Header Ads

Kasus Djoko Tjandra, Mabes Polri Tetapkan Karo Korwas PPNS Sebagai Tersangka

LINTAS PUBLIK, Mabes Polri menetapkan mantan Karo Korwas PPNS Brigjen Prasetijo Utomo (BJP. PU) sebagai tersangka kasus pembuatan surat jalan yang dikeluarkan untu buronan DJoko Tjandra.

Hal tersebut dikatakan Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo, didampingi Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono, dan Kadiv Propam Irjen Ignatius Sigit Widiatmono di Gedung Bareskrim, Senin (27/7/2020).

Dikatakan, perkembangan penetapan status tersangka tersebut sebagai bentuk transparansi Polri terhadap publik yang menunggu penanganan kasus yang saat ini sedang dilaksanakan. Penetapan tersangka tersebut dari hasil gelar perkara berdasarkan LP/A/397/VII/2020/bareskrim tanggal 20 Juli 2020.

Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo
"Pada hari ini telah digelar perkara untuk menetapkan tersangka saudara BJP. PU yang dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB, diikuti oleh Itwasum Polri, Divpropam, Rowasidik, para Direktur dan seluruh penyidik yang tergabung dalam Tim khusus terkait dengan pengungkapan kasus keluar masuknya buron Djoko Tjandra," kata Listyo Sigit.

Dari hasil gelar tersebut, berisi sangkaan terkait membuat surat palsu dan menggunakan surat palsu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 KUHP Ayat 1 dan Ayat 2 Jo Pasal 55 Ayat 1 ke-1 e KUHP, telah melaksanakan pemeriksaan beberapa keterangan saksi yang bersesuaian.

San mendapatkan barang bukti sekaligus juga sudah didalami terkait dengan objek perkara dimaksud yaitu surat jalan nomor 77 tanggal 3 Juni 2020, surat keterangan pemeriksaan Covid-19 nomor 990, surat jalan nomor 82 tanggal 18 Juni 2020 atas nama Djoko Tjandra dimana 2 surat jalan tersebut dibuat atas perintah tersangka BJP. PU.

Kemudian surat keterangan pemeriksaan Covid-19 nomor 1561 dan surat rekomendasi Kesehatan nomor 2214 yang dibuat di Pusdokkes Polri terkait dengan konstruksi pasal tersebut maka tersangka BJP. PU telah menyuruh, membuat dan menggunakan surat palsu tersebut di mana saudara Anita Kolopaking (AK) dan Djoko Tjandra berperan menggunakan surat palsu tersebut.

Sementara kontruksi Pasal terkait dengan membantu orang yang dirampas kemerdekaannya dalam hal ini adalah terpidana Djoko Tjandra Pasal yang disangkakan adalah Pasal 426 KUHP di mana ini juga dilengkapi dengan beberapa keterangan saksi yang bersesuaian kemudian juga barang bukti dalam bentuk surat yang di dalami dan menjadi objek perkara yaitu terkait dengan keputusan Kapolri nomor 119 tanggal 20 Juni 2019 tentang Pengangkatan BJP. PU sebagai Karo Korwas, surat Jampidsus kepada Kabareskrim Polri tentang status hukum Djoko Tjandra.

Dalam konstruksi ini peran tersangka BJP. PU sebagai anggota Polri yang seharusnya bertugas sebagai penegak hukum telah membiarkan atau memberi pertolongan kepada Djoko Tjandra dengan mengeluarkan surat jalan, pembuatan surat keterangan bebas Covid-19 dan surat rekomendasi kesehatan.

Sedangkan konstruksi hukum terkait dengan pelanggaran Pasal 221 Ayat 1 ke-2 KUHP di mana yang bersangkutan menghalang-halangi atau mempersukar penyidikan, menghancurkan dan menghilangkan sebagian barang bukti. Hal ini juga dikuatkan dengan keterangan beberapa saksi yang bersesuaian di mana tersangka BJB. PU sebagai pejabat Polri menyuruh Kompol Joni Andrianto untuk membakar surat yang telah dipergunakan dalam perjalanan oleh AK dan Djoko Tjandra termasuk tentunya oleh yang bersangkutan.

Dengan demikian dari kesimpulan gelar perkara hari ini telah menetapkan 1 tersangka yaitu saudara BJP. PU dengan persangkaan Pasal 263 Ayat 1 dan Ayat 2 Jo Pasal 55 Ayat 1 ke-1e KUHP dan Pasal 426 Ayat 1 KUHP dan atau Pasal 221 Ayat 1 ke-2 KUHP dengan ancaman maksimal 6 tahun penjara.

Dikatakan, saat ini penyidik sudah melakukan pemeriksaan 20 saksi dan tim saat ini masih terus bekerja untuk melakukan pendalaman terhadap kemungkinan munculnya tersangka baru yang terkait dengan proses perjalanan buron Djoko Tjandra mulai dari proses masuknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama dalam proses mengurus pebinjauan kembali (PK) dan sampai yang bersangkutan kembali keluar dari Indonesia.

"Tim terus berkerja secara maksimal dan mohon doanya agar terus menggali secara objektif, secara transparan dan agar segera dapat disampaikan ke publik," ucapnya.

Kemudian terkait dengan aliran dana, kata Listyo Sigit pihaknya sudah melakukan penyelidikan untuk melakukan pressing terhadap aliran dana dan akan menyasar kepada siapa saja yang terlibat.

"Nantinya akan dijelaskan pada rilis berikutnya dan tidak menutup kemungkinan bahwa akan bekerja sama dengan KPK dalam rangka mengusut aliran dana dimaksud dan tentunya upaya dalam menerapkan Undang-undang Tipikor," pungkasnya.

Terkait dengan proses kode etik saat ini, sambung Listyo Sigit masih berproses, karena akan melalui mekanisme sidang gelar kode etik di Propam, namun Bareskrim fokus terkait dengan penahanan terhadap kasus pidana yang terjadi. Biasanya setelah inkrah.



sumber  : posk 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.