Depresi Tak Diterima di Sekolah Favorit, Siswa Meninggal Saat Mengurung Diri di Kamar
LINTAS PUBLIK, Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) DKI Jakarta yang menjadi pro dan kontra, akhirnya memakan korban. Seorang siswa yang tak diterima di sekolah favoritnya depresi mengurung diri didalam kamar hingga meninggal dunia.
Hal itulah yang ditemukan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) akan adanya calon siswa yang depresi. Siswa yang baru lulus SMP itu tak lolos jalur zonasi PPDB sehingga membuatnya depresi dan mengurung diri didalam kamar hingga ajal menjemput.
Ketua Komnas PA Arits Merdeka Sirait mengatakan, dalam PPDB tahun 2020 ini, pihaknya mendapat empat laporan dari orangtua yang menyebut bahwa anaknya mengurung diri di kamar dan mencoba untuk bunuh diri. "Dan sangat disesalkan, satu orang anak menjadi korban dan meninggal dunia, Sabtu (27/6) kemarin," katanya, Senin (29/6/2020).
Dikatakan Arist, siswa yang meninggal dunia itu merupakan warga Kelurahan Kayu Manis, Matraman, Jakarta Timur. Korban tewas karena mengurung diri didalam kamar lantaran tak lolos seleksi PPDB zonasi. "Anak itu meninggal karena sakit asam lambung karena sejak tak diterima sekolah mengurung diri didalam kamar," ujarnya.
Atas kasus yang terjadi itu, Arist menilai hal itu terjadi karena sang anak kecewa setelah tidak masuk ke sekolah negeri pilihannya. Hal itu disebabkan usianya yang masih 14 tahun lebih dan kalah bersaing dengan rekan lainnya yang usianya lebih tua. "Si anak sudah ditawarkan sekolah swasta juga tidak mau, artinya dia sudah depresi," sambungnya.
Menurut Arits, kondisi tersebut dapat membahayakan psikologis dan keselamatan jiwa anak tersebut. Dan hal itu juga berlaku bagi siswa lain yang tak lolos seleksi karena akan memiliki dampak yang sama. "Untuk kasus ini, adalah bentuk depresi anak, karena stres tidak lulus PPDB, jadi dampaknya ini luar biasa," ungkapnya.
Selain satu kasus diatas, ada tiga laporan lain yang didapatkan pihaknya terkait PPDB. Meski ketiganya juga mengalami depresi, namun masih dalam kondisi yang baik dan aman. "Dari empat laporan itu, tiga sudah dalam kondisi baik, hanya percobaan bunuh diri. Hanya satu orang meninggal, yang merupakan warga Kayu Manis," tambahnya.
Arist menambahkan, saat ini jenazah korban kini sudah dimakamkan pihak keluarga. Pihaknya pun, sudah memberikan pendampingan psikologis terhadap orangtua korban. "Kami berharap tak ada lagi anak-anak bangsa yang menjadi korban dari PPDB ini," ungkapnya.
Sementara itu, Kapolsek Matraman Kompol Tedjo Asmoro mengatakan, hingga kini pihaknya tak mendapat laporan perihal kebenaran pernyataan Sirait. Menurutnya, laporna terkait hal itu belum diterima pihaknya. "Belum ada laporannya, sementara masih nihil," pungkasnya.
sumber : posk
Hal itulah yang ditemukan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) akan adanya calon siswa yang depresi. Siswa yang baru lulus SMP itu tak lolos jalur zonasi PPDB sehingga membuatnya depresi dan mengurung diri didalam kamar hingga ajal menjemput.
ilustrasi |
Dikatakan Arist, siswa yang meninggal dunia itu merupakan warga Kelurahan Kayu Manis, Matraman, Jakarta Timur. Korban tewas karena mengurung diri didalam kamar lantaran tak lolos seleksi PPDB zonasi. "Anak itu meninggal karena sakit asam lambung karena sejak tak diterima sekolah mengurung diri didalam kamar," ujarnya.
Atas kasus yang terjadi itu, Arist menilai hal itu terjadi karena sang anak kecewa setelah tidak masuk ke sekolah negeri pilihannya. Hal itu disebabkan usianya yang masih 14 tahun lebih dan kalah bersaing dengan rekan lainnya yang usianya lebih tua. "Si anak sudah ditawarkan sekolah swasta juga tidak mau, artinya dia sudah depresi," sambungnya.
Menurut Arits, kondisi tersebut dapat membahayakan psikologis dan keselamatan jiwa anak tersebut. Dan hal itu juga berlaku bagi siswa lain yang tak lolos seleksi karena akan memiliki dampak yang sama. "Untuk kasus ini, adalah bentuk depresi anak, karena stres tidak lulus PPDB, jadi dampaknya ini luar biasa," ungkapnya.
Selain satu kasus diatas, ada tiga laporan lain yang didapatkan pihaknya terkait PPDB. Meski ketiganya juga mengalami depresi, namun masih dalam kondisi yang baik dan aman. "Dari empat laporan itu, tiga sudah dalam kondisi baik, hanya percobaan bunuh diri. Hanya satu orang meninggal, yang merupakan warga Kayu Manis," tambahnya.
Arist menambahkan, saat ini jenazah korban kini sudah dimakamkan pihak keluarga. Pihaknya pun, sudah memberikan pendampingan psikologis terhadap orangtua korban. "Kami berharap tak ada lagi anak-anak bangsa yang menjadi korban dari PPDB ini," ungkapnya.
Sementara itu, Kapolsek Matraman Kompol Tedjo Asmoro mengatakan, hingga kini pihaknya tak mendapat laporan perihal kebenaran pernyataan Sirait. Menurutnya, laporna terkait hal itu belum diterima pihaknya. "Belum ada laporannya, sementara masih nihil," pungkasnya.
sumber : posk
Tidak ada komentar