PENJELASAN Acara Pemakaman Tanpa Tenda di Labura, Mulai Adat Sampai Peti yang Sangkut
Labura, Acara pemakaman Folo'o Ziliwu (63) yang Viral karena diletakkan dihalaman rumah tanpa tenda menuai kontroversi atau perdebatan Nitizen yang terjadi Selasa (23/5/2023).
Peristiwa ini terjadi di Desa Teluk Binjai Dusun Ketapang 2 atau kampung Pancasila (Ulak) joring, kecamatan Kuala Hilir kabupaten Labuhan Utara.
Perdebatan itu terjadi karena pemilik Facebook Friska Pandiangan, pada Selasa (23/5/2023) menayangkan acara pemakaman seorang ayah yang dikelilingi anak-anaknya dan seorang ibu dihalaman rumah tidak memakai tenda.
BACA JUGA KISAH Pemakaman Ayah Tanpa Tenda di Labura Viral, Memiliki 6 Anak, 2 Orang Cacat
Almarhum Folo'o Ziliwu saat akan dimakamkan/FotoIntan Sinaga |
Penjelasan Intan Sinaga di akun Facebooknya, Rabu (24/5/2023) |
"Asal mereka sebenarnya dari Nias, lalu ke Sibolga. Dan selanjutnya merantaulah di Labura ini,"ucap Marice Sinaga menantu keluarga Nainggolan pemilik rumah yang ditempati keluarga Ziliwu dan Boru Naibaho di jalan besar kebun Si Aciak Labuhan Batu Utara, sore.
Menurut Marice Sinaga, keluarga Folo'o Ziliwu dan istrinya 2 (dua) tahun lalu bekerja disalahsatu perusahaan perkebunan Sawit, tapi tidak tahu kenapa keluarga ini diberhentikan dari pekerjaannya.
"Dua tahun lalu bekerja diperkebunan sawit dan ada perumahannya, tapi keluarga ini diberhentikan dan sempat jadi gelandangan diarea perkebunan disekitarnya, dan ketemulah dengan mertua saya, diajaklah ke ladang (rumah) tempat mereka sekarang,"jelas Marice, bahwa Folo'o Ziliwu memang sudah sakit-sakitan sejak lama, dan istrinya juga keterbatasan dengan kakinya (pincang).
BACA JUGA Brigadir MAL, Anak Buah Kapolrestabes Medan Merampok Lalu Digebuki Massa, Bukan Sekali Terjadi
"Istrinya juga kurang sehat, karena kalau jalan agak terpincang, jadi mertua kasihan sama keluarga ini tidak punya tempat tinggal. Merekalah (keluarga Ziliwu) yang tinggal diladang mengusahai dua hektar karet (manderes),"ungkap Marice, setelah tinggal diladang, mertuanya menguruskan KTP dan Kartu Keluarga (KK) Ziliwu agar mendapat bantuan sosial.
"Jadi mereka sudah mendapat bantuan sosial, mertua yang langsung urus KTP dan Kartu keluarganya,"paparnya.
Acara Adat Batak Matipul Ulu (Mangido Tangiang)
Acara Kematian Matipul Ulu dalam ada Batak adalah, Jika seorang Ayah (Bapak) wafat dengan meninggalkan istri serta anak-anak yang masih kecil maupun remaja atau belum dewasa (Marsapsap Mardum) disebut Matipul Ulu. Yang bisa diartikan kehilangan Kepala Rumah Tangga.
Demikian hal ini dijelaskan Marasi Rumahorbo tokoh adat Batak di Kota Siantar - Simalungun.
"Kalau acara adat batak status kematiannya Matipul Ulu acara adatnya dibuat didalam rumah, tidak bisa diluar rumah atau Maralaman (Dihalaman Rumah). Kalau pun acara dibuat diluar rumah karena alasan tempat (rumah) yang sempit acara itu tetap dinamakan acara dibagas jabu atau ulaon dijabu (Dalam rumah),"jelas Marasi Rumahorbo kepada Lintas Publik, Kamis (25/5/2023) sore.
BACA JUGA Status Kematian Adat Batak Toba, Dari Mate Purpur Sampai Mate Mauli Bulung
Raja Parhata ini juga menjelaskan, bahwa status kematian seseorang Matipul Ulu disebut juga Manjalo Tangiang (Meminta Doa), dan pihak paman almarhum (tulang) memberikan ulos Parsirangan, Bukan saput.
"Itulah istilah atau status kematian orang batak, memiliki nilai. kalau yang meninggal Sari Matua atau saurmatua beda lagi, acaranya akan dilakukan dihalaman, dan ulosnya juga kan beda, namanya ulos Saput, dan ada manortor atau margondang, dan harus ada Martonggo Raja (Rapat para Raja/=tokoh batak),"ungkapnya.
Masih kata Tokoh Parna Siantar Simalungun ini lagi, selain pemberian ulos ada juga acara adat memasuki Jenazah ke Petinya.
"Kalau status kematian Matipul Ulu, memasukan Jenazah ke petinya dikatakan dalam adat Batak memasukan ke tempat Parbuni-buniannya, dan makanan pun yang disuguhkan dikatakan Parsipaet-paet,"jelasnya, mohon doa agar jangan ada lagi kepahitan/paet/=batak (Ditinggal Ayah/ibu) dalam keluarga yang meninggal, makanya disebut Marsipaet-paet.
Penjelasan Kepala Desa Teluk Binjai
Kepala Desa Teluk Binjai Ihsan Fikri pada Rabu (24/5/2023), almarhum memiliki 5 orang anak dan 1 istri. Dua di antara anak nya cacat dan kurus. Mulio Juliu meninggal karena sakit, Senin (22/5). Karena hidup berkekurangan, acara penguburan dilakukan sederhana dan seadanya, dilansir dari metrodaily.com, Selasa (23/3).
Sebelum meninggal, Mulio bersama 3 orang anak laki-laki dan istrinya menumpang di rumah papan yang tidak layak huni milik TN di Dusun Teluk Ketapang 2 Desa Teluk Binjai kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhanbatu Utara. Ketiga anaknya belum sekolah.
BACA JUGA PROFIL AKBP Reinhard Nainggolan Jadi Penjamin Janda 5 Anak di Nias Selatan yang Ditahan Kejari
Menurut Ihsan Fikri Sitorus, setelah mendapat informasi ini dirinya langsung mendatangi kediaman Mulio dan menyumbangkan sembako dan bantuan lainnya.
Kedatangan kepala desa ini tidak sendiri, melainkan bersama dengan Babinsa, Babinkantibmas, Petugas PKH dan Perangkat Desa.
“Keluarga almarhum Mulio Juliu selama ini belum terdata karena mereka baru pindah dari Gunung Sitoli dan pernah juga tinggal di sungai Berombang Labuhanbatu, dan bekerja mocok-mocok. Menurut data yang ada, mereka baru menetap di Teluk Binjai ini sejak tanggal 2 Maret 2023 yang lalu ,dan tadi kami sudah berkunjung ke rumah duka menyerahkan bantuan dan mendatanya dan tergolong miskin,” terang Iksan.
Ditambahkan Iksan, dari kesepakatan, TN pemilik rumah, akan menyekolahkan salah satu anak yang sudah berumur 10 tahun. Sementara 2 anak Mulio diketahui tinggal di luar daerah Labura bersama saudara. tag/t
Tidak ada komentar