Header Ads

Hidup Dikerangkeng Besi, Handerson Harianja Akhirnya Dibawa Kerumah Sakit di Medan

Siantar, Handerson Harianja (49) yang menderita gangguan jiwa sejak remaja atau sekitar 20 tahunan, akhirnya dibawa kerumah sakit.

Handerson dibawa keluarga dan pihak dinas Sosial ke Rumah Sakit Jiwa dr Muhammad Ildrem, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Selasa (5/11/2024) pukul 10.30 WIB. 

Hal ini dismpaikan Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos P3A PematangsianÈ›ar, S Malau kepada media, bahwa  pihaknya membawa Henderson ke rumah sakit jiwa setelah ada rekomendasi dari pihak kelurahan.

BACA JUGA  Anak Siantar Hidup "Dikerangkeng" Besi Puluhan Tahun

Tagor Sitohang dari Tim Siantar Man Peduli Menunjukan Tempat handerson Dikerangkeng telah Kosong/Dok. Batak Center
“Kalau biaya makan semua ditanggung di Rumah Sakit Jiwa Ildrem. Karena itu kan milik pemerintah. Kalau ada kebutuhan keluarga itu diserahkan kepada keluarga lah,” ucap Malau. 

Ia menyebut peristiwa ini bukan kali pertama terjadi, sebab pihaknya sering menangani hal semacam ini namun tidak mempublish ke media apapun, sebab Dinas Sosial bekerja untuk melayani.

Di tempat yang sama, Lurah Pardamean, Sam Andre Situngkir mengaku baru mengetahui ada warganya dikerangkeng setelah mendapat laporan. Sam baru menjabat sebagai Lurah Pardamean kurang lebih 3 yang bulan lalu. 

Setelah mendapat laporan ia membuat surat keterangan tidak mampu dan mengirimkan permohonan ke Dinas Sosial P3A Pematangsianțar.

Sam mengatakan, Keluarga Henderson merupakan salah satu keluarga penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kota Pematangsiantar.

“Kalau biaya semuanya ditanggung oleh pemerintah. Kalau misal pihak keluarga khawatir soal biaya, hubungi saya agar saya sampaikan ke Dinas Sosial,” ucap Sam.

BACA JUGA  Hidup Puluhan Tahun Dikerangkeng Besi, Handerson Harianja Segera Dibawa Ke Rumah Sakit

Handerson Harianja (Duduk) Sebelum Diberangkatkan pihak Keluarga, Kelurahan dan Dinaso Sosial ke Rumah Sakit di Medan/ist
Menderita Kejiwaan Sejak Remaja

Adik Ipar Henderson, Junita Nainggolan, Ditemui di Jalan Pisang, Gang Delima RT/03/RW/09 ,Kelurahan Pardamean, Kecamatan Siantar Marihat.  menjelaskan Kakak Iparnya itu mengalami perubahan perilaku sejak usia remaja, atau sudah 20 tahun menderita gangguan kejiawaan.

Saat itu Henderson tak sempat lulus SMA lalu pergi bekerja sebagai pemanen padi bersama temanya di Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.

“Sepulang dari sana, mungkin ada kejadian tapi dia nggak mau cerita. Sejak itu dia mulai mengurung diri dan mau ngomong sendiri,” ujar Junita yang mengetahui riwayat Henderson dari mertuanya.

Pihak keluarga sempat membawa Henderson ke salah satu tempat pusat rehabilitasi di Kota Pematangsiantar. Karena terkendala biaya, Henderson akhirnya pulang.

Sejak itu, ia pindah ke Aek Ledong, Kabupaten Asahan merantau ikut ayahnya. Pada 2021 akhirnya Henderson pulang kampung setelah Ayahnya meninggal dunia. 

Junita mengatakan, setelah itu Henderson tinggal bersama ibunya T Boru Nainggolan yang kini kondisi kesehatannya kurang membaik. 

“Tiga minggu baru datang kemari, kondisinya masih baik. Setelah satu bulan baru mulai. Dia mau menutup pintu dan jendela, jadi Ibunya takut karena mau diusir. Apalagi kondisi Mertua ku ini sakit, jadi takut kenapa kenapa,” ujar Junita.

"Jadi setelah pulang dari Leidong itulah perubahan dia (Handerson) semakin parah, dan marah-marah terus jadinya mertua dan Handerson ribut terus, akhirnya bersama RT yang juga masih keluarga mengkerangkengnya," ucap Junita, bahwa Handerson sudah hidup 3 tahun dikerangkeng yang ditempatkan disamping mertuanya.. 

Dilokasi yang sama, Ketua RT/03/RW/09, Kelurahan Pardamean, Anggiat Situmorang menuturkan, Henderson terpaksa dikerangkeng karena keterbatasan biaya keluarga untuk membawa ke pusat rehabilitasi.Henderson anak pertama dari tujuh bersaudara tinggal 

Anggiat mengatakan, orang tua Henderson bolak balik membawa anak sulungnya itu berobat ke paranormal mau medis, namun tak kunjung sembuh.

Akhirnya, selama 3 tahun Henderson mendekam di dalam kerangkeng besi berukuran 60 x 2 Meter yang ditempatkan di samping rumah tepat di bagian samping. 

Kerangkeng itu berada diantara dua tembok rumah bagian luar, ditutupi pintu seng dibawahnya setengah beton. 

“Kalau dana untuk berobat jelas memang tidak ada. Jadi itu lah solusinya,” ucap Anggiat ketika ditemui duduk di samping Henderson di rumahnya.

Selama Henderson dikerangkeng, kata Anggiat, ia berupaya meminta bantuan ke pemerintah namun gagal karena oknum pejabat saat itu meminta uang dan administrasi yang berbelit belit.

Anggiat mengakui, perilaku sehari hari Henderson tidak terlalu mengganggu, namun warga was was. 

Akan tetapi ia dan anggota keluarganya menganggap Henderson sebagai saudara terlihat dari kedekatan anak anak Anggiat dengan Henderson. 

“Kami merasa bersalah juga karena dia dikerangkeng. Tapi mau bagaimana lagi,” tutur Anggiat yang rumahnya masih satu gang dengan rumah orang tua Henderson.

BACA JUGA  2 Mobil Tertimpa Bangunan Suzuya Merdeka Eks GOR Siantar

Handerson Harianja didampingi Anggiat Situmorang Berangkat ke Kota Medan Disaksikan Warga dan pihak Keluarhan/. Dok. Batak Center KLIK VIDIO
Terungkap saat kunjungan Pendeta

Kondisi Henderson selama 3 tahun hidup dalam kerangkeng terungkap baru baru ini setelah kunjungan seorang Pendeta Gereja Pentakosta Indonesia (GPI) Pematangsiantar.

Saat itu, Pdt Sahat Rumapea mengunjungi rumah T Boru Nainggolan, ibu daripada Henderson yang tercatat sebagai jemaat GPI. 

Pdt Sahat mendatangi rumah jemaatnya itu setelah sekian lama tidak beribadah karena kondisi sakit di usia senja. Ia datang untuk mendoakan.

“Ibunya sakit. Jadi kami datang untuk mendoakan. Saat kami tanya ada yang mau didoakan lagi, ibunya bilang ada,” kata Pdt Sahat ditemui di lokasi yang sama.

Ia heran ketika, ibu Henderson bilang ada anaknya sedang berada di dapur. Setelah ia masuk ke dapur ternyata ia melihat tidak ada siapa siapa. 

“Katanya di kamar bagian dapur, rupanya di kerangkeng. Saya langsung terkejut. Kenapa bisa begini saya terharu dan mendoakan dia,” ungkapnya.

Pulang dari rumah jemaatnya itu, Pdt Sahat menghubungi kerabatnya Tagor Sitohang dari Komunitas Siantar Man Peduli. 

Komunitas Siantar Man Peduli ini turun memberi bantuan kepada keluarga, menghubungi pihak kelurahan dan melapor ke Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A)  Kota Pematangsiantar.

“Kami berharap bantuan sosial pemerintah untuk disalurkan untuk masyarakat yang benar benar membutuhkan. Semoga kondisi beliau baik baik saja dan cepat pulih,” ujar Pdt Sahat Rumapea.

Diberangkatkan ke Medan

Ketua RT/03/RW/09, Kelurahan Pardamean, Anggiat Situmorang harap harap cemas melihat kondisi Henderson usai keluar dari kerangkeng.

Ia khawatir pria 49 tahun tak mampu berjalan karena kondisi hanya berbaring dan jongkok dalam kerangkeng besi selama 3 tahun.

“Makanya saya bawa jalan jalan di sekitar sini dulu. Kita juga khawatir dia terganggu karena banyak orang disini,” ucap Anggiat ditemui di kediamannya yang tak jauh dari rumah Henderson.

Sebelum dibawa ke RS Jiwa dr Muhammad Ildrem, Kota Medan, pagi itu Henderson lebih dulu didoakan oleh pendeta dan keluarga di rumahnya. 

Ia baru kali pertama bebas dari kerangkeng selama 3 tahun dikurung.

Henderson tampak mengenakan kaos biru dan celana pendek saat dijemput mobil Dinas Sosial dari kediamannya. Ia duduk di sebelah Anggiat Situmorang di kursi belakang mobil Kemensos.  (red/t)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.