Header Ads

Cara Mencegah Hepatitis Misterius pada Anak Menurut Dokter

JAKARTA, Penyakit hepatitis misterius yang menular lewat pencernaan dan saluran pernapasan tengah melanda dunia. Di Indonesia, penyakit ini ini dilaporkan telah menyerang tiga anak hingga meninggal dunia.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat ini sedang melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus lengkap dan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui lebih lanjut penyebab penyakit tersebut.

BACA JUGA  "Orang Buta" Saja Mau Baca Alkitab, Ini Faktanya

Ilustrasi anak sekolah sedang jajan/ist

Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi RSCM FK UI Hanifah Oswari menyebut dugaan awal penyebab penyakit ini adalah Adenovirus, SARS CoV-2, virus ABV, dan lain-lain.

Hanifah menyarankan para orang tua meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan sejumlah tindakan pencegahan. Langkah awal mencegah hepatitis adalah menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

"Untuk mencegah dari saluran pencernaan, jagalah kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang," kata Hanifah Oswari dalam keterangan resmi, Kamis (5/5).

"Tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain, serta menghindari kontak anak-anak dari orang sakit agar tetap sehat."

Selain itu, mencegah penularan hepatitis misterius melalui saluran pernapasan bisa dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mengurangi mobilitas.

Gejala Hepatitis Misterius

Hanifah menjelaskan secara umum gejala awal penyakit hepatitis misterius adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan.

Gejala kemudian akan semakin berat, seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna gelap.

Oleh sebab itu, masyarakat diimbau segera membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat jika menemukan gejala-gejala tersebut.

"Bawa lah anak-anak kita ke fasyankes terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan," ujar Hanifah.

"Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat, karena kalau berat kita kehilangan momentum untuk bisa menolong lebih cepat. Apalagi kalau sampai sudah terjadi penurunan kesadaran, maka kesempatan untuk menyelamatkannya sangat kecil," imbuhnya. CNN/t


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.