Diisolasi Akibat Covid-19, Masyarakat Dusun 1 Nagori Bangun Pane Meradang
LINTAS PUBLIK, Sejak dilakukan isolasi terhadap Dusun 1 dan 2 Nagori Bangun Pane, Kecamatan Dolok Masagal, Kabupaten Simalungun atas adanya seorang warga meninggal dunia yang belakangan dinyatakan positif terpapar Covid-19 oleh Pemkab Simalungun, menyebabkan masyarakat setempat meradang.
“Kondisi saat ini memang sangat menyakitkan. Kami tidak bisa kemana-mana. Hanya bisa berdiam diri di rumah dan ke ladang,” kata Boru Saragih, warga setempat.
Selain merasa dikucilkan, sebagian hasil pertanian dari daerah ini juga tidak diperhitungkan lagi. Hal itu membuat masyarakat semakin sedih. Bagaimana tidak, meski masa isolasi masih seminggu, namun hal itu sangat berdampak besar bagi masyarakat.
Kini masyarakat mulai khawatir akibat tidak bisa membeli kebutuhan sehari-hari seperti beras, ikan, minyak, susu dan kebutuhan lainnya.
“Sedihlah. Mau beli kebutuhan dapur ke toko sebelah ditolak. Mereka tidak terima uang kami. Katanya gara-gara virus corona. Mereka mungkin takut tertular. Padahal sebenarnya kami (kampong, red) kan korban. Siapa sih yang mau sakit. Kami sudah seminggu diisolasi. Persediaan di rumah tak ada. Sebagai gantinya ikan, kami masak ubi.
Untung masih ada garam dan cabai. Itulah kami giling biar ada rasa makanan itu. Adapun hasil dari ladang, para pengepul hasil tani (toke sayur mayur) tidak mau ngambil. Mereka asal lewat saja dari kampung ini. Katanya mereka takut kena virus corona. Sedihlah kampung kami ini sekarang,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Hal serupa dikeluhkan warga lainnya, Marga Purba dan Saragih dan R Damanik. Mereka berharap masalah ini segera berakhir. Apalagi sejak diisolasi, kondisi Nagori Bangun Pane seperti tidak berpenghuni khususnya malam hari.
“Yang paling sulit adalah kita tak bisa kemana-mana. Mau beli kebutuhan dapur saja bingung. Yang biasanya paralong-along datang kemari, sekarang tidak ada lagi. Mau ke Siantar, tidak boleh. Sampai kapan seperti ini?,” ujar Marga Purba.
Kondisi yang serba menyulitkan ini juga dibenarkan R Damanik. Selaku pemuda setempat, ia merasa khawatir. Apalagi mayoritas di kampung itu adalah sebagai petani, seperti kopi, cabai dan jagung.
“Kami ngak tau harus berbuat apa. Hasil pertanian dari kampung ini tidak laku. Pengumpul (toke) setiap harinya lewat dari sini. Tapi kalau ditawarkan ke mereka, tak mau. Asal dilewati saja begitu. Kopi mamaku saja sudah beberapa hari tak laku-laku. Sedih kali kurasa. Persediaan sembako di rumah juga sudah kosong. Mau beli ke toko desa tetangga tak bisa. Semua ditolak.
Terus kami bagaimana. Ngeri kalilah kondisi ini. Adapun bantuan pemerintah, tak semuanya dapat. Mamaku saja yang sudah lansia tak kebagian,” ujarnya berharap ada perhatian pemerintah ke Nagori Bangun Pane.
Menyikapi keluhan warga, Camat Dolok Masagal Darwan Damanik dihubungi melalui telepon selulernya, Jumat (10/4) mengaku terkejut mendengar adanya informasi ini.
“Saya belum tau persoalan itu. Belum ada laporan sama saya. Begitupun, Senin depan kita akan turun langsung untuk menyikapinya,” ujar Camat Dolok Masagal Darwan Damanik.
Lalu sampai kapan atau solusi apa kira-kira agar masyarakat Bangun Pane tidak terlalu dikucilkan atas musibah Covid-19?
“Nantilah ya. Kita rapat dulu baru bisa mengambil kebijakan. Mengenai kapan berakhir, kita koordinasi dulu dengan Gugus dan Kapus juga Muspika. Soal bantuan memang sudah ada dari pemkab, tapi bantuan itu diutamakan bagi lansia dan mereka yang terdampak,” ujarnya.
sumber : det
“Kondisi saat ini memang sangat menyakitkan. Kami tidak bisa kemana-mana. Hanya bisa berdiam diri di rumah dan ke ladang,” kata Boru Saragih, warga setempat.
Penyemprotan disinfektan di rumah warga. |
Kini masyarakat mulai khawatir akibat tidak bisa membeli kebutuhan sehari-hari seperti beras, ikan, minyak, susu dan kebutuhan lainnya.
“Sedihlah. Mau beli kebutuhan dapur ke toko sebelah ditolak. Mereka tidak terima uang kami. Katanya gara-gara virus corona. Mereka mungkin takut tertular. Padahal sebenarnya kami (kampong, red) kan korban. Siapa sih yang mau sakit. Kami sudah seminggu diisolasi. Persediaan di rumah tak ada. Sebagai gantinya ikan, kami masak ubi.
Untung masih ada garam dan cabai. Itulah kami giling biar ada rasa makanan itu. Adapun hasil dari ladang, para pengepul hasil tani (toke sayur mayur) tidak mau ngambil. Mereka asal lewat saja dari kampung ini. Katanya mereka takut kena virus corona. Sedihlah kampung kami ini sekarang,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Hal serupa dikeluhkan warga lainnya, Marga Purba dan Saragih dan R Damanik. Mereka berharap masalah ini segera berakhir. Apalagi sejak diisolasi, kondisi Nagori Bangun Pane seperti tidak berpenghuni khususnya malam hari.
“Yang paling sulit adalah kita tak bisa kemana-mana. Mau beli kebutuhan dapur saja bingung. Yang biasanya paralong-along datang kemari, sekarang tidak ada lagi. Mau ke Siantar, tidak boleh. Sampai kapan seperti ini?,” ujar Marga Purba.
Kondisi yang serba menyulitkan ini juga dibenarkan R Damanik. Selaku pemuda setempat, ia merasa khawatir. Apalagi mayoritas di kampung itu adalah sebagai petani, seperti kopi, cabai dan jagung.
“Kami ngak tau harus berbuat apa. Hasil pertanian dari kampung ini tidak laku. Pengumpul (toke) setiap harinya lewat dari sini. Tapi kalau ditawarkan ke mereka, tak mau. Asal dilewati saja begitu. Kopi mamaku saja sudah beberapa hari tak laku-laku. Sedih kali kurasa. Persediaan sembako di rumah juga sudah kosong. Mau beli ke toko desa tetangga tak bisa. Semua ditolak.
Terus kami bagaimana. Ngeri kalilah kondisi ini. Adapun bantuan pemerintah, tak semuanya dapat. Mamaku saja yang sudah lansia tak kebagian,” ujarnya berharap ada perhatian pemerintah ke Nagori Bangun Pane.
Menyikapi keluhan warga, Camat Dolok Masagal Darwan Damanik dihubungi melalui telepon selulernya, Jumat (10/4) mengaku terkejut mendengar adanya informasi ini.
“Saya belum tau persoalan itu. Belum ada laporan sama saya. Begitupun, Senin depan kita akan turun langsung untuk menyikapinya,” ujar Camat Dolok Masagal Darwan Damanik.
Lalu sampai kapan atau solusi apa kira-kira agar masyarakat Bangun Pane tidak terlalu dikucilkan atas musibah Covid-19?
“Nantilah ya. Kita rapat dulu baru bisa mengambil kebijakan. Mengenai kapan berakhir, kita koordinasi dulu dengan Gugus dan Kapus juga Muspika. Soal bantuan memang sudah ada dari pemkab, tapi bantuan itu diutamakan bagi lansia dan mereka yang terdampak,” ujarnya.
sumber : det
Tidak ada komentar