Sang Api Pada Pembelajaran di Masa Pandemik
Oleh : Emelda Thesalonika,M.Pd.
Pada maret 2019, seluruh kegiatan belajar mengajar di sekolah diliburkan selama seminggu dalam upaya pencegahan COVID-19 namun hal tersebut merupakan “kebohongan” yang tidak disengaja, karena faktanya hingga saat ini kegiatan belajar mengajar masih belum dilaksanakan kembali di sekolah melainkan dilaksakan secara Online ataupun lebih akrab disebut daring.
Emelda Thesalonika,M.Pd. |
Berdasarkan beberapa website, belajar daring merupakan “metode belajar yang menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System (LMS), seperti menggunakan Zoom, Google Meet, dan sebagainya”, maka dapat kita artikan bahwa pembelajaran daring membutuhkan perangkat- perangkat komunikasi seperti komputer/laptop dan smartphone.
“Kecil jadi kawan, besar jadi lawan” peribahasa ini menggambarkan api, yang mana jika digunakan dengan baik dan bijaksana api tersebut dapat membantu dan mempermudah pekerjaan kita, namun jika disalahgunakan maka api tersebut dapat menjadi semua bencana. Peribahasa tersebut juga dapat kita terapkan pada perangkat-perangkat komunikasi seperti komputer/laptop dan smartphone terutama di masa pandemi ini.
Pada masa pandemi ini kita diharapkan untuk menerapkan upaya – upaya peminimalisiran penyebaran dari COVID-19 dengan melakukan pekerjaan dan kegiatan sehari-hari dari rumah termasuk juga proses belajar mengajar dan mengurangi interaksi langsung dengan orang lain, untuk menerapkan hal tersebut dilakukanlah kerja dan belajar secara daring ataupun online.
Dalam masa pembelajaran daring ini smartphone dan komputer mempunyai peran yang amat penting, selain menjadi sumber belajar dan ilmu, smartphone dan komputer juga dapat menjadi suatu “wadah kelas”, dan media komunikasi antar guru dan siswanya.
Dengan menggunakan beberapa software aplikasi seperti ZOOM meeting, Whatsapp, Masseger, Google Meet dan aplikasi komunikasi lainnya guru dan siswa dapat tetap berkomunikasi baik via suara maupun video live/call. Guru dan siswa juga dapat menggunakan banyak website belajar dan kelas virtual untuk pemaparan materi ataupun sumber materi agar siswa memiliki banyak cara dan akses tidak terbatas terhadap materi pembelajaran seperti Google Classroom, Youtube, Zenius, Ruang guru, Quipper, bahkan Facebook dan lainnya.
Guru dan Siswa juga tetap dapat melakukan presentasi ataupun memaparkan materi, mengumpulkan tugas maupun melakukan praktik dengan menggunakan beberapa software seperti Power point, Google Slide dan juga dapat merekam diri saat memaparkan materi ataupun mempraktekkan sesuatu dan masih banyak lagi keuntungan dari penggunaan smartphone dan komputer lainnya.
Seperti yang telah dipaparkan diatas jika digunakan dengan baik dan benar penggunaan dari smartphone dan komputer dapat menjadi “kawan” bagi guru dan siswa, namun tentu saja penggunaan smartphone dan komputer memiliki beberapa celah ataupun kelemahan, seperti dalam penggunaan smartphone yang mendukung fitur layar multitasking yaitu dapat menjalankan 2 aplikasi sekaligus disaat yang sama, jika digunakan dengan bijaksana dalam belajar fitur ini dapat mempermudah kita dengan cara menampilkan ZOOM meeting, dan juga modul pembelajaran disaat yang sama, sambil mendengarkan penjelasan dari guru.
Siswa juga dapat sambil melihat buku yang sedang dibahas namun jika tidak digunakan dengan bijaksana bisa saja siswa menampilkan ZOOM meetingnya agar terlihat aktif dalam belajar dan juga membuka permainan ataupun melihat sesuatu yang tidak berhubungan dengan pembelajaran yang pastinya lebih menarik perhatian siswa sehingga ia tidak lagi menyimak penjelasan dari gurunya.
Tidak hanya menjadi “lawan” bagi siswa, smartphone dan komputer juga dapat menjadi “lawan” bagi guru, ada sebagian guru yang memanfaatkan situasi daring ini untuk bersantai ataupun mengerjakan pekerjaannya yang lain saat jam mengajar.
Contohkan saja hanya dengan menyapa siswa kemudian mengirimkan modul belajar dan berkata “baca halaman 29-32 ya nak, tugas dihalaman 32 dikerjakan dan kirim ke wa ibu nanti ya nak” kemudian sang gurupun menghilang, tanpa memberikan penjelasan ataupun menerangkan pembelajaran tersebut yang mana membuat siswa bertanya-tanya “bagaimana caranya ya?” di Google dan juga kepada orangtuanya untuk mengajarinya dan tentu saja orangtua dari siswa akan menandai guru tersebut malas dan tidak profesional. Padahal ada banyak cara guru untuk menjelaskan materi tersebut seperti dengan merekam dirinya saat menjelaskan pembelajaran ataupun mencari media - media pembelajaran dan mengirimkannya ke siswa, setelah itupun guru haruslah tetap membuka ruang bagi siswa untuk bertanya bukannya langsung offline dan menghilang begitu saja.
Maka dari itu sang api dalam pembelajaran daring ini haruslah digunakan dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab agar pembelajaran tetap efisien, namun kita sebagai pelajar dan pengajar marilah tetap menantikan pembelajaran secara luring dan kebebasan bumi dari COVID-19 agar kita dapat bersatu bersama sama di atap yang sama kembali seperti sedia kala maka dari itu jagalah dirimu dan saudara terdekat dan saling mengingatkan satu sama lain.
Penulis adalah Dosen di Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar(UHKBPNP) Program Study PGSD. Penulis dapat di hubungi di Email: emeldathesalonika@gmail.com
Tidak ada komentar