Ibunda Brigadir J Masih Bersedih, Rosti Simanjuntak: Bangkit Rohmu Anakku Biar Terungkap Semua
JAMBI, Sudah lebih sepekan meninggalnya Brigadir J, air mata ibunda, Rosti Simanjuntak masih dengan mudahnya mengalir.
Dikutip dari Tribun Jambi, sang ibunda ditemani suami dan anak-anaknya kembali ziarah pada pagi itu ke makam Brigadir J yang berada di perladangan tengah kebun sawit di Sungai Bahar, Muaro Jambi.
Ibunda Nofriansyah Yosua Hutabarat memeluk peti jenazah anaknya, yang tewas ditembak di Jakarta. Yosua dimakamkan di Sungai Bahar, Senin (11/7/2022) |
Sebagaimana pemberitaan sebelumnya, Birgadir J dimakamkan pada Senin (11/7/2022) lalu. Sedangkan kematian Brigadir J disebut di rumah dinas Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo pada Jumat (8/7/2022) pekan lalu.
Raut wajah kesedihan masih tepancar dari keluarga, terlebih ibunda, Rosti Simanjuntak, tak henti meneteskan air mata hingga matanya sembab.
Tangisannya semakin mengharukan ketika selesai ziarah, saat mereka akan meninggalkan tempat itu.
“Kami tinggalkan kamu di sini ya nak. Rohmu akan naik dan bersama Tuhan,” kata Rosti dengan suara berat.
Kata-kata itu diulangi beberapa kali. Tangisannya semakin kuat.
“Bangkit rohmu anakku, biar terungkap semua ini,” ucapnya kembali mengarahkan pandangannya ke makam anaknya.
Anak laki-lakinya kemudian memeluk Rosti, menenangkan ibu yang sangat kehilangan itu.
Bagi keluarga, kematian Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J masih misterius hingga kini.
Berbagai penjelasan dari kepolisian dianggap tidak masuk akal.
Namun demikian, sebagai ibunda, Rosti Simanjuntak percaya sepenuhnya roh anaknya akan membuka tabir kebenaran atas kematian anaknya.
Diketahui, kedua orang tua Brigadir J tinggal di rumah petak sederhana yang ada di lingkungan sekolah, di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muarojambi.
Saat tiba di rumah, Rosti tampak bersandar di dinding. Matanya sembab, wajahnya pucat. Ia tampak kelelahan.
Di atas dinding sandarannya, terpasang foto Brigadir J yang masih berdinas.
Pihak sanak saudara tetap berusaha mengajaknya berbicara untuk menghiburnya agar tidak terlena dengan kesedihan.
Samuel Hutabarat, mengkhawatirkan kondisi sang istri yang masih terpukul perasaannya.
“Masih sering menangis. Tadi pagi di makam anak saya juga nangis-nangis lagi,” katanya.
Samuel menceritakan, sejak mendapat kabar meninggalnya Yosua, Rosti tak henti meneteskan air mata.
Sejak kali pertama mendapat kabar kematian Yosua, keluarga sedang berada di Padang Sidempuan, Sumatera Utara.
Mendapat kabar duka yang sangat memukul hati mereka itu, keluarga Yosua langsung pulang ke Jambi.
Sepanjang perjalanan dari Padang Sidimpuan menuju Jambi, ibu kandung almarhum Yosua sudah lelah menangis.
Tidak kurang 20 jam sang ibu menangis tanpa henti.
“20 jam di perjalanan, itu menangis terus sampai ke Jambi. Di Jambi menangis terus, kalau gak ada teman bicara, teringat anaknya, menangis lagi,” kata Samuel Hutabarata.
Rosti Simanjuntak, masih belum sepenuhnya menerima putra kesayangannya meninggal dunia.
Apalagi meninggalnya karena tembakan bertubi-tubi, dengan empat luka tembak di tubuh.
Samuel tampak berusaha bersabar meski berat.
Sementara sang ibu Brigadir J masih banyak diam, tidak merespon orang di sekelilingnya.
Hanya tampak sesekali berjalan di sekeliling rumahnya, membereskan sampah bekas kunjungan tamu.
Hanya ayah dan bibi korban yang masih terbuka dan berbicara.
Ia tidak bisa dibiarkan seorang diri, Samuel meminta pihak keluarga lainnya untuk selalu berada di samping ibu korban untuk mendampingi dan mengajak berbicara.
Hingga kini, kasus polisi tembak polisi di Duren Tiga, Jakarta, tersebut masih dalam penyelidikan tim gabungan yang dibentuk Kapolri. tribunnews/t
Tidak ada komentar