Akibat Musim Hujan, Petani Karet dan Sawah Mengeluh
LINTASPUBLIK - NIAS BARAT, Para petani karet dan Sawah di Kepulauan Nias, Provinsi Sumatera Utara, "Mengeluh" karena tidak bisa melaksanakan aktifitasnya akibat tingginya intensitas hujan dalam bulan ini, Ungkap Warga Desa Orahili, Emanuel Daeli kecamatan Sirombu kabupaten Nias Barat, Selasa (28/07/2020).
Emanuel Daeli mengatakan Musim hujan seperti ini merupakan masa tersulit bagi kami sebab disamping tidak bisa menyadap, harga karet pun masih belum normal.
Menurut dia, untuk harga getah karet ditingkat pengumpul hanya Rp 4 sampai 5 ribu/kg sedangkan hasil dari para pera petani khususnya penyadap karet tiap minggu bila tidak hujan hanya 15 kg saja, namun harga kebutuhan pokok masih melambung tinggi, ucapnya mengeluhkan.
Ia mengatakan, kondisi seperti ini membuatnya semakin pusing karena untuk mencukupi kebutuhan pokok serta keperluan keluarga dan biaya sekolah anak-anak bersumber dari getah karet.
Warga Desa Lasarabagawu Oktober Gulo, kecamatan Mandehe Barat Kabupaten Nias Barat, juga menyampaikan khususnya di kepulauan Nias mayoritas pekerjaannya Menyadap karet dan bersawah, khususnya di di Desa saya dulu, sekarang sebagian sedang melakukan kegiatan panen akan tetapi air sungai meluap sehingga sawah kami tidak bisa melakukan aktivitasnya sehingga sawah kami tidak bisa di panen lagi akibat musim hujan seperti ini.
Ketua kelompok tani Mude Sahabat Desa Tigaserangkai Kecamatan lahomi Kabupaten Nias Barat Fenda Daeli, membenarkan bahwa bulan ini di pulau Nias musim hujan para petani sangat mengeluh karena sawah yang berlokasi dekat sungai Na'ai, banyak gagal panen di akibatkan banjir.
Selain itu, kami para petani sangat resah dengan harga karet saat ini, untuk mencukupi kebutuhan keluarga saja kurang ditambah lagi musim hujan sehingga kami tidak bisa menyadap karet, keluhnya Fenda.
Tokoh masyarakat Nias Barat Ben Hia berharap kepada Bapak Presiden Republik Indonesia, kiranya dapat memberikan solusi terbaik untuk kami para petani (Karet dan Sawah) untuk kebutuhan keluarga pada musim hujan ini, Harapnya Ben Hia Tokoh masyarakat.
Penulis : Beneami
Editor : Tagor
Emanuel Daeli mengatakan Musim hujan seperti ini merupakan masa tersulit bagi kami sebab disamping tidak bisa menyadap, harga karet pun masih belum normal.
Menurut dia, untuk harga getah karet ditingkat pengumpul hanya Rp 4 sampai 5 ribu/kg sedangkan hasil dari para pera petani khususnya penyadap karet tiap minggu bila tidak hujan hanya 15 kg saja, namun harga kebutuhan pokok masih melambung tinggi, ucapnya mengeluhkan.
Desa Tigaserangkai Kecamatan Lahomi Kabupaten Nias Barat, Kembali dilanda banjir akibat hujan deras seharian. |
Warga Desa Lasarabagawu Oktober Gulo, kecamatan Mandehe Barat Kabupaten Nias Barat, juga menyampaikan khususnya di kepulauan Nias mayoritas pekerjaannya Menyadap karet dan bersawah, khususnya di di Desa saya dulu, sekarang sebagian sedang melakukan kegiatan panen akan tetapi air sungai meluap sehingga sawah kami tidak bisa melakukan aktivitasnya sehingga sawah kami tidak bisa di panen lagi akibat musim hujan seperti ini.
Ketua kelompok tani Mude Sahabat Desa Tigaserangkai Kecamatan lahomi Kabupaten Nias Barat Fenda Daeli, membenarkan bahwa bulan ini di pulau Nias musim hujan para petani sangat mengeluh karena sawah yang berlokasi dekat sungai Na'ai, banyak gagal panen di akibatkan banjir.
Selain itu, kami para petani sangat resah dengan harga karet saat ini, untuk mencukupi kebutuhan keluarga saja kurang ditambah lagi musim hujan sehingga kami tidak bisa menyadap karet, keluhnya Fenda.
Tokoh masyarakat Nias Barat Ben Hia berharap kepada Bapak Presiden Republik Indonesia, kiranya dapat memberikan solusi terbaik untuk kami para petani (Karet dan Sawah) untuk kebutuhan keluarga pada musim hujan ini, Harapnya Ben Hia Tokoh masyarakat.
Penulis : Beneami
Editor : Tagor
Tidak ada komentar