Pesan WTS ke Kamar Hotel yang Datang Istri Sendiri
LINTAS PUBLIK, JIKA Allah akan mempermalukan umat-Nya, ada saja caranya. Seperti Wahyudi, 40, dari Surabaya ini contohnya. Pusing lama tak dapat “layanan” dari istri garagara cekcok melulu, dia pesan WTS ke kamar hotel. Ternyata yang masuk ke kamar justru Ratih, 35, istri sendiri. Ya ributlah jadinya, sampai dilerai Satpam hotel.
Masalah kebutuhan “garan uyuh” bagi kaum lelaki muda memang sangat vital, mengalahkan sembako. Seorang suami yang kena embargo istri gara-gara percekcokan dalam rumahtangga, bisa membuka peluang adanya perselingkuhan.
Ada yang nguber-uber janda, ganggu bini orang, bahkan ada pula yang memanfaatkan jasa kaum “the butterfl y of night” untuk mengatasai masalah “under-stand” dalam dirinya. Tapi paling koplak mungkin nasib Wahyudi warga kota Surabaya.
Maksudnya tidak kesampaian, tapi malah dipermalukan Allah di depan publik. Soalnya, dia dan istrinya ribut di kamar hotel sampai dilerai Satpam dan disaksikan para tamu hotel yang lain. Dan ketika ditangani polisi, tentunya para tetangga di rumah juga jadi tahu. Kisahnya bermula dari hubungan tidak harmonis suami istri ini.
Masalah utamanya adalah, ketidak-seimbangan antara benggol dan bonggol dalam rumahtangga. Wahyudi sebagai suami, selalu menuntut pelayanan bonggol pada istrinya. Sedangkan Ratih menjadi malas melayani, karena kebutuhan benggol untuk keluarganya tak selalu dipenuhi. “Situ hanya mikir si entong, tak peduli Rice Box (tempat beras) selalu kotong (kosong),” kata Ratih selalu.
Bagaimana Wahyudi bisa memenuhi kebutuhan beras dalam rumahnya. Dirut Bulog bukan, kerja di pasar induk beras juga tidak. Dan paling utama, dia itu pegawai kecil yang gajinya selalu habis di pertengahan bulan. Tiap gajian selalu banyak potongan karena bon-bon bulan sebelumnya.
Ratih sudah berulang kali menyarankan suami untuk cari kerja yang gajinya gede. Tapi jawab Wahyudi, memangnya cari pekerjaan itu gampang? Dan setiap kantor apa ada yang mau kasih gaji besar, meski kerjanya ringan? Maunya Wahyudi sih, jadi komisaris di perusahaan BUMN gitu. Tapi bagaimana mungkin, wong jadi timses saat Pilpres 2019 juga kagak.
Rumah tangga Wahyudi selalu dilamun keributan, sehingga berdampak pada kebutuhan garan uyuh. Soalnya asal dia minta pelayanan nafkah batin, Ratih selalu menolak. Tidur sih masih dalam satu ranjang, tapi Ratih malah mengkurep melulu, seakan menyembunyikan asset miliknya, karena tak pernah dimasukkan ke LHKPN.
Wahyudi kemudian curhat ke teman-temannya. Sayangnya, Wahyudi sudah koplak, ketemu teman koplak pula. Dia malah disarankan cari WTS saja sebagai penyaluran darurat. Dan ternyata Wahyudi mau, sehingga diminta boking kamar hotel untuk diantar itu barang. Seumur-umur Wahyudi belum pernah jadi lelaki rusak, penggemar begenggek istilah orang Surabaya.
Maka dia di kamar hotel sport jantung saat menunggu pesanan. Kira-kira seperti apa ya sosok yang dipesannya itu? Apa seperti artis yang bertarif ? Rp80 juta, atau yang Rp 20 juta seperti yang terjadi di Medan? “Ya nggak mungkinlah, tarip cuma Rp 250.000,- kok minta yang kwalitas ekspor,” kata setan.
Tak lama kemudian wanita pesanannya datang. Tapi alangkah kagetnya, karena yang masuk justru Ratih bini sendiri. Walhasil tak jadi pertempuran, tapi malah ribut sendiri. Mereka bertengkar saling menyalahkan. Wahyudi bilang, sampai pesan WTS karena istri tak mau melayani.
Sedangkan Ratih beralasan, jadi WTS karena gajimu sebagai suami tak mencukupi. Keributan itu sampai dilerai Satpam, dan disaksikan para tamu pengunjung hotel. Agar tak jadi berkepanjangan keributan tersebut, polisi dipanggil dan keduanya dibawa ke Polsek. Kembali Wahyudi dan Ratih bertengkar. Karena tak ada pasal yang bisa menjeratnya, keduanya hanya didamaikan dan diminta pulang. Tapi ujung-ujungnya, malah mereka mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Surabaya. Kalau ada anak, kasihan mereka.
sumber : posk
Masalah kebutuhan “garan uyuh” bagi kaum lelaki muda memang sangat vital, mengalahkan sembako. Seorang suami yang kena embargo istri gara-gara percekcokan dalam rumahtangga, bisa membuka peluang adanya perselingkuhan.
ilustrasi |
Maksudnya tidak kesampaian, tapi malah dipermalukan Allah di depan publik. Soalnya, dia dan istrinya ribut di kamar hotel sampai dilerai Satpam dan disaksikan para tamu hotel yang lain. Dan ketika ditangani polisi, tentunya para tetangga di rumah juga jadi tahu. Kisahnya bermula dari hubungan tidak harmonis suami istri ini.
Masalah utamanya adalah, ketidak-seimbangan antara benggol dan bonggol dalam rumahtangga. Wahyudi sebagai suami, selalu menuntut pelayanan bonggol pada istrinya. Sedangkan Ratih menjadi malas melayani, karena kebutuhan benggol untuk keluarganya tak selalu dipenuhi. “Situ hanya mikir si entong, tak peduli Rice Box (tempat beras) selalu kotong (kosong),” kata Ratih selalu.
Bagaimana Wahyudi bisa memenuhi kebutuhan beras dalam rumahnya. Dirut Bulog bukan, kerja di pasar induk beras juga tidak. Dan paling utama, dia itu pegawai kecil yang gajinya selalu habis di pertengahan bulan. Tiap gajian selalu banyak potongan karena bon-bon bulan sebelumnya.
Ratih sudah berulang kali menyarankan suami untuk cari kerja yang gajinya gede. Tapi jawab Wahyudi, memangnya cari pekerjaan itu gampang? Dan setiap kantor apa ada yang mau kasih gaji besar, meski kerjanya ringan? Maunya Wahyudi sih, jadi komisaris di perusahaan BUMN gitu. Tapi bagaimana mungkin, wong jadi timses saat Pilpres 2019 juga kagak.
Rumah tangga Wahyudi selalu dilamun keributan, sehingga berdampak pada kebutuhan garan uyuh. Soalnya asal dia minta pelayanan nafkah batin, Ratih selalu menolak. Tidur sih masih dalam satu ranjang, tapi Ratih malah mengkurep melulu, seakan menyembunyikan asset miliknya, karena tak pernah dimasukkan ke LHKPN.
Wahyudi kemudian curhat ke teman-temannya. Sayangnya, Wahyudi sudah koplak, ketemu teman koplak pula. Dia malah disarankan cari WTS saja sebagai penyaluran darurat. Dan ternyata Wahyudi mau, sehingga diminta boking kamar hotel untuk diantar itu barang. Seumur-umur Wahyudi belum pernah jadi lelaki rusak, penggemar begenggek istilah orang Surabaya.
Maka dia di kamar hotel sport jantung saat menunggu pesanan. Kira-kira seperti apa ya sosok yang dipesannya itu? Apa seperti artis yang bertarif ? Rp80 juta, atau yang Rp 20 juta seperti yang terjadi di Medan? “Ya nggak mungkinlah, tarip cuma Rp 250.000,- kok minta yang kwalitas ekspor,” kata setan.
Tak lama kemudian wanita pesanannya datang. Tapi alangkah kagetnya, karena yang masuk justru Ratih bini sendiri. Walhasil tak jadi pertempuran, tapi malah ribut sendiri. Mereka bertengkar saling menyalahkan. Wahyudi bilang, sampai pesan WTS karena istri tak mau melayani.
Sedangkan Ratih beralasan, jadi WTS karena gajimu sebagai suami tak mencukupi. Keributan itu sampai dilerai Satpam, dan disaksikan para tamu pengunjung hotel. Agar tak jadi berkepanjangan keributan tersebut, polisi dipanggil dan keduanya dibawa ke Polsek. Kembali Wahyudi dan Ratih bertengkar. Karena tak ada pasal yang bisa menjeratnya, keduanya hanya didamaikan dan diminta pulang. Tapi ujung-ujungnya, malah mereka mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Surabaya. Kalau ada anak, kasihan mereka.
sumber : posk
Tidak ada komentar