Ketua MPR: Jika Sayang Keluarga dan Orang Tua, Tunda Mudik
LINTAS PUBLIK, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengingatkan masyarakat terhadap risiko besar peningkatan kematian akibat COVID-19 yang menanti jika memaksakan mudik. Baik mudik ke luar Jabodetabek maupun mudik di sekitaran Jabodetabek.
Hak tersebut mengingat penyebaran virus COVID-19 masih belum terkendali. Sehingga siapapun rentan menjadi penyebar dan terpapar.
"Jika sayang dengan keluarga dan orang tua, tunda mudik. Kasihan orang tua, khususnya yang sudah lanjut usia. Anda mungkin terlihat sehat dan bugar, tapi bisa jadi sebetulnya sedang terpapar COVID-19. Memaksakan mudik, sama dengan menyebarkan virus COVID-19 ke anggota keluarga lainnya," ujar Bamsoet dalam dalam keterangannya, Kamis (21/5/2020).
Dalam diskusi virtual bersama Relawan Muda Jakarta, Relawan Tunda Mudik FH UNPAD 07, dan pengurus BPP HIPMI FH UNPAD 07, mantan Ketua DPR RI menambahkan sesuai anjuran Presiden Joko Widodo, masyarakat bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi untuk mudik virtual.
Sebab kata dia, esensinya juga tak berkurang. Allah akan tetap mencatatnya sebagai silaturahim yang dapat memperluas rezeki dan membuat hidup menjadi berkah.
"Walaupun fisik tak bisa berjumpa, tapi hati tetap tertautkan. Tunda mudik bukanlah untuk selamanya, hanya sementara hingga COVID-19 pergi," ujarnya.
"Jika masyarakat memaksakan mudik, penyebaran COVID-19 semakin tak terkendali, rumah sakit bisa kewalahan menangani pasien. Akibatnya, bukan hanya tingkat kematian akibat COVID-19 semakin tinggi, namun Indonesia akan terus menerus berada dalam krisis COVID-19," tutur Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI dan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia ini memaparkan, Korlantas Polri selama dua puluh hari pelaksanaan Operasi Ketupat 2020 pada 24 April 2020 hingga 18 Mei 2020, tercatat sudah 52.076 kendaraan yang dihalau oleh petugas kepolisian agar putar balik, tak melanjutkan perjalanan mudik. Data tersebut terkumpul dari tujuh Polda, dari mulai Lampung hingga Jawa Tengah.
"Masih lemahnya kesadaran masyarakat mematuhi kebijakan pemerintah, pada akhirnya akan menyulitkan masyarakat sendiri. Malah tak sedikit masih ada yang berusaha mengakali mudik dengan cara menggunakan truk, towing, hingga kontainer. Padahal pelarangan mudik ini dilakukan demi kebaikan dan kemaslahatan kita bersama," tandas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia ini menambahkan, semakin masyarakat disiplin ikut terlibat dalam peperangan melawan COVID-19, akan semakin cepat bangsa Indonesia kembali ke kehidupan normal.
Seperti halnya yang sudah dilakukan rakyat Vietnam, Selandia Baru, Korea Selatan maupun Hong Kong. Mereka kini sudah bisa beraktivitas di luar rumah, karena beberapa bulan terakhir disiplin mengikuti saran dan anjuran pemerintahnya.
"Tapi jika masyarakat abai, seperti di Brazil atau Amerika Serikat, pengendalian COVID-19 malah akan semakin semrawut. Akibatnya, angka kematian semakin tinggi, perekonomian hancur tak bisa digerakan, kondisi sosial dan psikologis masyarakatnya semakin berantakan. Pemerintah sudah bekerja keras, pilihan akhirnya ada di masyarakat," ujarnya.
"Mau mudik dengan konsekuensi maut mengintai, atau tetap di rumah dengan konsekuensi mempercepat pandemi COVIF-19 berakhir, sehingga kita bisa segera bertemu keluarga dengan nyaman," pungkas Bamsoet.
sumber : det
Hak tersebut mengingat penyebaran virus COVID-19 masih belum terkendali. Sehingga siapapun rentan menjadi penyebar dan terpapar.
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet |
Dalam diskusi virtual bersama Relawan Muda Jakarta, Relawan Tunda Mudik FH UNPAD 07, dan pengurus BPP HIPMI FH UNPAD 07, mantan Ketua DPR RI menambahkan sesuai anjuran Presiden Joko Widodo, masyarakat bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi untuk mudik virtual.
Sebab kata dia, esensinya juga tak berkurang. Allah akan tetap mencatatnya sebagai silaturahim yang dapat memperluas rezeki dan membuat hidup menjadi berkah.
"Walaupun fisik tak bisa berjumpa, tapi hati tetap tertautkan. Tunda mudik bukanlah untuk selamanya, hanya sementara hingga COVID-19 pergi," ujarnya.
"Jika masyarakat memaksakan mudik, penyebaran COVID-19 semakin tak terkendali, rumah sakit bisa kewalahan menangani pasien. Akibatnya, bukan hanya tingkat kematian akibat COVID-19 semakin tinggi, namun Indonesia akan terus menerus berada dalam krisis COVID-19," tutur Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI dan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia ini memaparkan, Korlantas Polri selama dua puluh hari pelaksanaan Operasi Ketupat 2020 pada 24 April 2020 hingga 18 Mei 2020, tercatat sudah 52.076 kendaraan yang dihalau oleh petugas kepolisian agar putar balik, tak melanjutkan perjalanan mudik. Data tersebut terkumpul dari tujuh Polda, dari mulai Lampung hingga Jawa Tengah.
"Masih lemahnya kesadaran masyarakat mematuhi kebijakan pemerintah, pada akhirnya akan menyulitkan masyarakat sendiri. Malah tak sedikit masih ada yang berusaha mengakali mudik dengan cara menggunakan truk, towing, hingga kontainer. Padahal pelarangan mudik ini dilakukan demi kebaikan dan kemaslahatan kita bersama," tandas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia ini menambahkan, semakin masyarakat disiplin ikut terlibat dalam peperangan melawan COVID-19, akan semakin cepat bangsa Indonesia kembali ke kehidupan normal.
Seperti halnya yang sudah dilakukan rakyat Vietnam, Selandia Baru, Korea Selatan maupun Hong Kong. Mereka kini sudah bisa beraktivitas di luar rumah, karena beberapa bulan terakhir disiplin mengikuti saran dan anjuran pemerintahnya.
"Tapi jika masyarakat abai, seperti di Brazil atau Amerika Serikat, pengendalian COVID-19 malah akan semakin semrawut. Akibatnya, angka kematian semakin tinggi, perekonomian hancur tak bisa digerakan, kondisi sosial dan psikologis masyarakatnya semakin berantakan. Pemerintah sudah bekerja keras, pilihan akhirnya ada di masyarakat," ujarnya.
"Mau mudik dengan konsekuensi maut mengintai, atau tetap di rumah dengan konsekuensi mempercepat pandemi COVIF-19 berakhir, sehingga kita bisa segera bertemu keluarga dengan nyaman," pungkas Bamsoet.
sumber : det
Tidak ada komentar