Di Kampung Samosir, 50 Hekter Padi Sawah Gagal Panen, Ribuan Tikus Diburu
LINTAS PUBLIK - SIMALUNGUN, 50 Hektar lebihpadi sawah di kampung Samosir, dusun 5 Nagori Karang Bangun, kecamatan Siantar kabupaten Simalungun gagal panen.
Gagal panen padi sawah ini merugikan pendapatan petani sekitar Rp. 1,7 Miliar lebih, dengan harga gabah padi sekitar Rp.4.300 perkilo gram.
"Sembilan puluh sembilan persen gagal panen tahun ini, ada 50 hekter lebih yang gagal panen, dan biasanya 1 hektarnya dapat menghasilkan 8 ton padi,"kata Usman Manurung tokoh masyarakat Kampung Samosir kepada lintaspublik.com, Jumat (5/6/2020) sore, saat berburu tikus.
Usman Manurung didampingiPoltak AmbaritaKepala dusung 5, dan Sihol Sinaga ketua RT menjelaskan, bahwa gagal panen ini juga pernah dirasakan tahun 2014 dan tahun 2017.
"Jadi ini gagal panaen yang ke tiga kali, pada tahun 2014 gagal panen juga, dan tikus yang diburu sekitar 2500 ekor, tahun 2017 berburu tikus 350 ekor. Dan tahun 2020 ini yang sangat parah,"jelasnya.
Pada kesempatan itu Usman juga mengatakan, bahwa perburuan tikus akan terus dilakukan sampai benar-benar bersih.
"Kami akan berburu bertahap, untuk saat ini ada tiga tahapan, tahap pertama sekitar 8 ribuan tikus, kedua sekitar 5 ribuan. Dan selanjutkan juga akan berburu, sampai semua lobang-lobang tikus dibongkar,"terangnya.
Lebih lanjut Usman mengatakan, sebelum tanam serempak, kami juga akan berburu.
"Dan kembali kami akan berburu ketika akan tanam serempak, mana tahu masih ada sarang-sarang tikus yang baru, karena nanti sia-sia kalau memang masih ada sarangnya. Jadi kami memastikan bahwa tikus-tikus yang merusak tanam padi, sawah bahkan jagung benar-benar bersih,"kata Usman manurung, bahwa hasil buruan tikus juga akan dimakan bersama.
"Hasil buruan tikus ini akan kami bersama, tentunya setelah diresep,"kata Usman, memberitahukan, bahwa daging tikus sawah rasanya seperti ayam kampung, manis dan lezat.
Pantauan lintaspublik.com, perburuan tikus diikuti ratusan warga kampung Samosir, mulai orang tua, remaja, bahkan sampai anak-anak.
Penulis : tagor
Editor : tagor
Gagal panen padi sawah ini merugikan pendapatan petani sekitar Rp. 1,7 Miliar lebih, dengan harga gabah padi sekitar Rp.4.300 perkilo gram.
"Sembilan puluh sembilan persen gagal panen tahun ini, ada 50 hekter lebih yang gagal panen, dan biasanya 1 hektarnya dapat menghasilkan 8 ton padi,"kata Usman Manurung tokoh masyarakat Kampung Samosir kepada lintaspublik.com, Jumat (5/6/2020) sore, saat berburu tikus.
Usman Manurung didampingiPoltak AmbaritaKepala dusung 5, dan Sihol Sinaga ketua RT menjelaskan, bahwa gagal panen ini juga pernah dirasakan tahun 2014 dan tahun 2017.
"Jadi ini gagal panaen yang ke tiga kali, pada tahun 2014 gagal panen juga, dan tikus yang diburu sekitar 2500 ekor, tahun 2017 berburu tikus 350 ekor. Dan tahun 2020 ini yang sangat parah,"jelasnya.
Pada kesempatan itu Usman juga mengatakan, bahwa perburuan tikus akan terus dilakukan sampai benar-benar bersih.
"Kami akan berburu bertahap, untuk saat ini ada tiga tahapan, tahap pertama sekitar 8 ribuan tikus, kedua sekitar 5 ribuan. Dan selanjutkan juga akan berburu, sampai semua lobang-lobang tikus dibongkar,"terangnya.
Warga Huta samosir menunjukan hasil buruan Tikusnya. |
"Dan kembali kami akan berburu ketika akan tanam serempak, mana tahu masih ada sarang-sarang tikus yang baru, karena nanti sia-sia kalau memang masih ada sarangnya. Jadi kami memastikan bahwa tikus-tikus yang merusak tanam padi, sawah bahkan jagung benar-benar bersih,"kata Usman manurung, bahwa hasil buruan tikus juga akan dimakan bersama.
"Hasil buruan tikus ini akan kami bersama, tentunya setelah diresep,"kata Usman, memberitahukan, bahwa daging tikus sawah rasanya seperti ayam kampung, manis dan lezat.
Pantauan lintaspublik.com, perburuan tikus diikuti ratusan warga kampung Samosir, mulai orang tua, remaja, bahkan sampai anak-anak.
Penulis : tagor
Editor : tagor
Tidak ada komentar