Hari Gini Kok Masih Ditemukan Hakim Memiliki Aset Rp8,1 Juta
LINTAS PUBLIK, Ternyata tak semua hakim bergelimang harta. Hakim Taufik Norhayat SH di PN Gunung Sitoli (Nias), meski bergolongan IV-a, dia hanya punya harta Rp 8,1 juga sesuai catatan di LHKPN-nya. Bahkan dia punya utang di bank Rp175 juta. Padahal kalau mau, hakim adalah profesi yang bisa bikin kaya, itu jika mau bermain-main dengan pasal-pasal KUHP.
Citra hakim, jaksa dan polisi, selama ini negative, karena banyaknya oknum yang bermain-main dengan hukum. Itu salah satu hal yang mendasari dibentuknya KPK tahun 2003. Ada pemeo lama yang mengatakan, KUHP itu plesetannya sebagai Kasih Uang Habis Perkara.
Pernah kejadian, seorang paman yang jadi Ketua Pengadilan Negeri, diledek oleh ponakannya bahwa kekayaannya ini diperoleh secara tidak halal. Apa jawab sang paman, “Kamu jangan cerewet, minta apa tinggal ngomong.”
Dan sang ponakan pun “dimanjakan” secukupnya. Tapi sayang, baik paman dan ponakan itu kini telah pergi (meninggal).
Tapi beruntunglah, di negeri ini juga masih banyak hakim yang setia pada kejujuran. Tak mau memperjual-belikan perkara, meski peluang itu ada. Salah satunya adalah hakim Taufik Norhayat yang bertugas di PN Gunung Sitoli Kabupaten Nias (Sumut). Bagaimana mungkin, hakim kok masih naik motor.
Mau tahu LHPKN-nya hakim asal Mboyolali, Jawa Tengah ini. Begini: 1. Sepeda motor senilai Rp2 juta. 2. Surat berharga senilai Rp3 juta. 3. Kas dan setara kas, senilai Rp3,1 juta. Total Rp 8,1 juta. Bahkan di situ juga dilaporkan, punya utang di bank Rp175 juta.
Sebagai hakim bergolongan IV-a, sepertinya kekayaan Taufik Norhayat tak masuk akal. Lalu penghasilannya selama ini ke mana, padahal dia masih membujang. Gajinya ya untuk mencicil pinjaman ke BRI dengan jaminan SK pengangkatan hakim tersebut. Dia sampai berani utang bank untuk membelikan rumah buat orangtuanya.
Kedua orangtuanya kini telah tiada, rumah di kampung yang menempati adiknya. Sebagai anak sulung, Taufik merasa bertanggungjawab untuk membesarkan adik-adiknya, bahkan berani telat kawin. Adik-adiknya memang sudah mentas, tapi masih juga perlu bantuan darinya.
Kenapa SH lulusan UNS Solo ini tak mau larut ikut para oknum hakim temannya, yang bisa kaya lewat jual beli perkara? Taufik hanya tertawa. Rupanya dia punya penilaian, kejujuran lebih berharga ketimbang harta.
sumber : posk
Citra hakim, jaksa dan polisi, selama ini negative, karena banyaknya oknum yang bermain-main dengan hukum. Itu salah satu hal yang mendasari dibentuknya KPK tahun 2003. Ada pemeo lama yang mengatakan, KUHP itu plesetannya sebagai Kasih Uang Habis Perkara.
Pernah kejadian, seorang paman yang jadi Ketua Pengadilan Negeri, diledek oleh ponakannya bahwa kekayaannya ini diperoleh secara tidak halal. Apa jawab sang paman, “Kamu jangan cerewet, minta apa tinggal ngomong.”
Dan sang ponakan pun “dimanjakan” secukupnya. Tapi sayang, baik paman dan ponakan itu kini telah pergi (meninggal).
Tapi beruntunglah, di negeri ini juga masih banyak hakim yang setia pada kejujuran. Tak mau memperjual-belikan perkara, meski peluang itu ada. Salah satunya adalah hakim Taufik Norhayat yang bertugas di PN Gunung Sitoli Kabupaten Nias (Sumut). Bagaimana mungkin, hakim kok masih naik motor.
Mau tahu LHPKN-nya hakim asal Mboyolali, Jawa Tengah ini. Begini: 1. Sepeda motor senilai Rp2 juta. 2. Surat berharga senilai Rp3 juta. 3. Kas dan setara kas, senilai Rp3,1 juta. Total Rp 8,1 juta. Bahkan di situ juga dilaporkan, punya utang di bank Rp175 juta.
Sebagai hakim bergolongan IV-a, sepertinya kekayaan Taufik Norhayat tak masuk akal. Lalu penghasilannya selama ini ke mana, padahal dia masih membujang. Gajinya ya untuk mencicil pinjaman ke BRI dengan jaminan SK pengangkatan hakim tersebut. Dia sampai berani utang bank untuk membelikan rumah buat orangtuanya.
Kedua orangtuanya kini telah tiada, rumah di kampung yang menempati adiknya. Sebagai anak sulung, Taufik merasa bertanggungjawab untuk membesarkan adik-adiknya, bahkan berani telat kawin. Adik-adiknya memang sudah mentas, tapi masih juga perlu bantuan darinya.
Kenapa SH lulusan UNS Solo ini tak mau larut ikut para oknum hakim temannya, yang bisa kaya lewat jual beli perkara? Taufik hanya tertawa. Rupanya dia punya penilaian, kejujuran lebih berharga ketimbang harta.
sumber : posk
Tidak ada komentar