Mendikbud: Dunia Tidak Butuh Siswa yang Jago Menghafal
LINTAS PUBLIK, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengganti Ujian Nasional (UN) dengan asesmen kompetensi. Tujuannya agar tidak ada lagi ujian hafalan.
Menurut Nadiem, UN hanya ada sampai 2020. Nantinya, 2021 akan menggunakan metode baru dengan asesmen kompetensi yang tidak lain adalah penyederhanaan dari UN.
“Intinya tidak bisa dihafal, tidak ada buku bertumpuk-tumpuk,” ujar Nadiem dalam rapat kerja di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (12/12).
Menurut Nadiem, saat ini UN sudah tidak tepat untuk diterapkan lagi. Butuh penyederhadaan UN dengan cara lain. Sebab di negara lain juga sudah banyak tidak menerapkan UN sebagai alat pengukur kemampuan siswa.
“Adanya UN cenderung membuat para siswa untuk menghafalkan materi yang telah diberikan oleh guru. Kita enggak butuh anak-anak jago ngafal, jujur saja dunia tidak membutuhkan anak yang jago ngafal,” tegasnya.
Sekadar informasi, salah satu Alasan Nadiem mengganti UN adalah karena berdasarkan survei dan diskusi dari beberapa pihak termasuk juga dengan orang tua siswa. Hasilnya, adalah tidak baik. Karena siswa fokusnya menghapal materi yang telah dipelajari.
Adanya UN ini juga menurut Nadiem belum menyentuh kepada karakter siswa. Sehingga ia menilai UN hanya akan ada sampai 2020. Setelah itu asesemen kompetisi minimum dan survei karakter yang akan diterapkan.
“Jadi memang belum menyentuh karekter siswa secara holistik,” tuturnya.
sumber : JP
Menurut Nadiem, UN hanya ada sampai 2020. Nantinya, 2021 akan menggunakan metode baru dengan asesmen kompetensi yang tidak lain adalah penyederhanaan dari UN.
Nadiem Makarim |
Menurut Nadiem, saat ini UN sudah tidak tepat untuk diterapkan lagi. Butuh penyederhadaan UN dengan cara lain. Sebab di negara lain juga sudah banyak tidak menerapkan UN sebagai alat pengukur kemampuan siswa.
“Adanya UN cenderung membuat para siswa untuk menghafalkan materi yang telah diberikan oleh guru. Kita enggak butuh anak-anak jago ngafal, jujur saja dunia tidak membutuhkan anak yang jago ngafal,” tegasnya.
Sekadar informasi, salah satu Alasan Nadiem mengganti UN adalah karena berdasarkan survei dan diskusi dari beberapa pihak termasuk juga dengan orang tua siswa. Hasilnya, adalah tidak baik. Karena siswa fokusnya menghapal materi yang telah dipelajari.
Adanya UN ini juga menurut Nadiem belum menyentuh kepada karakter siswa. Sehingga ia menilai UN hanya akan ada sampai 2020. Setelah itu asesemen kompetisi minimum dan survei karakter yang akan diterapkan.
“Jadi memang belum menyentuh karekter siswa secara holistik,” tuturnya.
sumber : JP
Tidak ada komentar