Hilangnya Martabak India Asli
Demonstrasi anti-India membuat hilangnya “martabak India asli".
Setiap daerah punya makanan yang menjadi identitas dan terkenal di seluruh Indonesia. Misalnya, martabak, pasti Bangka. Semua pedagang martabak melabeli gerobaknya dengan martabak Bangka, meskipun dia bukan orang Bangka.
Sebenarnya martabak Bangka adalah martabak manis. Ada beberapa nama untuk martabak Bangka: Hok Lo Pan artinya kue orang Hok Lo, salah satu marga Tionghoa; Pandekuk atau Pande Coek, dan kue tabok.
Martabak India atau Martabak Telur dimasak pakai Arang di Siantar, Kamis (14/1/2021). |
Selain martabak manis, pedagang juga menyediakan martabak telor. Martabak ini berasal dari India. Dalam buku kuliner, Aneka Martabak Telur Panggang, disebutkan bahwa kata martabak ditengarai berasal dari bahasa Arab, murtabak atau mutabbaq, yang artinya lipatan. Ini tentu sesuai dengan bentuk makanannya yang dilipat menyerupai amplop. Martabak konon berasal dari India yang tersebar melalui perdagangan hingga Asia Tenggara. Selain di Indonesia, martabak juga bisa ditemukan di negara-negara lain, seperti Arab Saudi, Yaman, Thailand, dan Malaysia.
Dalam Bahasa dan Bonafiditas Hantu, Agus R. Sardjono berseloroh untunglah ketika martabak diperkenalkan dari India ke Indonesia, di Indonesia belum terjangkit wabah nasionalisasi nama-nama sehingga ia tidak diubah, misalnya, menjadi loreng dagu (telor goreng dengan daging dan terigu).
KBBI daring pun mengartikan martabak sebagai “makanan yang dibuat dari adonan tepung terigu (untuk lapisan luar) dan adonan telur, daging giling (cincang), dan rempah (untuk bagian isi) yang kemudian digoreng.”
Martabak tak sekadar makanan. Halalbihalal, tradisi saling memaafkan di Hari Raya Idulfitri, diciptakan pedagang martabak seorang India yang berjualan di Taman Sriwedari, Solo, sekitar tahun 1930-an.
Namun, ada juga kisah di balik hilangnya identitas India pada martabak. Sehingga kini kita lebih mengenal martabak Bangka. Kemana martabak India?
Ceritanya bermula ketika Guru Dutt Sondhi, wakil Asian Games Federation dari India, berkunjung ke Jakarta untuk melihat persiapan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV tahun 1962.
“Setelah meninjau berbagai persiapan dan pembangunan sarana untuk Asian Games, rupanya dia kurang puas. Dia melihat sarananya belum siap dan panitia kurang sungguh-sungguh melakukan persiapan yang diperlukan,” kata Firman Lubis, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam Jakarta 1950-an: Kenangan Semasa Remaja.
Kepada media massa, Sondhi menyampaikan kekecewaannya akan kekurangan persiapan pesta olahraga se-Asia itu. Selain soal itu, dia juga menyatakan Indonesia telah melakukan diskriminasi karena tidak mengikutsertakan Taiwan dan Israel. Dia pun menyebut Asian Games IV tidak sah dan lebih pantas disebut sebagai Jakarta Games.
“Rupanya pernyataan ini ditanggapi dengan sangat serius dan defensif oleh pemerintah Indonesia yang merasa didiskreditkan,” kata Firman. “Maka terjadilah demonstrasi oleh berbagai kelompok pemuda revolusioner –dengan mobilisasi tentu saja– yang intinya ganyang Sondhi.”
Massa mendatangi Sondhi di Hotel Indonesia. Sondhi diamankan, dan sore harinya diterbangkan ke New Delhi. Kejadian ini dikenang sebagai Peristiwa Sondhi.
Tak ada Sondhi, kedutaan dan orang-orang India jadi sasaran. “Orang-orang India di sekitar Pasar Baru yang tak tahu-menahu pesoalannya didemo para pemuda yang setengah kalap itu,” kata Firman. Mereka segera menutup toko takut terkena ganyang atau penjarahan. Mereka mengurung diri di rumah masing-masing.
Menurut Firman, yang lucu para penjual martabak telor yang biasa menuliskan di kaca gerobaknya sebagai “martabak India asli” segera menghapus tulisan “India asli” agar tidak ikut menjadi korban pengganyangan.
“Itulah sejarahnya mengapa hingga sekarang penjual martabak telor tidak lagi menyebut dagangannya sebagai martabak India, padahal pada 1950-an mereka selalu mengklaim martabaknya sebagai martabak India asli,” kata Firman.
sumber : hist
Tidak ada komentar