Kardinal Suharyo Bicara Polemik Ucapan Natal hingga Izin Gereja
LINTAS PUBLIK, Mgr Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo mengaku dirinya biasa mendapatkan ucapan selamat Natal dari sejumlah tokoh muslim setiap memasuki Hari Natal. Tapi dia tidak mempersoalkan bila ada pihak yang justru melarang ucapan selamat tersebut kepada umat Katolik maupun Nasrani pada umumnya.
"Tapi bahwa ada yang merasa belum pas mengucapkan Natal, ya saya tidak ambil pusing. Kalau mau mengucapkan syukur kalau tidak ya tidak masalah," kata Kardinal Suharyo saat ditemui di Gereja Katedral, pekan lalu.
Sebagai sesama warga negara, ia melanjutkan, sangat mungkin mempunyai keyakinan yang berbeda. "Dalam hal iman kita tidak boleh membenarkan atau menyalahkan. Itu salah satu wujud toleransi," imbuh Mgr Ignatius Suharyo yang dilantik Paus Fransiskus sebagai Kardinal pada 5 Oktober lalu.
Pada bagian lain, mantan Dekan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma itu juga menyoroti masih munculnya kisruh dalam hal pendirian rumah-rumah ibadah, termasuk gereja di sejumlah daerah. Kardinal Suharyo mencontohkan di salah satu paroki di Keuskupan Agung Jakarta, ada sekelompok umat yang harus menunggu sampai 24 tahun untuk mendapatkan izin mendirikan gereja.
"Kepala daerah mesti memastikan bahwa komunitas - komunitas agama di wilayahnya mempunyai tempat ibadah," ujarnya tegas.
Khusus pesan Natal tahun ini, menurut Kardinal Suharyo, Persekutuan gereja-gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengambil tema, "Hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang." Tema Natal tersebut diambil berdasarkan tantangan-tantangan yang berpotensi melunturkan persaudaraan bangsa akhir-akhir ini seperti ujaran kebencian, intoleransi, dan politik identitas.
Tantangan tersebut kemudian ditanggapi dari segi iman umat kristiani dengan merujuk salah satu ayat dalam alkitab Injil Yohanes, Bab XIV ayat 14. Ayat tersebut mengandung perintah saling mengasihi.
"Jadi sebetulnya rumus itu sendiri adalah ajakan bagi umat Kristiani supaya dapat bersahabat bagi semua orang, mesti menjalankan perintah Yesus yang kelahirannya dirayakan itu, yaitu saling mengasihi," jelas Kardinal Suharyo.
Bersahabat dan menebar kasih antar sesama menjadi krusial di tengah masyarakat saat ini yang menghadapi sejumlah tantangan utama antara lain berupa ujaran kebencian yang semakin menyebar, intoleransi, dan politik identitas. "Semakin menyaberanya ketiga isu atau tantangan utama itu pertanda lunturnya persaudaraan. Mengatasinya, toleransi saja gak cukup. We must to beyond tolerance, yakni kasih," papar lulusan program Doktoral Teologi Bibilis Universitas Urbaniana, Italia itu.
sumber : det
Mgr Ignatius Kardinal Suharyo |
Sebagai sesama warga negara, ia melanjutkan, sangat mungkin mempunyai keyakinan yang berbeda. "Dalam hal iman kita tidak boleh membenarkan atau menyalahkan. Itu salah satu wujud toleransi," imbuh Mgr Ignatius Suharyo yang dilantik Paus Fransiskus sebagai Kardinal pada 5 Oktober lalu.
Pada bagian lain, mantan Dekan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma itu juga menyoroti masih munculnya kisruh dalam hal pendirian rumah-rumah ibadah, termasuk gereja di sejumlah daerah. Kardinal Suharyo mencontohkan di salah satu paroki di Keuskupan Agung Jakarta, ada sekelompok umat yang harus menunggu sampai 24 tahun untuk mendapatkan izin mendirikan gereja.
"Kepala daerah mesti memastikan bahwa komunitas - komunitas agama di wilayahnya mempunyai tempat ibadah," ujarnya tegas.
Khusus pesan Natal tahun ini, menurut Kardinal Suharyo, Persekutuan gereja-gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengambil tema, "Hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang." Tema Natal tersebut diambil berdasarkan tantangan-tantangan yang berpotensi melunturkan persaudaraan bangsa akhir-akhir ini seperti ujaran kebencian, intoleransi, dan politik identitas.
Tantangan tersebut kemudian ditanggapi dari segi iman umat kristiani dengan merujuk salah satu ayat dalam alkitab Injil Yohanes, Bab XIV ayat 14. Ayat tersebut mengandung perintah saling mengasihi.
"Jadi sebetulnya rumus itu sendiri adalah ajakan bagi umat Kristiani supaya dapat bersahabat bagi semua orang, mesti menjalankan perintah Yesus yang kelahirannya dirayakan itu, yaitu saling mengasihi," jelas Kardinal Suharyo.
Bersahabat dan menebar kasih antar sesama menjadi krusial di tengah masyarakat saat ini yang menghadapi sejumlah tantangan utama antara lain berupa ujaran kebencian yang semakin menyebar, intoleransi, dan politik identitas. "Semakin menyaberanya ketiga isu atau tantangan utama itu pertanda lunturnya persaudaraan. Mengatasinya, toleransi saja gak cukup. We must to beyond tolerance, yakni kasih," papar lulusan program Doktoral Teologi Bibilis Universitas Urbaniana, Italia itu.
Tidak ada komentar