee. Selanjutnya, Abu Rara pergi ke Pandeglang, Banten. Namun di sana, polisi tidak menemukan adanya upaya pelaggaran hukum.

“Dengan Abu See sekali komunikasi lalu dia pergi ke Menes. Di situ belum ditemukan bukti otentik perbuatan melawan hukum,” kata Dedi.

Hal ini tentu berlainan dengan Abu Zee dan delapan orang lainnya yang telah ditangkap pada akhir September 2019 lalu. Di mana, pergerakan kelompok itu sudah masuk pada tahap kelima.

“Kelompok Abu Zee mereka sudah beli bahan peledak dan lain-lain, sudah merencanakan amaliyah. Jadi kita hanya bisa memonitor, ini kan amaliyah Abu Rara spontanitas. Makanya, ada kesempatan dia langsung memanfaatkan bersama istrinya,” tandas Dedi.

Untuk diketahui, Wiranto menjadi korban penyerangan siang tadi di Pandeglang, Banten. Peristiwa tersebut terjadi ktika Wiranto berada di Pintu Gerbang Lapangan Alun-Alun Menes Desa Purwaraja, Pandeglang, Banten, hari ini sekitar pukul 11.55 WIB. Pelaku yang berada di lokasi pun mendekati Wiranto dengan berpura-pura bersalaman.

Kedua terduga pelaku itu kemudian mengarahkan senjata tajam yang telah dipersiapkan untuk menyerang Wiranto. Alhasil, Wiranto mengalami luka tusukan di tubuh bagian depan atau perut.

Kapolsek Menes Kompol Dariyanto yang berada didekat Wiranto pun turut terkena sabetan senjata tajam itu saat hendak mengamankan pelaku. Akibatnya, tubuh bagian belakang Dariyanto mengalami luka tusukan.

Kini, Wiranto masih dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta Pusat.

sumber   : posk 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.