Celaka, Baru Buka Resleting Simbah Langsung KO Duluan
LINTAS PUBLIK, JIKA Tuhan ora marengke (tak mengizinkan), Mbah Mugi, 62, pun selamat dari tindak perzinaan. Tapi caranya tragis dan ironis. Baru saja si kakek buka resleting celana di kamar WTS yang mau dikencani, eh….mendadak serangan jantung dan tewas. Keruan saja WTS-nya panik, dan polisipun datang.
Ketika perut lapar, dan nasi di rumah belum siap, orang bisa belok makan di warung. Tapi bagaimana jika yang “lapar” justru yang di bawah perut?
Manurut hadist Nabi, hendaknya orang itu segera menikah. Jika tak mampu menikah, disarankan banyak berpuasa, karena puasa sesungguhnya bisa menurunkan nafsu syahwat.
Mbah Mugi warga Klirong Kebumen (Jateng), rupanya kakek yang selalu kelaparan, maklumlah dia seorang duda. Bila suami-suami lain bisa “makan” 2 kali seminggu sesendok makan, dia berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, tetap ngaplo (bengong) tak punya kegiatan yang signifikan. Untuk mengisi kesibukan, paling-paling ngobrol sama tetangga, atau ngisi TTS.
Sebetulnya dia ingin menikah lagi, tapi dalam usia sudah anggur kolesom begitu, cewek mana yang mau? Suami usia seperti itu pasti tidaklah mengasyikkan. Istri maunya hari-hari penuh pertandingan seru, eh…..suami maunya persahabatan saja. Istri murni bener-bener cuma nggo kanca turu (teman tidur) tanpa ditiduri.
Padahal meski sudah usia kepala enam, Mbah Mugi soal begituan masih semangat ’45, siap nembak Belanda kapan saja. Pokoknya masih rosa-rosa kayak Mbah Marijan lah. Tapi imej secara umum di luaran seperti itu, kawin sama lelaki anggur kolesom malah beli balsem atau reumason melulu, disuruh ngeroki ketika masuk anginan.
Karena rasa “lapar” sudah tak tertahankan, mumpung masa PSBB sudah diperlonggar, diam-diam Mbah Mugi ke warung nikmat di Kalitengah Gombong. Lokasi ini tidak sebesar kompleks WTS Sanggrahan Yogya, Silir Solo, atau Sunan Kuning KBRI (Kalibanteng Belok Kiri) di Semarang. Ibarat perumahan, bukan real estate, tapi sekedar kluster-kluster kecil bikinan developer modal cekak.
Mungkin ini nomer perdana bagi Mbah Mugi. Hati nuraninya merasa malu, sudah jadi lelaki anggur kolesom kok bukannya cari pahala, tapi malah berburu paha, apa kata dunia? Celakanya setan terus membujuk dan beragitasi, “Itukan slogan Kantor Pajak Bleh, nggak usah didengerin……”
Makanya Mbah Mugi dengan mantap terus menuju ke rumah mesum, dan dilayani Tarini, 35, seorang batterfly of night yang ditaksirnya. Tapi rupanya di dada si kakek yang mulai rapuh ini terus terjadi pertentangan batin, antara setan dan hati nurani.
Maka di dalam kamar mesum tersebut, di kala keduanya mulai melepas baju, tiba-tiba Mbah Mugi limbung di tempat tidur. Tarini mencoba membangunkan, tapi Mbah Mugi sudah tidak merespon.
Tarini keluar dengan wajah panik, minta tolong orang. Para tetangga segera datang, dan ternyata nyawa Mbah Mugi sudah wasalam. Tak urung Tarini ikut pula diperiksa di Polsek Gombong. “Dia baru menarik YKK-nya, tahu-tahu ambruk.” Kata petugas PKU Gombong, Mbah Mugi mendadak terkena serangan jantung.
Apa itu YKK? Oh, ternyata reusliting celana.
sumber : posk
Ketika perut lapar, dan nasi di rumah belum siap, orang bisa belok makan di warung. Tapi bagaimana jika yang “lapar” justru yang di bawah perut?
Manurut hadist Nabi, hendaknya orang itu segera menikah. Jika tak mampu menikah, disarankan banyak berpuasa, karena puasa sesungguhnya bisa menurunkan nafsu syahwat.
Mbah Mugi warga Klirong Kebumen (Jateng), rupanya kakek yang selalu kelaparan, maklumlah dia seorang duda. Bila suami-suami lain bisa “makan” 2 kali seminggu sesendok makan, dia berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, tetap ngaplo (bengong) tak punya kegiatan yang signifikan. Untuk mengisi kesibukan, paling-paling ngobrol sama tetangga, atau ngisi TTS.
Sebetulnya dia ingin menikah lagi, tapi dalam usia sudah anggur kolesom begitu, cewek mana yang mau? Suami usia seperti itu pasti tidaklah mengasyikkan. Istri maunya hari-hari penuh pertandingan seru, eh…..suami maunya persahabatan saja. Istri murni bener-bener cuma nggo kanca turu (teman tidur) tanpa ditiduri.
Padahal meski sudah usia kepala enam, Mbah Mugi soal begituan masih semangat ’45, siap nembak Belanda kapan saja. Pokoknya masih rosa-rosa kayak Mbah Marijan lah. Tapi imej secara umum di luaran seperti itu, kawin sama lelaki anggur kolesom malah beli balsem atau reumason melulu, disuruh ngeroki ketika masuk anginan.
Karena rasa “lapar” sudah tak tertahankan, mumpung masa PSBB sudah diperlonggar, diam-diam Mbah Mugi ke warung nikmat di Kalitengah Gombong. Lokasi ini tidak sebesar kompleks WTS Sanggrahan Yogya, Silir Solo, atau Sunan Kuning KBRI (Kalibanteng Belok Kiri) di Semarang. Ibarat perumahan, bukan real estate, tapi sekedar kluster-kluster kecil bikinan developer modal cekak.
Mungkin ini nomer perdana bagi Mbah Mugi. Hati nuraninya merasa malu, sudah jadi lelaki anggur kolesom kok bukannya cari pahala, tapi malah berburu paha, apa kata dunia? Celakanya setan terus membujuk dan beragitasi, “Itukan slogan Kantor Pajak Bleh, nggak usah didengerin……”
Makanya Mbah Mugi dengan mantap terus menuju ke rumah mesum, dan dilayani Tarini, 35, seorang batterfly of night yang ditaksirnya. Tapi rupanya di dada si kakek yang mulai rapuh ini terus terjadi pertentangan batin, antara setan dan hati nurani.
Maka di dalam kamar mesum tersebut, di kala keduanya mulai melepas baju, tiba-tiba Mbah Mugi limbung di tempat tidur. Tarini mencoba membangunkan, tapi Mbah Mugi sudah tidak merespon.
Tarini keluar dengan wajah panik, minta tolong orang. Para tetangga segera datang, dan ternyata nyawa Mbah Mugi sudah wasalam. Tak urung Tarini ikut pula diperiksa di Polsek Gombong. “Dia baru menarik YKK-nya, tahu-tahu ambruk.” Kata petugas PKU Gombong, Mbah Mugi mendadak terkena serangan jantung.
Apa itu YKK? Oh, ternyata reusliting celana.
sumber : posk
Tidak ada komentar