Header Ads

Pengakuan Selingkuhan Kopda Muslimin, Dibayarin Kosnya dan Mengaku Lajang

 JATENG, Terungkap Wanita Selingkuhan Kopda Muslimin Disimpan di Sebuah Kos-kosan.

Wanita yang diduga selingkuhan almarhum Kopda Muslimin tersebut kabarnya bersama Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) saat ini.

Adapun wanita pelakor tersebut berinisial W.

Berdasarkan foto yang beredar di kalangan wartawan, sang selingkuhan berambut panjang.

Wanita berambut panjang selingkuhan Kopda Muslimin angkat bicara (kiri). Foto Kopda Muslimin dengan sang istri Rina Wulandari (kanan). IST

W memang memiliki wajah yang menarik kaum adam termasuk Kopda Muslimin bikin klepek-klepek.

Kasatreskrim Polrestabes Semarang AKBP Donny Sardo Lumbantoruan membenarkan jika W kini dalam pengawasan LPSK.

Menurutnya, hingga saat ini W terduga selingkuhan Kopda Muslimin menjadi saksi pada perkara tersebut.

“Selama ini dia W tinggal di Semarang,” ujarnya saat dihubungi tribunjateng.com, Kamis (28/7/2022).

Menurut keterangan W, dijelaskan Kasatreskrim, selama ini Kopda Muslimin berpacaran dengan W.

Bahkan Kopda Muslimin menyiapkan kos di Semarang untuk dijadikan tempat bertemu dengan selingkuhannya tersebut.

“Sebelum kejadian, sering bertemu. Dia sering berkomunikasi bahkan layaknya hubungan suami istri,” jelasnya.

Namun pada kasus penembakan tersebut, Kata Donny, sang selingkuhan tidak terkait.

 

Penembakan atas dasar kemauan Kopda Muslimin sendiri. “Bahkan awalnya dia (W) tidak tahu kalau Kopda Muslimin telah punya anak dan istri. Begitu tahu dia sudah mulai menjauh. Tapi ini belum dikroscek karena Muslimin sudah meninggal dunia,” ujarnya.

Dikatakannya, semasa hidupnya setiap kali bertemu, Muslimin selalu menelpon selingkuhannya dan dijemput di suatu tempat.

Mereka telah menjalani tali asmara tersebut selama setahun.

“Domisilinya memang Semarang. Memang setiap kali ketemu di kos dan yang menyewakan Muslimin,” tutur dia.

Selama bersama Muslimin, sang selingkuhan bekerja menjual kartu perdana telepon. Inilah yang membuat Muslimin mudah berganti-ganti nomor ponsel.

“Ganti nomor ponsel agar Muslimin tidak ketahuan. Jadi dia sangat mudah sekali gonta-ganti nomor ponsel dan Muslimin punya  empat ponsel,” imbuhnya.

Terkait kasus tersebut, ia mengatakan saat ini sedang memeriksa saksi-saksi yang belum diperiksa. Saksi tersebut diantaranya  korban dan keluarga Muslimin. “Masih ada saksi yang belum diperiksa pada perkara tersebut,” ujar AKBP Donny Sardo Lumbantoruan.

 

Tipu Selingkuhan dan Mertua

Tak hanya menipu mertua, Kopda Muslimin (Kopda M) ternyata juga menipu wanita selingkuhannya inisial W. Kopda Muslimin mengaku ke pelakor belum memiliki anak dan istri. Wanita Idaman Lain (WIL) menyebabkan Kopda Muslimin gelap mata menyuruh pembunuh bayaran menembak istrinya Rina Wulandari di rumahnya Jalan Cemara III Kelurahan Padangsari Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Sebelumnya, Kopda Muslimin mengungkap uang Rp 120 juta untuk membayar eksekutor ternyata hasil menipu mertuanya.

Ia menipu mertuanya dengan meminta sejumlah uang dengan alasan untuk pengobatan istri yang tertembak.

Kini terungkap alasan itu hanya kedok belaka karena ternyata justru untuk membayar penembak istrinya.

Tak cukup di situ, ia juga meminta tambahan uang kepada mertuanya sebesar Rp 90 juta.

Seperti dalam pemberitaan sebelumnya, Kopda Muslimin membayar empat pelaku eksekusi penembakan dengan uang Rp 120 Juta sebagai bayaran untuk membunuh istrinya sendiri.

Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi, di Mapolda Jateng mengatakan, saat Rina dibawa ke rumah sakit, Kopda Muslimin masih menemani.

Tak berselang lama, Kopda Muslimin melakukan transaksi dengan para eksekutor. “Ada uang Rp 120 juta untuk kompensasi kepada para pelaku,” kata Irjen Ahmad Luthfi.

 

Fakta yang mengejutkan lainnya, ternyata uang yang diberikan kepada para penembak diduga berasal dari mertua Kopda Muslimin yang seharusnya dibayarkan untuk biaya rumah sakit istrinya.

“Jadi salah satu pegawai di rumah Kopda Muslimin ini ditelepon untuk meminta uang kepada ibu mertuanya guna biaya rumah sakit,” kata Kapolrestabes Semarang Kombes Pol.Irwan Anwar, Rabu (27/7/2022).

Kopda Muslimin memerintahkan pegawai di rumahnya untuk mengambil uang Rp 120 juta dari ibu mertua dengan alasan untuk pengobatan istri.

Kemudian Kopda Muslimin kembali memerintahkan untuk meminta tambahan Rp 90 juta dengan alasan tambahan biaya rumah sakit yang kurang.

“Ternyata Rp120 juta itu diberikan kepada para pelaku penembakan, sedangkan Rp90 juta digunakan untuk melarikan diri,” katanya.

Seperti diketahui, pada Senin (18/7/2022) yang lalu terjadi penembakan di sebuah perumahan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah. Korban merupakan istri prajurit TNI Kopda Muslimin yang saat ini masih dalam pengejaran tim gabungan TNI dan Polri.

Alasan Sewa Pembunuh Bayaran

Alasan Kopda Muslimin (Kopda M) menyewa pembunuh bayaran menembak mati istrinya, Rina Wulandari, karena merasa tidak kuat  menjalani bahtera rumah tangga bersama Rina Wulandari hingga akhirnya berniat menembak mati istri.

Hal tersebut terkuak saat tersangka penembakan istri anggota TNI, Agus Santoso alias Gondrong membeberkan keluhan Kopda Muslimin saat dihadirkan mensinkronkan keterangan kasus penembakan istri anggota TNI di Polrestabes Semarang,Rabu (27/7/2022).

Agus Santoso menuturkan saat itu Sugiyono alias babi mendatanginya di Magetan Jawa Timur. Babi menyampaikan order Kopda Muslimin yang ingin mencelakakan istrinya. “Saat itulah saya datang ke Semarang bersama babi dan beristirahat di tempat istri saya. Waktu itu tiga minggu sebelum kejadian,” ujarnya saat mensinkronkan keterangan di Polrestabes Semarang, Rabu (27/7/2022).

Kemudian Agus bertemu dengan Kopda Muslimin di kediamannya. Dia pun melakukan percakapan secara bisik-bisik. “Keesokan hari pada saat malam Minggu bertemu lagi dengan Kopda Muslimin di daerah Padasan Simongan di situlah dia (Kopda Muslimin) mulai bercerita,” tuturnya.

Menurutnya Kopda Muslimin menceritakan keadaan keluarganya. Suami korban tersebut merasa tidak kuat tekanan dari istri. “Dia (Kopda Muslimin) tidak kuat tekanan dari istrinya yang selalu mengekang. Dia meminta agar istrinya dibunuh,” tutur dia.

 

Namun permintaan Kopda Muslimin tidak langsung diturutinya. Dia menyarankan agar sang suami tidak terburu-buru membunuh istrinya. “Jangan buru-buru bang. Kasih pelajaran dulu. Kasih saja air kecubung. Kalau dia (Rina) sakit kan kembali ke suaminya. Saya bilang begitu,” tuturnya.

Pada akhirnya, saran Agus didengarkan oleh Kopda Muslimin dan memintanya mencari buah kecubung. Rupanya Kopda Muslimin tidak berani mencampurkan kecubung ke minuman istrinya. “Bang Mus takut ketahuan istrinya jika mencampurkan kecubung ke minuman. Hari berikutnya juga begitu,” tutur dia.

Agus menuturkan setelah empat hari mendatangi rumah Kopda Muslimin, untuk membatalkan pekerjaan tersebut. Dia meminta uang untuk jasanya dan transport pulang ke Magetan. “Saya dikasih uang segepok. Seingat saya setelah dihitung jumlahnya Rp 2 juta setelah dapat uangnya saya pulang ke Magetan,” tutur dia.

 

Sesampainya di rumah, dirinya didatangi tetangganya yakni tersangka Dwi Septiono menawari senjata api Karena ingin tahu wujud pistol tersebut dia dihubungkan tetangganya kepada pemilik pistol melalui video call.

“Saya lihat apakah pistol itu airsoftgun, rakitan atau asli, Setelah saya lihat asli. Kemudian saya menelpon babi jika mau bisa transfer uang ternyata tidak bisa. Kemudian saya menelpon pemilik pistol dan menawarkan pistol itu dibayar di Semarang. Keduanya setuju dan langsung ke Semarang di daerah Bates,” imbuhnya.

Sesampainya di Semarang, ia mempertemukan babi dengan Dwi Septiono. Saat itulah terjadi transaksi jual beli senjata api. “Senjata api itu harganya Rp 3 juta. Tetapi saya potong Rp 1 juta. Yang meminta Kopda Muslimin,” tutur dia. tribunnews/t


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.