Pejuang dari Semarang tahun 1942, Hartoyo : Kalau Ngak ada Nasi, Makan Ubi Pun Jadi
LINTAS PUBLIK - SIANTAR, Kakek Hartoyo umurnya menjelang 100 tahun, Kakek Hartoyo mengaku sebagai pejuang 1945 dari kota Semarang kelahiran tahun 1922 di kota semarang Jawa Tengah.
"Saya dulu ditugaskan sebagai pejuang kemerdekaan Republik Indonesia dari Semarang pada tahun 1942,"kata Hartoyo kepada lintaspublik.com Group danautobacenter.com, Selasa (29/4/2020) di kelurahan Bah kapul kecamamatan Siantar Sitalasari Pematangsiantar.
Menurut Hartoyo, saat itu umurnya baru 23 tahun, dan berjuang bersama-sama dengan pemuda lainnya ditempatkan (ditugaskan) ke Sumatera tepatnya kota Medan.
"Kami naik kapal lebih sebulan, dan pertama kali kami ditempatkan di kota Medan,"katanya.
Kata Hartoyo lagi, sebel;um berangkat ke Sumatera, dulu dirinya sudah diangkat sumpah (perjanjian), berjuang harus tanpa pamrih.
"Sudah tekad kami berjuang tanpa pamrih (tidak meminta imbalan), kalau pun Indonesia Merdeka kami tidak menuntut hasil kemerdekaan,"ujarnya, mengenang sumpahnya sampai saat ini.
"Jadi pemuda jangan takut peluru, kalau takut itu namanya bukan laki-laki,"ungkap Hartoyo, mengingat omongan sang kakaek yang meninggal dengan umur 125 tahun ketika memberangkatkannya dari Semarang ke Sumatera pada masa itu.
Hartoyo kini sedang sakit-sakitan, dan bersama istrinya belum pernah menerima bantuan dari pemerintah baik berupau Bantuan Lansung tunai maupun Program Keluarga Harapan (PKH).
"Yah sudah, kami sudah ihklas hidup ini. Kalau ngak ada nasi, makan ubi pun jadi, ubi juga makanan,"kata Hartoyo sambil menunjukan tanaman ubinya disekitar rumah kontrakannya.
Sampai saat ini, walau hidupnya sangat berkekeurangan, Hartoyo bertekad tidak akan meminta-minta.
"Yang pastinya kami bertekad tidak akan meminta-minta dengan siapapun, kalaupun kami tidak bisa makan. Karena hidup adalah perjuangan, dari tanah kembali ketanah."kata Hartoyo menunjukan 3 keris yang sampai kini menjadi saksi bisu perjuangannya sejak tahun 1942 memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Hartoyo dimasa kejayaanya berjuang dari daerah yang satu kedaearah lainnya, dan ini membuatnya harus berganti nama, Simak perbincangan media lintaspublik.com bersama Kakek Hartoyo :
Penulis : tagor
Editor : tagor
"Saya dulu ditugaskan sebagai pejuang kemerdekaan Republik Indonesia dari Semarang pada tahun 1942,"kata Hartoyo kepada lintaspublik.com Group danautobacenter.com, Selasa (29/4/2020) di kelurahan Bah kapul kecamamatan Siantar Sitalasari Pematangsiantar.
Menurut Hartoyo, saat itu umurnya baru 23 tahun, dan berjuang bersama-sama dengan pemuda lainnya ditempatkan (ditugaskan) ke Sumatera tepatnya kota Medan.
Kakek Hartoyo menunjukan 3 kerisnya sebagai alat berjuangansejak tahun 1942 |
Kata Hartoyo lagi, sebel;um berangkat ke Sumatera, dulu dirinya sudah diangkat sumpah (perjanjian), berjuang harus tanpa pamrih.
"Sudah tekad kami berjuang tanpa pamrih (tidak meminta imbalan), kalau pun Indonesia Merdeka kami tidak menuntut hasil kemerdekaan,"ujarnya, mengenang sumpahnya sampai saat ini.
"Jadi pemuda jangan takut peluru, kalau takut itu namanya bukan laki-laki,"ungkap Hartoyo, mengingat omongan sang kakaek yang meninggal dengan umur 125 tahun ketika memberangkatkannya dari Semarang ke Sumatera pada masa itu.
Hartoyo kini sedang sakit-sakitan, dan bersama istrinya belum pernah menerima bantuan dari pemerintah baik berupau Bantuan Lansung tunai maupun Program Keluarga Harapan (PKH).
"Yah sudah, kami sudah ihklas hidup ini. Kalau ngak ada nasi, makan ubi pun jadi, ubi juga makanan,"kata Hartoyo sambil menunjukan tanaman ubinya disekitar rumah kontrakannya.
Sampai saat ini, walau hidupnya sangat berkekeurangan, Hartoyo bertekad tidak akan meminta-minta.
"Yang pastinya kami bertekad tidak akan meminta-minta dengan siapapun, kalaupun kami tidak bisa makan. Karena hidup adalah perjuangan, dari tanah kembali ketanah."kata Hartoyo menunjukan 3 keris yang sampai kini menjadi saksi bisu perjuangannya sejak tahun 1942 memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Hartoyo dimasa kejayaanya berjuang dari daerah yang satu kedaearah lainnya, dan ini membuatnya harus berganti nama, Simak perbincangan media lintaspublik.com bersama Kakek Hartoyo :
Penulis : tagor
Editor : tagor
Tidak ada komentar