Header Ads

Albert Sitorus dan Ramot Siagian Tewas di Papua, Ini Penjelasan Kapolres AKBP Hesman S Napitupulu

Medan,  Penyebab Kerusuhan di Wamena Papua, Albert Sitorus dan Ramot Siagian Tewas, Berikut Penjelasan Kapolres Jayawijaya AKBP Hesman S Napitupulu,

KERUSUHAN DI WAMENA PAPUA: Korban meninggal dunia menjadi 10 orang dalam kericuhan di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, Kamis (23/2/2023). Di antara korban meninggal dunia yaitu Albert Sitorus dan Ramot Siagian. humas polda papua/ho 
Kasus kerusuhan yang terjadi di Kota Wamena, Papua Pegununungan, pada Kamis (23/2/2023), meninggalkan duka mendalam bagi keluarga Erika Siagian.

Erika Siagian merupakan istri dari Albert Sitorus yang menjadi korban tewas akibbat amukan massa dari kerusuhan tersebut. Diketahui, akibat kerusuhan tersebut, dilaporkan sebanyak 10 orang tewas dan 17 lainnya luka ringan dan berat.

Albret Sitorus, satu di antara korban tewas diketahui menghembuskan nafas terakhir di tempat kejadian perkara (TKP).

Dia meninggal dengan kondisi tubuh dihujani anak panah dan luka pada bagian kepala.

Albret Sitorus adalah ayah dari dua orang anak yang masih kecil. Paling tua berusia tiga tahun. Terlihat, istri dari Albret Sitorus ini membuat postingan atas kepergian suaminya. Dia menyampaikan curahan hatinya lewat media sosial.

“Dang martading hata ho poang pak Axel. Pulut ni roha mi poang. Songon dia ma anak ta na 2 on pak Axel. Selamat jalan ma hasian sonang maho di lambung ni Tuhan i,” tulisnya di akun facebooknya.

Dalam arti bahasa Indonesia “Kamu pergi tanpa pesan, sungguh kamu tega. Bagaimana nasib dua anak kita ini nanti. Semoga kamu diterima di sisi Tuhan.”

Bukan Hanya Sang Suami Albert Sitorus, Tapi Saudaranya Ramot Siagian Juga Turut Tewas

Kesedihan Erika sesungguhnya bukan hanya kehilangan suami pada peristiwa tragis yang terjadi di Wamena itu. Sebab, satu lagi yang menjadi korban dalam peristiwa ini adalah adiknya yang bernama Ramot Siagian.

Erika Siagian harus merelakan kehilangan dua orang sekaligus orang yang dia cintai.

Peristiwa kerusuhan ini berawal dari kedatangan Albret Sitorus dan Ramot Siagian naik mobil dengan tujuan Kampung Yomaima. Tapi saat berada di Kampung Sinakma, mobil pikap yang dikendarai mereka ditahan oleh sejumlah warga.

Mereka dituduh sebagai pelaku penculikan anak. Informasi ini pun menyebar dengan capat, yang menyebabkan kehebohan. Di mobil itu sebenarnya tidak ada anak-anak yang dibawa oleh Albret Sitorus dan Ramot Siagian. “Sopirnya dituduh penculik anak. Itu yang menyebabkan terjadi kehebohan,” kata Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo.

Sebelum terjadinya pengadangan kepada Albret Sitorus dan Ramot Siagian, memang telah beredar dalam pesan beratantai di grup WA, mengabarkan ada pendatang pelaku penculikan anak. Diduga pesan berantai itu adalah hoaks atau kabar bohong. Namun ketika kedua korban ini melewati desa itu, mereka jadi sasaran.

Polisi yang mendapat kabar ada penahanan terhadap warga yang dituding penculik anak, datang ke lokasi. Mereka berusahan menenangkan warga yang sedang menahan dua orang pria perantau dari Sumatera Utara itu.

“Saat berusaha menenangkan massa, kami diserang pakai batu. Kami memberi tembakan peringatan agar massa mundur,” ungkap AKBP Hesman Napitupulu, Kapolres Jayawijaya.

Penjelasannya, saat diberi tembakan peringatan, massa malah jadi semakin berulah. “Mereka berulah, sampai membakar beberapa bangunan ruko,” ujar dia.

Selanjutnya situasi semakin tidak terkendali. Terjadi kebakaran hebat yang disertai dengan penyerangan.

Sementara, Aktivis HAM di Papua, Theo Hesegem menyebut pada kejadian itu ada 9 orang korban tewas. Jumlah korban yang mengalami luka, ungkapnya, belasan orang, dari data sementara.

Kepolisian kini meningkatkan pengamanan di lokasi kejadian itu. Selain itu, Kapolres Jayawijaya berjanji akan mengusut tuntas kasus ini. “Kami akan mengusut siapa dalangnya dan juga pembuat kericuhan,” kata Kapolres.

Kondisi di sekitar Wamena sudah bisa dikendalikan. Namun warga masih merasa takut. Apalagi empat tahun lalu, di sana juga ada terjadi kerusuhan besar, yang masih teringat jelas dalam ingatan warga sekitar. Saat itu, lebih dari 20 orang yang meninggal dunia, ribuan orang harus mengungsi.

Kapolres meminta supaya masyarakat jangan mudah percaya pada informasi yang belum pasti kebenarannya. Hal ini demi keamanan dan keselamatan semua pihak. Dia berharap tidak ada lagi hoaks yang dipercayai masyarakat.

10 Orang Korban Tewas dan Puluhan Luka-luka

Korban meninggal dunia menjadi 10 orang dalam kericuhan di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, Kamis (23/2/2023). Data itu diungkapkan Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, Theo Hesegem.

Berdasarkan hasil pengecekannya di rumah sakit, Theo Hesegem mengatakan jumlah korban luka-luka tidak berubah. “Korban luka-luka kurang lebih 17 orang. Saya baru pulang dari rumah sakit untuk melihat jenazah dan warga yang luka-luka,” kata pegiat HAM Papua itu.

Ia menduga ada pelanggaran HAM dalam kericuhan yang berujung meninggalkan 10 warga tersebut. “Ada dugaan pelanggaran HAM karena korban ini semua mengalami korban tembak,” kata Theo Hesegem di Wamena, Jumat (23/2/2023).

Ia belum bisa memastikan soal unsur pelanggaran HAM tersebut karena merupakan kewenangan Komnas HAM. “Penikaman dan pembunuhan warga sipil itu masuk dalam kasus kriminal, tapi ini bisa masuk dugaan pelanggaran HAM karena penggunaan senjata api,” ujar Theo Hesegem.

Menurutnya, ada prosedur tetap (protap) yang harus diikuti dalam penggunakaan senjata api. “Yang tewas ini kan (ada tembakan) di kepala, di leher. Inikan terukur yang dilakukan oleh aparat,” kata Theo Hesegem.

Sebelumnya, Kapolres Jayawijaya, AKBP Hesman S Napitupulu, mengatakan kericuhan di Kota Wamena itu dipicu isu penculikan anak yang bereda di media sosial. “Awal permasalahan adalah warga melihat ada kendaraan membawa anak kecil yang diduga sebagai penculikan,” kata Kapolres Jayawijaya AKBP Hesman S Napitupulu, Kamis (23/2/2023).

Menurut Hesman, saat polisi berusaha menenangkan warga, massa malah melempar petugas menggunakan batu. Usaha polisi untuk memukul mundur massa menggunakan tembakan peringatan juga tak diindahkan warga. “Massa semakin berulah sampai membakar beberapa bangunan ruko (rumah toko),” kata Hesman Napitupulu.

Polisi, ucapnya, akan menyelidiki penyebab awal kasus itu dan mencari dalang kericuhan serta mendalami kerugian. Menghindari konflik susulan, katanya, polisi akan membahas hal tersebut dengan tokoh masyarakat setempat.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo, mengatakan Polres Jayawijaya sedang menangani kericuhan di Kampung Sapalek, Jalan Trans Irian, Kota Wamena tersebut.

Menurutnya, kericuhan dipicu oleh isu penculikan anak yang belum jelas kebenarannya. “Kami mendapatkan informasi, ada sebuah mobil tujuan Kampung Yomaima yang ditahan oleh masyarakat di Kampung Sinakma. Diduga sopir mobil tersebut adalah oknum penculikan anak sehingga membuat kehebohan di masyarakat,” katanya. tribunnews.com/t


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.