Monumen Friedrich Silaban, Arsitek Masjid Istiqlal Jakarta akan Dibangun di Humbahas
LINTAS PUBLIK - DOLOK SANGGUL, Doloksanggul. Untuk mengenang jasa Friedrich Silaban, akan dibangun monumennya di Desa Dolok Margu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatra Utara. Gagasan pembangunan monumen arsitek pembangunan Masjid Istiqlal Jakarta ini merupakan prakarsa dari Pemkab Humbahas dan anggota DPR-RI, Sahat Silaban pada 2018.
"Aspirasi pembangunan monumen itu diprakarsai Pemerintah Humbahas dengan Sahat Silaban (Op Ranggas) anggota DPR RI Dapil II. Pada 2019 masuk dalam agenda pembahasan Badan Anggaran DPR RI. Peran serta berbagai pihak menjadi kunci utama," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Humbahas, Tonny Suhombing , Kamis (10/10/2019).
Kata Tonny, pembangunan monumen Friedrich Silaban akan dibiayai dari APBN 2020. Bahkan, pemerintah menginisiasi melakukan sayembara gagasan desain pembangunan monumen Friedrich Silaban. "Sayembara sudah kita lakukan penjurian. Sayembara itu diikuti 64 arsitek se-Indonesia," katanya.
Keputusan juri tahap II pada 7 Oktober 2019, paparnya, memutuskan 6 nomisasi dengan judul karya Penangkap Air Friedrich Silaban, Lorong Waktu, Emper Silaban, Cita Cita Arsitek Silaban Menuju Pencarian Arsitektur Indonesia, Silaban Membumi dan Rumah Friedrich Silaban. Adapun kriteria penjurian menyangkut pertimbangan aspek fungsi, keselamatan bangunan, kesehatan, kenyamanan, struktur bangunan, kearifan lokal, kesinambungan lingkungan. Hasilnya, diputuskan 3 nominasi, yakni Emper Silaban, Penangkap Air Friedrich Silaban dan Silaban Membuni. Emper Silaban akhirnya ditetapkan sebagai pemenang.
"Kerangka acuan kerja penjurian sudah ditentukan. Dari hasil itu ditetapkan sebagai pemenang. Pemenang akan dilibatkan dalam pengembangan perangcangan. Sebagai arsitek, pemenang yang mempunyai wewenang dalam menentukan desain," sebut Tonny.
Lanjut Tonny menjelaskan, penilaian penjurian menggambarkan peradaban manusia Indonesia, mencerminkan identitas bangsa dengan filosofi dari pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 45. Artinya, melibatkan tim juri, melibatkan berbagai bidang ilmu dan juga pemerintah. Tim juri, yakni Diana Kusumastuti, Sahat Silaban, Tonny Sihombing, Prof Gunawan Tjohjono, Baskoro Tedjo, Boy Brahmawanta Sembiring, Setiadi Sopandi dan Ar Rachmad Widodo, pengurus Nasional Ikatan Arsitek Indonesia dan Ketua Badan Penghargaan dan Sayembara Karya.
Bupati Humbahas, Dosmar Banjarnahor, menyambut baik rencana pembangunan Monumen Friedrich Silaban.Ia mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan perhatian dan pemikiran terlaksanannya rencana pembangunan monumen tersebut.
“Tentu pembangunan monumen itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Humbahas dan juga masyarakat Tapanuli. Ini adalah peran serta dari semua pihak. Secara khusus saya mengucapkan banyak terima kasik kepada Sahat Silaban dan juga Imam Besar masjid Istiqlal yang mendorong terlaksananya pembangunan itu," kata Ketua DPC PDIP Humbahas itu.
"Melalui pembangunan monument Friedrich Silaban, mengingatkan Negara Indonesia dengan keberagaman suku dan agama, disebut dengan Bhinneka Tunggal Ika sebagai simbol toleransi. Emper Silaban sebagai ikon melambangkan keberagaman, dan ini akan kita sebut monumen Bhinneka Tunggal Ika,” sebutnya.
Dikaitkan dengan Danau Toba sebagai kawasan strategis Danau Toba (KSPN), kata Dosmar, akan berdampak luas bagi masyarakat Humbahas. Itu artinya, akan menambah ikon Humbahas di bidang pariwisata budaya.
"Saya berharap dari rencana pembangunan itu akan berdampak terhadap masyarakat luas, serta mengedukasi generasi muda untuk berinspirasi menjadi arstitektur seperti Friedrich," sebut suami Lidia Panjaitan itu.
Kata Dosmar, dari detail artistik monumen Friedrich Silaban sangat berkelas dunia, dengan fasilitas, di antaranya museum, galeri Silaban, kolam transisi, kafe, toilet difabel, storage, kitchen, open kitchen, souvenir shop, kantor pengelola, ruang doa, musala, area wudhu dan parkir yang memadai, sehingga memberikan nilai pariwisata budaya yang menawan.
Sementara itu, Sahat Silaban mengungkapkan, ada putra Batak beragama Kristen yang merancang Masjid Istiqlal yang begitu megah dan terbesar di Asia. Masjid itu adalah karya Friedrich Silaban. Banyak lagi karya anak pendeta dari Tapanuli yang masih tetap berdiri megah dan dapat dilihat masyarakat hingga saat ini.
"Bahwa Mesjid itu adalah tempat berkumpulnya para saudara kita Muslim untuk berkumpul. Rancangan itu adalah karya anak bangsa, beragama Kristen. itulah buktinya bahwa toleransi sudah berjalan dengan baik sejak dulu," ujarnya.
Melalui pembangunan Emper Silaban, paparnya, akan menumbuhkan kembali semangat Bhinneka Tunggal Ika.
"Saya heran melihat kondisi saat ini. Sepertinya telah terkikis nilai-nilai kebangsaan. Saya berharap monument ini akan menumbuhkan semangat toleransi, dan jangan sesekali melupakan sejarah,” katanya.
sumber : MB
"Aspirasi pembangunan monumen itu diprakarsai Pemerintah Humbahas dengan Sahat Silaban (Op Ranggas) anggota DPR RI Dapil II. Pada 2019 masuk dalam agenda pembahasan Badan Anggaran DPR RI. Peran serta berbagai pihak menjadi kunci utama," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Humbahas, Tonny Suhombing , Kamis (10/10/2019).
Kata Tonny, pembangunan monumen Friedrich Silaban akan dibiayai dari APBN 2020. Bahkan, pemerintah menginisiasi melakukan sayembara gagasan desain pembangunan monumen Friedrich Silaban. "Sayembara sudah kita lakukan penjurian. Sayembara itu diikuti 64 arsitek se-Indonesia," katanya.
Keputusan juri tahap II pada 7 Oktober 2019, paparnya, memutuskan 6 nomisasi dengan judul karya Penangkap Air Friedrich Silaban, Lorong Waktu, Emper Silaban, Cita Cita Arsitek Silaban Menuju Pencarian Arsitektur Indonesia, Silaban Membumi dan Rumah Friedrich Silaban. Adapun kriteria penjurian menyangkut pertimbangan aspek fungsi, keselamatan bangunan, kesehatan, kenyamanan, struktur bangunan, kearifan lokal, kesinambungan lingkungan. Hasilnya, diputuskan 3 nominasi, yakni Emper Silaban, Penangkap Air Friedrich Silaban dan Silaban Membuni. Emper Silaban akhirnya ditetapkan sebagai pemenang.
"Kerangka acuan kerja penjurian sudah ditentukan. Dari hasil itu ditetapkan sebagai pemenang. Pemenang akan dilibatkan dalam pengembangan perangcangan. Sebagai arsitek, pemenang yang mempunyai wewenang dalam menentukan desain," sebut Tonny.
Lanjut Tonny menjelaskan, penilaian penjurian menggambarkan peradaban manusia Indonesia, mencerminkan identitas bangsa dengan filosofi dari pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 45. Artinya, melibatkan tim juri, melibatkan berbagai bidang ilmu dan juga pemerintah. Tim juri, yakni Diana Kusumastuti, Sahat Silaban, Tonny Sihombing, Prof Gunawan Tjohjono, Baskoro Tedjo, Boy Brahmawanta Sembiring, Setiadi Sopandi dan Ar Rachmad Widodo, pengurus Nasional Ikatan Arsitek Indonesia dan Ketua Badan Penghargaan dan Sayembara Karya.
Desain "Emper Silaban", pemenang sayembara desain Monumen Friedrich Silaban. |
“Tentu pembangunan monumen itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Humbahas dan juga masyarakat Tapanuli. Ini adalah peran serta dari semua pihak. Secara khusus saya mengucapkan banyak terima kasik kepada Sahat Silaban dan juga Imam Besar masjid Istiqlal yang mendorong terlaksananya pembangunan itu," kata Ketua DPC PDIP Humbahas itu.
"Melalui pembangunan monument Friedrich Silaban, mengingatkan Negara Indonesia dengan keberagaman suku dan agama, disebut dengan Bhinneka Tunggal Ika sebagai simbol toleransi. Emper Silaban sebagai ikon melambangkan keberagaman, dan ini akan kita sebut monumen Bhinneka Tunggal Ika,” sebutnya.
Dikaitkan dengan Danau Toba sebagai kawasan strategis Danau Toba (KSPN), kata Dosmar, akan berdampak luas bagi masyarakat Humbahas. Itu artinya, akan menambah ikon Humbahas di bidang pariwisata budaya.
"Saya berharap dari rencana pembangunan itu akan berdampak terhadap masyarakat luas, serta mengedukasi generasi muda untuk berinspirasi menjadi arstitektur seperti Friedrich," sebut suami Lidia Panjaitan itu.
Kata Dosmar, dari detail artistik monumen Friedrich Silaban sangat berkelas dunia, dengan fasilitas, di antaranya museum, galeri Silaban, kolam transisi, kafe, toilet difabel, storage, kitchen, open kitchen, souvenir shop, kantor pengelola, ruang doa, musala, area wudhu dan parkir yang memadai, sehingga memberikan nilai pariwisata budaya yang menawan.
Sementara itu, Sahat Silaban mengungkapkan, ada putra Batak beragama Kristen yang merancang Masjid Istiqlal yang begitu megah dan terbesar di Asia. Masjid itu adalah karya Friedrich Silaban. Banyak lagi karya anak pendeta dari Tapanuli yang masih tetap berdiri megah dan dapat dilihat masyarakat hingga saat ini.
"Bahwa Mesjid itu adalah tempat berkumpulnya para saudara kita Muslim untuk berkumpul. Rancangan itu adalah karya anak bangsa, beragama Kristen. itulah buktinya bahwa toleransi sudah berjalan dengan baik sejak dulu," ujarnya.
Melalui pembangunan Emper Silaban, paparnya, akan menumbuhkan kembali semangat Bhinneka Tunggal Ika.
"Saya heran melihat kondisi saat ini. Sepertinya telah terkikis nilai-nilai kebangsaan. Saya berharap monument ini akan menumbuhkan semangat toleransi, dan jangan sesekali melupakan sejarah,” katanya.
sumber : MB
Tidak ada komentar