Berduka Jenazah Perawat Tertular Corona Ditolak, PPNI Pasang Pita Hitam
LINTAS PUBLIK - SIANTAR, Sejumlah perawat Indonesia yang menangani COVID-19 meninggal setelah berjuang melawan pandemi, termasuk di Jawa Tengah. Para perawat di Jawa Tengah akan mengenakan pita hitam di lengan sebagai wujud duka.
Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah, Edy Wuryanto, mengatakan dalam mulai hari ini hingga sepekan, pita hitam akan dipakai oleh para perawat.
"Pita hitam digunakan hari ini sampai satu minggu ke depan, tanggal 10-16 April," kata Edy lewat sambungan telepon, Jumat (10/4/2020).
Selain itu media sosial perawat juga diminta memasang gambar pita hitam sebagai bentuk solidaritas dan keprihatinan.
"Saya meminta teman-teman perawat se-Indonesia memakai pita hitam sebagai bentuk solidaritas dan keprihatinan kami kepada masyarakat umum," jelasnya.
Keprihatinan tersebut termasuk terkait peristiwa penolakan jenazah perawat RSUP dr.Kariadi saat akan dimakamkan di dekat makam ayahnya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Siwarak, lingkungan Sewakul, Kelurahan Bandarjo, Kecamatan Ungaran.
Edy menjelaskan, pihaknya menyayangkan masih adanya stigma negatif soal pasien COVID-19 sehingga terjadi penolakan termasuk dikucilkan di tempat tinggal bahkan ditolak jenazahnya.
"Di Semarang memang sudah ada beberapa yang kos, sama warganya dihindari, mungkin mereka takut ketularan, lalu ada juga beberapa keluarga yang sampai anaknya pun itu mendapat keluhan dijauhi oleh masyarakat. Ya mungkin takut ketularan ya, jadi seolah-olah ada anggapan masyarakat perawat itu membawa virus ya kan, ini stigma yang berlebihan menurut saya," jelasnya.
Edy mengatakan saat ini ada anggotanya yang berada di ICU dengan status PDP Corona, ia berharap stigma negatif bisa dihilangkan sehingga jika sudah negatif Corona atau sembuh tidak dikucilkan. Karena menurutnya stigma negatif yang masih ada membuat mental para perawat terpengaruh.
"Tentu memberi dampak negatif pada mental teman-teman yang melayani. ini yang kami gak boleh terjadi di masa yang akan datang. Jadi kami hari ini bekerja keras untuk menyadarkan masyarakat dan akan terus memberikan edukasi bagaimana protokol penanganan jenazah bagi semua penderita COVID-19," tandasnya.
Untuk diketahui, seorang perawat di RSUP dr. Kariadi Semarang meninggal dengan status positif Corona. Jenazah sempat ditolak di TPU dan akhirnya dimakamkan di lingkungan makam Bergota Semarang tepatnya di lingkungan pemakaman dr. Kariadi.
"Jadi akhirnya yang bersangkutan dimakamkan di makam keluarga dr Kariadi, pahlawan Nasional yang namanya diabadikan di RSUP dr Kariadi. Smalam jam 19.00 sampai 20.00-an, itu bukan komplek makam umum tapi lokasinya RSUP dr. Kariadi di Bergota," kata Edy.
sumber : det
Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah, Edy Wuryanto, mengatakan dalam mulai hari ini hingga sepekan, pita hitam akan dipakai oleh para perawat.
"Pita hitam digunakan hari ini sampai satu minggu ke depan, tanggal 10-16 April," kata Edy lewat sambungan telepon, Jumat (10/4/2020).
ILUSTRASI |
Selain itu media sosial perawat juga diminta memasang gambar pita hitam sebagai bentuk solidaritas dan keprihatinan.
"Saya meminta teman-teman perawat se-Indonesia memakai pita hitam sebagai bentuk solidaritas dan keprihatinan kami kepada masyarakat umum," jelasnya.
Keprihatinan tersebut termasuk terkait peristiwa penolakan jenazah perawat RSUP dr.Kariadi saat akan dimakamkan di dekat makam ayahnya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Siwarak, lingkungan Sewakul, Kelurahan Bandarjo, Kecamatan Ungaran.
Edy menjelaskan, pihaknya menyayangkan masih adanya stigma negatif soal pasien COVID-19 sehingga terjadi penolakan termasuk dikucilkan di tempat tinggal bahkan ditolak jenazahnya.
"Di Semarang memang sudah ada beberapa yang kos, sama warganya dihindari, mungkin mereka takut ketularan, lalu ada juga beberapa keluarga yang sampai anaknya pun itu mendapat keluhan dijauhi oleh masyarakat. Ya mungkin takut ketularan ya, jadi seolah-olah ada anggapan masyarakat perawat itu membawa virus ya kan, ini stigma yang berlebihan menurut saya," jelasnya.
Edy mengatakan saat ini ada anggotanya yang berada di ICU dengan status PDP Corona, ia berharap stigma negatif bisa dihilangkan sehingga jika sudah negatif Corona atau sembuh tidak dikucilkan. Karena menurutnya stigma negatif yang masih ada membuat mental para perawat terpengaruh.
"Tentu memberi dampak negatif pada mental teman-teman yang melayani. ini yang kami gak boleh terjadi di masa yang akan datang. Jadi kami hari ini bekerja keras untuk menyadarkan masyarakat dan akan terus memberikan edukasi bagaimana protokol penanganan jenazah bagi semua penderita COVID-19," tandasnya.
Untuk diketahui, seorang perawat di RSUP dr. Kariadi Semarang meninggal dengan status positif Corona. Jenazah sempat ditolak di TPU dan akhirnya dimakamkan di lingkungan makam Bergota Semarang tepatnya di lingkungan pemakaman dr. Kariadi.
"Jadi akhirnya yang bersangkutan dimakamkan di makam keluarga dr Kariadi, pahlawan Nasional yang namanya diabadikan di RSUP dr Kariadi. Smalam jam 19.00 sampai 20.00-an, itu bukan komplek makam umum tapi lokasinya RSUP dr. Kariadi di Bergota," kata Edy.
sumber : det
Tidak ada komentar